Penyelidikan kasus bom JW Marriott dan Ritz-Carlton terus berkembangTerakhir, nama Maruto Jati Sulistyo disebut-sebut terkait dengan peristiwa tersebut
BACA JUGA: Jejak Nur Said yang Tertinggal di Rumah Pasangan Hartoyo-Suryani
Protolan fakultas kedokteran itu diduga menjadi penghubung Noordin MBACA JUGA: Baridin, Mertua Noordin M. Top yang Diburu Densus 88
Siapa dia sebenarnya?------------------------------------------------------------------------------
Laporan PRATONO, Kendal dan HARUN AL RASYID, Solo
-------------------------------------------------------------------------------
RUMAH sederhana di RT 04 RW 06 Dusun Gedangan, Kelurahan/Kecamatan Boja, Kabupaten Kendal, itu terlihat sepi
BACA JUGA: Menelusuri Jejak Ibrahim, Penata Bunga yang Lenyap Bersama Ledakan Bom
Banyak debu menutup lantai dan melapisi tembok hingga terlihat kusamItulah rumah pasangan Maruto Jati Sulistyo, 29, dan Tri Utami yang ditinggalkan pemiliknya sejak 2006Maruto menghilang seiring namanya sering dikaitkan dengan terorisme.Saat ini, pasca pengeboman Hotel JW Marriott dan Ritz-Carlton Mega Kuningan, Jakarta, nama Maruto kembali menjadi pembicaraanPolisi kembali mencariPara tetangga dan keluarga pun ikut repot.
Suharso, ketua RT 04 RW 06 Gedangan, menyatakan, Maruto bersama istrinya, Tri Utami, dan anaknya, Anissa (masih balita), meninggalkan rumah sejak sekitar tiga tahun laluUtami adalah seorang dokter, sedangkan status terakhir Maruto adalah mahasiswa fakultas kedokteran sebuah perguruan tinggi swasta di Semarang serta penjual buku dan kaset"Kabarnya, mereka pindah ke Klaten," jelasnya.
Menurut Suharso, Maruto dan Utami menikah sekitar 2003 di desa tersebutPernikahan berlangsung sederhanaHanya ijab kabul tanpa resepsiMeski sudah menikah, Maruto tidak pernah melapor kepada RTBahkan, dia belum mengurus surat pindah dari Klaten ke Boja"Secara administrasi, Maruto belum tercatat sebagai warga siniTapi, kami sudah menganggap sebagai warga," ujarnya.
Sebenarnya, Suharso sudah meminta kepada Utami untuk segera mengurus surat kepindahan suaminyaTapi, permintaan itu tak juga dipenuhiBagaimana pergaulan Maruto dengan para tetangga? Suharso memiliki ceritaPihaknya selalu mengirimkan undangan bila ada kerja baktiTapi, undangan sering dititipkan lewat istrinya karena Maruto tak ada di rumahSaat kerja bakti, Maruto juga jarang datang.
Terakhir, kata Suharso, warga melihat keluarga Maruto pada 23 Desember 2006Saat itu, pihak RT mengirimkan surat undangan kerja bakti melalui Utami untuk 25 Desember yang bertepatan dengan libur NatalTapi, lagi-lagi Maruto tidak hadir"Setelah itu, pasangan tersebut tidak lagi terlihat di rumahnya," ungkapnya.
Maruto sebenarnya bukan nama baruNamanya sudah sering disebut sebagai salah seorang penghubung Noordin dengan jaringan di bawahnyaDia juga disebut-sebut sebagai penghubung jaringan teroris Solo dan Semarang
Terpidana kasus terorisme Subur Sugiyarto (ditangkap di Boyolali pada Januari 2006 dan terkait dengan jaringan Wonosobo yang digerebek April 2006) dalam sidang sering menyebut nama MarutoMenurut Subur yang saat ini mendekam di penjara Semarang itu, Maruto adalah tokoh yang mengenalkan dirinya dengan Noordin MTop yang saat itu mengaku bernama FarhanDalam kasus bom Bali II 2005, nama Maruto juga sempat disebut-sebut.
Terkait kasus Wonosobo, beberapa sumber menyebutkan bahwa Maruto sempat merawat Noordin yang kena tembak saat digerebekKetika penggerebekan itu, dua orang tewas dan Noordin bisa kabur dalam kondisi terlukaMaruto memiliki kemampuan merawat karena pernah kuliah di fakultas kedokteran dan istrinya seorang dokter.
Polisi juga sempat menelusuri rekening Maruto yang diduga sebagai tempat aliran dana untuk sejumlah aksi terorismeNamun, rekening tersebut sudah lama tak diisi.
Sugiyono, 56, tetangga depan rumah Maruto di Kendal, juga memberi kesaksianSekitar dua tahun lalu dirinya didatangi polisi"Katanya dari 88 (Densus 88, Red)Ada dua orang yang datang," tuturnya.
Bahkan, lanjut dia, kedua polisi tersebut sempat menginap di rumahnya selama dua malam"Katanya mau nyanggong Maruto, tapi rumahnya sudah kosong," ujarnyaMenurut Sugiyono, meski agak tertutup, Maruto sebenarnya merupakan sosok yang baikLaki-laki yang dikenal sebagai penjual kaset tersebut terkadang ikut kerja bakti bersama warga, meski tidak sering
Dia juga bercerita, saat Maruto menikah, ada sejumlah tamu yang bukan warga setempat dan sebagian besar memelihara jenggot panjangSebelum menikah, lanjut dia, Utami sudah mengenakan jilbabTapi, setelah menjadi istri Maruto, dia menambahkan cadar dalam penampilan sehari-hari.
