Mantan Panglima TNI Salahkan Polisi

Soal Kerusuhan Berbau Agama di Pandeglang dan Temanggung

Sabtu, 12 Februari 2011 – 00:12 WIB

JAKARTA - Mantan Panglima TNI, Jendral (Purn) Endriartono Sutarto, menilai kasus kerusuhan berbau agama di Pandeglang dan Temanggung lebih karena ketidaksiapan polisiApalagi dalam kasus kekerasan terhadap warga Ahmadiyah di Cikeusik, Pandeglang, terlihat adanya massa yang terorganisasi dengan penanda pita biru.

"Mungkin saja itu suatu yang diorganisasikan untuk melakukan penyerangan

BACA JUGA: Deponering di Tangan, TPBC Dibubarkan

Cuma permasalahannya, yang saya dengar, bahwa polisi sudah mengetahui karena sudah ada pengaduan sehari sebelumnya dari Ahmadiyah," ujar Endriartono saat ditemui usai pembubaran Tim Pembela Bibit-Chandra di gedung KPK, Jumat (11/2).

Endriartono pun menyesalkan ketidaksigapan polisi itu
"Polisi tidak cukup sigap untuk melakukan antisipasi kemungkinan itu

BACA JUGA: Dicopot, Kapolda Banten jangan Lagi Promosi

Padahal kita tahu sudah ada kasus-kasus sebelumnya tentang penyerangan terhadap Ahmadiyah yang dilakukan bukan secara spontatinitas, melainkan terencana," paparnya


Mantan petinggi TNI kelahiran Purworejo, Jawa Tengah itu menegaskan, kasus kekerasan terhadap pengikut Ahmadiyah sebenarnya persoalan lama

BACA JUGA: Tak Bisa Langsung Tuduh FPI

Hanya saja, memang ada kelompok radikal yang ingin membuat Ahmadiyah tidak lagi eksis.

Endriartono pun mengeluarkan pemahamannya tentang intelijenMenurutnya, dalam kasus kekerasan berbau agama itu tidak perlu mempersiapkan massaSebab, situasi bisa diciptakan

"Yang ada itu situsionalKalau diperlukan, ya rekrut orang-orang tertentu, katakanlah untuk berbuat sesuatu untuk mematangkan situasiItu tidak disiapkan jauh-jauh hari sebelumnya, tidak permanen," paparnya.

Soal pita biru yang menjadi penanda para pelaku penyerangan terhadap pengikut Ahmadiyah, Endriartono meyakini massa penyerang memang sudah saling kenal"Tanda itu sebagai penunjukan sajaMereka itu (saling) kenalItu (pita) untuk pembagian tugas saja, hijau punya hak untuk begini-begini, biru punya hak untuk begini-begini," paparnya.

Endriartono juga mengatakan, polisi seharusnya lebih sensitif dalam memahami potensi kekerasan oleh kelompok tertentu"Harusnya diantisipasi, siapkan kekuatan yang cukupSaya rasa mereka (polisi) karena tidak cukup sigap melihat potensi terjadinya suatu kerusuhanKarena itu, antisipasinya jadi tidak sesuai," ulasnya.

Apakah kerusuhan berbau agama itu juga menunjukkan lemahnya intelijen saat ini? Endriartono menampik anggapan itu"Ketidaksiapan aparat saja, tidak sigap," pungkasnya.(ara/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Tim Pembela Bibit-Chandra Bubarkan Diri


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler