Masa Tanggap Darurat Bencana Sulteng Sampai 26 Oktober

Sabtu, 20 Oktober 2018 – 23:47 WIB
Presiden Joko Widodo dan Juru Bicara BNPB Sutopo Purwo Nugroho di Istana Bogor, Jumat (5/10). Foto: Biro Pers Sekretariat Kepresidenan

jpnn.com, JAKARTA - Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho menyatakan penanganan darurat dampak gempa bumi dan tsunami di Sulawesi Tengah terus dilakukan. Percepatan pemulihan dampak bencana terus dintensifkan, khususnya pemenuhan kebutuhan dasar pengungsi, pelayanan medis, perbaikan infrastruktur dasar, dan normalisasi kehidupan masyarakat.

"Masa tanggap darurat bencana masih diberlakukan hingga 26 Oktober 2018," katanya, Sabtu (20/10).

Beberapa fasilitas publik seperti listrik dan komunikasi sebagian besar sudah pulih kembali di daerah terdampak bencana. Pemulihan BTS untuk komunikasi di Sulteng juga sudah dilakukan. Dari total 3.519 BTS, sudah mencapai 96,1 persen yang dipulihkan.

BACA JUGA: Sudah 2.113 Korban Meninggal Akibat Gempa Sulteng

"Jaringan Telkomsel telah pulih 100 persen," tegasnya.

Begitu juga dengan pasokan listrik. Tujuh gardu induk, 2.086 gardu distribusi dan 45 unit penyulang serta 70 dari 77 unit genset telah dioperasikan. Pelayanan listrik total mencapai 95 persen. Beberapa daerah memang aliran listrik belum berfungsi di Kabupaten Donggala seperti di sebagian Kecamatan Sindue, Balaesang Tanjung dan Sirenja.

BACA JUGA: KRI Makassar 590 Kembali Bawa Bantuan Surabaya untuk Palu

"Sehingga perlu dioperasikan genset dan pemasangan instalasi listrik di lokasi pengungsi," jelasnya.

Sebanyak 25 SPBU telah beroperasi di Kota Palu, Kabupaten Donggala, Sigi dan Parigi Moutong, yang dibantu dengan 13 unit mobil tanki dengan dispenser, distribusi melalu 40 truk tangki BBM dengan mengerahkan 132 relawan operator.

BACA JUGA: Pascagempa Palu, Pasha Ungu Siap Mundur dari Jabatannya

Kondisi perekonomian berangsur-angsur normal kembali. Sebanyak 25 pasar daerah, tiga pasar tradisional, tiga pasar swalayan, dan 17 perbangkan telah kembali beroperasi.

"Sekolah darurat telah dijalankan meski masih ada kekurangan tenda darurat dan sarana prasarana pendidikan dan belum semua siswa masuk sekolah," kata Sutopo.

Menurutnya pula, pembersihan puing-puing bangunan terus dilakukan oleh petugas gabungan bersama relawan. Sebanyak 251 unit alat berat dikerahkan untuk pembersihan lingkungan dan lainnya, baik alat berat yang dibawah kendali TNI sebanyak 64 unit maupun di bawah kendali Kementerian PU PR sebanyak 187 unit.

Sebanyak 14.604 personil gabungan dari TNI, Polri, sipil dan relawan dikerahkan untuk penanganan darurat hingga saat ini. Meskipun evakuasi korban sudah dihentikan secara resmi sejak 12 Oktober 2018, namun hampir setiap hari korban ditemukan oleh petugas dan relawan saat melakukan pembersihan reruntuhan dan puing-puing bangunan atau lingkungan di daerah terdampak bencana.

Pembangunan hunian sementara dan tenda-tenda terus dilakukan untuk pengungsi. Begitu juga sarana prasana kebutuhan MCK, air bersih, dan sanitasi dibangun di sekitar tempat pengungsian. Mendekati musim penghujan kebutuhan huntara dan tenda yang layak untuk pengungsi menjadi kebutuhan mendesak.

Kebutuhan mendesak untuk pemenuhan kebutuhan pengungsi dan masyarakat terdampak masih diperlukan hingga saat ini. Kebutuhan mendesak antara lain beras, gula, makanan bayi, susu anak, susu ibu hamil, kantong plastic, tenda, selimut (bayi, anak-anak, dewasa), minyak kayu putih, sabun mandi, pasta gigi, minyak goring, seragam anak sekolah, buku dan peralatan sekolah, air bersih, MCK, penerangan di pengungsian, sanitasi, dan kebutuhan dasar lainnya.(boy/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kisah Jamila, Hamil Tua saat Gempa, Lari Kalahkan Suaminya


Redaktur & Reporter : Boy

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler