jpnn.com - JAKARTA - Penilaian masyarakat terhadap calon Gubernur DKI Jakarta Agus Harimurti Yudhoyono masih sangat dipengaruhi pandangan terhadap sosok ayah, Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Bak pisau bermata dua, kondisi tersebut memiliki dampak positif dan negatif bagi Agus.
BACA JUGA: Nih Denger...Penolak Kampanye Calon Kada Bisa Dipidana
Di satu sisi, Agus dengan mudah mendapat dukungan dari para pengagum SBY.
Namun sebaliknya, mereka yang kecewa dengan kinerja SBY saat menjabat presiden dua periode bakal lebih cepat memberi penilaian negatif kepada Agus.
BACA JUGA: Ssst..Ada Bocoran Soal Identitas Pengadang Kampanye Ahok
Hal ini diakui pendiri lembaga survei Kelompok Diskusi dan Kajian Opini Publik Indonesia (Kedai Kopi) Hendri Satrio.
Menurut dia, dalam konteks Pilkada DKI, afiliasi Agus dengan SBY justru merugikan.
BACA JUGA: PPSU Bersihkan Markas Ahok-Djarot, Timses Ngeles Begini
Bahkan berpotensi jadi penyebab suami Anisa Pohan itu kalah dalam pertarungan memperebutkan kursi gubernur ibu kota.
"Agus tetap punya peluang asal meninggalkan model pencitraan gaya SBY. Apalagi mayoritas warga ibu kota tak suka SBY," kata Hendri saat dihubungi rmoljakarta, Senin (21/11).
Meski demikian, berdasarkan pengamatannya, Agus sejak awal kampanyenya tampak berupaya tidak mencontek atau melepaskan segala hal yang berbau SBY.
Terkait janji kampanye Agus yang akan menciptakan birokrasi yang bersih, Hendri melihat sesuatu yang lumrah dilakukan calon pemimpin untuk meraup suara pemilih.
Sebelumnya, Direktur Megapolitian Strategis Indonesia, Ade Adriansyah Utama meragukan komitmen Agus dalam meningkatkan kualitas birokrasi yang bersih dan bertanggungjawab.
Beban terberat Agus mewujudkan birokrasi bersih, kata Ade, antara lain datang dari Partai Demokrat yang punya track record buruk terkait tindak pidana korupsi. Selama periode kedua kepemimpinan SBY, 2009-2014, tujuh elit bintang mercy dijebloskan ke penjara karena tersangkut korupsi.
Yakni, Anas Urbaningrum (ketum), M Nazaruddin (bendahara), Andi Mallarangeng, Hartarti Murdaya (dewan pembina), Jero Wacik (sekretaris majelis tinggi), Sutan Bhatoegana (ketua DPP), serta Angelina Sondakh (wasekjen DPP).
"Mertuanya juga mantan narapidana, mau ngomong apalagi," ucap Ade.
"Sekarang jualan bersih, bagaimana bisa. Tugas negara (di militer) saja ditinggalin," katanya. (rmol/dil/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Tim Pemenangan Ahok-Djarot Mulai Siapkan Strategi Debat Publik
Redaktur : Tim Redaksi