Mantan Panglima TNI Menangis, Lalu Kritik Pemerintah

Selasa, 28 Juni 2016 – 19:30 WIB
Ilustrasi. Foto: kaltimpost

jpnn.com - JAKARTA - Mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Djoko Santoso mengkritik pola keamanan dan diplomasi Indonesia, menyusul penyanderaan terhadap warga negara Indonesia oleh kelompok bersenjata di Filipina. Terakhir, penyanderaan terjadi di atas kapal TB Charles.

Djoko mengaku prihatin. Apalagi, penyanderaan terhadap WNI yang merupakan anak buah kapal tersebut merupakan yang ketiga kalinya dalam beberapa waktu terakhir ini.

BACA JUGA: KPK Pertimbangkan Keluarkan Sprindik Baru Jerat Mantan Dirjen Pajak Ini

"Saya menangis terus, sampai tiga kali kita disandera Abu Sayyaf," ujar Djoko saat jadi pembicara diskusi "Paket Ekonomi Gagal Total, Menko Perekonomian Layak Mundur" di Tebet, Jakarta, Selasa, (28/6).

Jika masih menjabat sebagai Panglima TNI, ia akan menggempur markas Abu Sayyaf dengan kekuatan laut dan udara. Karena sudah menyangkut soal harga diri bangsa Indonesia.

BACA JUGA: Mahkamah Agung Tolak PK KPK untuk Kasus Ini

"Masih saja kita jatuh ke lubang yang sama setelah 3 kali. Sudah saatnya kita dengan Filipina menyerang itu (Abu Sayyaf). Kita dengan kekuatan laut dan udara, biar Filipina yang masuk dari darat.  Ini taruhan bagi bendera kita," tegas Djoko, seperti dilansir dari RMOL.

Meski berasal dari angkatan Darat, Jenderal Djoko sangat terinspirasi dengan kisah pertempuran antara Yunani dan Persia 5 abad sebelum Masehi. Saat itu Yunani berhasil menghancurkan Persia melalui penggalangan kekuatan laut yang mumpuni, dan sangat menjaga keamanan laut. 

BACA JUGA: Anak dari Bocah SD Jombang Lebih Baik Dipelihara Keluarga

Menurutnya, kejadian WNI disandera oleh Abu  Sayyaf hingga 3 kali berturut-turut ini mencerminkan kepemimpinan Indonesia. "Masa kita disandera sampai tiga kali, ini belasungkawa saya dan ini masalah kepemimpinan," tandas Djoko. (zul/rmol/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Vaksin Palsu Ditemukan, BPOM: Yang Bahaya Itu...


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler