jpnn.com, JAKARTA - Kondisi perekonomian Indonesia terus menunjukkan tren positif.
Terbukti nilai anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) hingga April 2022 masih mencetak surplus pada neraca perdagangan Indonesia atau menguat dibandingkan bulan atau tahun sebelumnya.
BACA JUGA: Bea Cukai Pastikan Penerima Fasilitas Kepabeanan Pahami dan Patuhi Aturan
Hal ini makin mengukuhkan rentetan surplus 23 bulan berturut-turut yang terjadi sejak Mei 2020.
Sebagai instansi kepabeanan yang mengemban fungsi sebagai revenue collector, Bea Cukai turut berperan aktif menyumbang surplus penerimaan negara tersebut.
BACA JUGA: Pengguna Jasa Dapat Apa dari Program CVC Bea Cukai? Oh, Ternyata Ini
Hal ini dibuktikan dengan adanya tren peningkatan ekspor dan impor selama 23 bulan berturut-turut, ditambah dengan peningkatan penerimaan dari sektor cukai hingga akhir April 2022.
Direktur Komunikasi dan Bimbingan Pengguna Jasa Bea Cukai Nirwala Dwi Heryanto menegaskan, capaian penerimaan kepabeanan dan cukai hingga 30 April 2022 menunjukkan catatan yang baik.
BACA JUGA: Begini Langkah Bea Cukai Dorong Pemulihan Ekonomi
Terlihat dari kinerja komponen-komponen penerimaan yang mengalami pertumbuhan apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
“Hal ini dapat dibuktikan dari realisasi penerimaan kepabeanan dan cukai hingga akhir April 2022 yang tercatat Rp 108,38 triliun atau mencapai 44,24 persen terhadap target APBN 2022,” katanya.
Secara nominal, hingga 30 April, penerimaan kepabeanan dan cukai didukung penerimaan dari cukai, khususnya cukai hasil tembakau (CHT), yang mencapai 72.48 persen dari total realisasi penerimaan kepabeanan dan cukai.
Kinerja seluruh komponen penerimaan kepabeanan dan cukai tercatat tumbuh positif dan signifikan, terdiri dari penerimaan cukai, bea masuk, dan bea keluar yang tumbuh berturut-turut 30,82 persen (yoy), 33,20 persen (yoy), dan 102.05 persen (yoy).
Menanggapi hal tersebut, Nirwala mengungkapkan capaian penerimaan kepabeanan dan cukai ini didorong kinerja CHT yang konsisten.
Sementara itu, dari sisi penerimaan ekspor, bea keluar mencatatkan nilai capaian yang positif, yaitu 245,23 persen dari target yang diberikan.
“Peneriman bea keluar didominasi dari produk kelapa sawit yang meningkat 90,22 persen (yoy),” ujarnya.
Sementara itu, hingga 30 April 2022, pemerintah merealisasikan APBN untuk belanja negara di berbagai sektor.
Salah satunya, keperluan transfer ke daerah dan dana desa Rp 242,4 triliun.
Selain itu, APBN disalurkan untuk anggaran belaja barang antara lain bantuan untuk PKL, perawatan pasien Covid-19, beasiswa, dan bantuan operasional sekolah Rp 77 triliun.
Kemudian, anggaran perlindungan sosial yang direalisasikan antara lain untuk BLT dan bantuan iuran jaminan kesehatan nasional Rp 129 triliun, belanja subsidi yang antara lain diwujudkan dalam subsidi LPG 3 kilogram, kredit usaha rakyat, dan subsidi BBM Rp 56,6 triliun.
Lalu, belanja modal di antaranya modernisasi peralatan pertahanan dan keamanan, pembangunan jalan jaringan dan irigasi, serta peningkatan teknologi informasi dan komunikasi sebesar Rp 33,4 triliun.
Pemerintah berkomitmen APBN dapat dimanfaatkan seutuhnya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia.
Nirwala mengatakan, sebagai bentuk akuntabilitas, pemerintah aktif menyosialisasikan pengelolaan dan pertanggungjawaban APBN.
"Kami juga beri apresiasi kepada masyarakat yang berperan aktif dalam memantau pengelolaan APBN ini," ungkapnya. (mrk/jpnn)
Redaktur : Tarmizi Hamdi
Reporter : Tarmizi Hamdi, Tarmizi Hamdi