Berdasar data yang dihimpun Radar Semarang (Jawa Pos Group), Maruto pernah tercatat sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung (Unissula), Semarang, angkatan 1999Menurut beberapa temannya, selama kuliah, Maruto bukan termasuk mahasiswa yang menonjolBahkan, dia dikenal jarang bergaul dengan rekan-rekannya.
"Ya kegiatannya hanya datang, kuliah, terus pulangPokoknya jarang bergaul dengan teman," tutur salah seorang rekan seangkatan Maruto yang enggan namanya disebutkan.
Meski rekan seangkatan, dia mengaku tidak akrab dengan MarutoYang dia ingat, tinggi badan Maruto sekitar 160 sentimeter, berambut lurus, memiliki tahi lalat di wajah, dan selalu mengenakan celana di atas mata kaki"Saya tidak tahu dia (Maruto, Red) menyelesaikan kuliahnya atau tidakBahkan, teman-teman tidak tahu ketika dia menikah dan dengan siapa dia menikah," ujar perempuan berjilbab yang saat ini sudah menjadi dokter itu.
Kebingungan juga menyelimuti keluarga serta tetangga Maruto di Cawas, Klaten"Sejak disebut-sebut terlibat bom Bali II, keluarga sudah tidak tahu kabarnyaTerakhir ketemu awal Agustus 2005," ujar Dewi Kartika Sari, kakak Maruto, kepada Radar Solo (Jawa Pos Group) di rumahnya, Dusun Dayu, Desa Tawang, Kecamatan Weru, Sukoharjo
Maruto merupakan anak ketiga di antara empat bersaudara pasangan Sujono-Sri MuljaniDia dikenal sebagai anak yang sederhana dan tidak suka aneh-anehSejak SMA, Maruto tinggal di Semarang di salah satu rumah saudaranyaDia lulus SMA pada 1998, namun baru masuk kuliah pada 1999.
Ketika SMA, Maruto dikenal pandaiSebab, dia selalu mendapat ranking satu"Makanya, saya sarankan agar masuk kedokteran," ungkap Dewi yang juga seorang dokter itu.
Perempuan kelahiran Klaten 1974 tersebut menuturkan, ketika awal masuk perguruan tinggi itulah adiknya mulai berubahDia menjadi gemar mengikuti kajian-kajian salah satu aliran dan sejak itu kuliah mulai ditinggalkanMaruto pernah meminta izin keluarga di Klaten untuk mengikuti aliran tersebutNamun, keluarga tidak mengizinkan"Aliran apa, saya juga tidak tahuYang jelas, keluarga tak mengizinkan," paparnya
Sampai saat ini, Dewi mengaku tidak tahu adiknya yang kelahiran 20 April 1980 tersebut mengikuti aliran apaYang jelas, lanjut dia, sejak itu banyak kejanggalan pada adiknyaBeberapa kali orang tuanya berkunjung ke Semarang, namun Maruto justru pergi mengikuti kajian yang diselenggarakan kelompoknya"Padahal, bapak dan ibu paling-paling dua pekan sekali mau menemui diaTapi, kalau pas jadwal kajian, dia tetap berangkatMeski, hujan lebat atau apa, dia tetap berangkat," tegasnya.
Selain kuliah, kata Dewi, Maruto pernah mengembangkan bisnis kecil-kecilanDia menjual buku-buku bacaan, terutama bacaan agamaMeski berdagang di Semarang, Maruto kulakan ke SoloPada 2003, Maruto menikah dengan Tri Utami yang tak lain adalah adik tingkat Dewi Kartika Sari semasa kuliah.
Desember 2006, lanjut Dewi, Maruto berencana pulang ke Klaten dan mengambil Utami serta anaknya yang kebetulan saat itu berada di sanaNamun, rencana tersebut dibatalkan karena khawatir terendus polisiKemudian, dia hanya mengirimkan orang suruhan untuk menjemput Utami dan membawanya pergiSejak itu, Dewi mengaku kehilangan kontak dengan Maruto dan keluarganya
Suatu ketika (Dewi mengaku lupa waktunya), Utami menelepon dirinya"Dulu pernah dihubungi Dik Tami (panggilan Tri Utami, Red)Tapi, saya coba hubungi, sudah tidak bisa," ujarnya.
Keluarga Maruto di Klaten termasuk keluarga terpandang di desanyaSang ayah, Sujono, merupakan pensiunan dosen sebuah perguruan tinggi di SurakartaRumahnya terdiri atas dua bangunan besar berbentuk joglo dengan pagar besiHalamannya juga cukup luasKetua RW IX Desa Pakisan Eko Budi Santoso mengaku tidak kaget jika Maruto dikaitkan dengan jaringan terorismeSebab, sebelumnya banyak polisi yang menanyakan kabar terbaru tentang MarutoTapi, tidak ada warga yang tahu
"Kami sering diminta polisi untuk melaporkan informasi tentang keberadaan MarutoKalau tahu, kami siap laporNamun, kenyataannya tidak pernah ada kabarMau bagaimana lagi?" ungkapnya.
Sudadi, 69, warga lain, mengungkapkan, sejak Maruto dituding terkait jaringan teroris, warga Pakisan resahSebab, banyak warga yang mengaku sering didatangi aparat polisi maupun TNI"Jadi, kami selalu siaga jika sewaktu-waktu Maruto pulang," katanya
"Warga senang kalau memang Maruto ditangkapDengan demikian, akan cepat terbukti apakah dia terlibat atau tidak," ujarnya(dilengkapi laporan Radar Solo dari Klaten/nw)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Menelusuri Jejak Hendrawan, Teroris Pelarian Perencana Bom Bandara Changi, Singapura
Redaktur : Tim Redaksi