Masih Kurang 3.000 Guru di Wilayah Ini

Sabtu, 10 Agustus 2019 – 21:15 WIB
Guru mengajar di kelas. Ilustrasi Foto: dok.JPNN.com

jpnn.com, SURABAYA - Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menerima para guru, kepala sekolah, pengawas, dan tenaga kependidikan berprestasi di Gedung Negara Grahadi baru - baru ini.

Para stakeholder pendidikan dari berbagai jenjang itu akan berangkat ke Jakarta untuk menerima penghargaan sebagai guru berprestasi pada peringatan HUT RI 17 Agustus mendatang.

BACA JUGA: Pak Guru Honorer Usia Sudah 50 Tahun, Ditangkap Polisi

Dalam kesempatan tersebut, Khofifah mengapresiasi berbagai kiprah dan upaya para insan pendidikan itu.

Terutama dalam membimbing dan mendidik para siswa. Juga atas berbagai inovasi pembelajaran yang mereka lakukan di dunia pendidikan.

BACA JUGA: Bima Yakin Kualitas Pensiunan Guru PNS Lebih Baik Ketimbang Hononer Baru

''Tantangannya akan semakin berat. Jadi, kurikulum dan pembelajaran juga harus disesuaikan dengan tantangan zaman,'' tuturnya.

BACA JUGA : Terpaksa Membelah Diri karena Kurang Guru di Sekolah

BACA JUGA: Honorer K2: Guru Usia 60 Tahun ke Atas tak Layak Mengajar

Saat ini salah satu problem dunia pendidikan adalah kekurangan guru. Sebab, tidak sedikit guru yang pensiun. Ada juga guru yang meninggal. Kekurangan guru pun terjadi hampir pada semua mata pelajaran.

Plt Kepala Dinas Pendidikan Jawa Timur Hudiyono menyatakan, kekurangan guru di sekolah negeri mencapai 3.000 orang.

Mulai guru agama, guru mata pelajaran produktif, hingga guru mata pelajaran lain. Untuk guru agama, kekurangannya mencapai 1.056 orang.

Yakni, jenjang SMA 475 guru, SMK 500 guru, serta pendidikan khusus dan layanan khusus (PKLK) 81 guru.

Beberapa upaya dilakukan untuk mengatasi kekurangan guru. Di antaranya, pemetaan dan pemerataan guru. Guru yang berlebih di sekolah tertentu akan disebar ke sekolah-sekolah yang kekurangan. ''Pemetaannya dalam kota,'' ucapnya.

BACA JUGA : Honorer K2: Guru Usia 60 Tahun ke Atas tak Layak Mengajar

Kepala Biro Kesejahteraan Sosial Pemprov Jatim itu menyebutkan, kekurangan guru memang tersebar di berbagai daerah di Jatim. Terutama di wilayah pinggiran Jatim, termasuk Madura.

''Tapi, ini tidak berarti tidak ada solusi,'' katanya.

Kekurangan guru terjadi lantaran jumlahnya yang memang kurang. Namun, ada juga daerah yang kelebihan guru sehingga harus diratakan melalui analisa guru dan tenaga kependidikan.

Berdasar pemetaan tahap pertama, sudah ada 641 guru yang persebarannya diratakan. Adapun tahap kedua, pemerataan dilakukan pada 300 guru.

Hudiyono menjelaskan, saat ini kekurangan guru bisa diisi dengan guru tidak tetap (GTT).

Bahkan, gubernur Jatim sudah membuat skenario pembiayaan pendidikan. Yakni, melalui dana pendidikan gratis berkualitas (tistas).

Dana tistas tersebut bisa digunakan untuk membiayai guru. ''Sebesar 40 persen tistas bisa untuk membiayai guru. Jadi, sudah ada solusinya. Jika kurang, ada keputusan lokal sekolah untuk membiayai,'' katanya.

Solusi lain, mengisi kekurangan guru melalui CPNS. Tahun ini ada sekitar 800 CPNS guru di Jatim. Jumlah itu menambah guru di Jatim menjadi 26 ribu. ''Kami juga menarik guru yang diperbantukan (DPK, Red) di sekolah swasta ke sekolah negeri,'' jelasnya. (puj/c13/end/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Jangan Salah Paham ya, Batas Usia Pensiun Guru PNS tak Diperpanjang


Redaktur & Reporter : Natalia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler