jpnn.com, MATARAM - Kinerja Pemprov NTB di bawah kepemimpinan Gubernur Muhammad Zainul Majdi atau akrab disapa Tuan Guru Bajang (TGB) disebut moncer, terutama dalam hal pertumbuhan ekonomi yang berkali-kali di atas rata-rata nasional.
Bahkan, pertumbuhan ekonomi beberapa tahun terakhir sempat mendapat pujian langsung dari Presiden RI, Joko Widodo saat datang ke NTB.
BACA JUGA: Ekonomi Kuartal Pertama 2018 Tumbuh Lebih Baik
Kali ini, fakta pertumbuhan ekonomi NTB menampar Pemprov NTB. Pertumbuhan ekonomi provinsi itu pada triwulan I 2018 paling rendah se-Indonesia karena tumbuh negatif 6,10 persen dibanding tiga bulan sebelumnya (q to q).
"Tidak adanya ekspor konsentrat pada triwulan I tahun 2018, membuat kontraksi sebesar 0,33 persen periode yang sama tahun sebelumnya atau year on year," ungkap Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) NTB, Endang Tri Wahyuningsih, seperti diberitakan Lombok Post (Jawa Pos Group).
BACA JUGA: Tommy Winata Dukung Target Pemerintahan Jokowi-JK
Akibat fatalnya, Provinsi NTB menempati posisi paling rendah se-Indonesia dalam hal pertumbuhan ekonomi triwulan I tahun 2018. Hal ini tentu saja berbanding terbalik dengan pertumbuhan ekonomi yang selama ini dibangga-banggakan. Penurunam tertinggi yang terjadi pada kategori lapangan usaha pertambangan dan penggalian sebesar 20,29 persen.
Angka tersebut sangat tinggi sehingga membuat pertumbuhan ekonomi NTB menjadi anjlok. "Selama ini ekspor konsentrat (penambangan di Sumbawa Barat oleh PT AMNT, red) berpengaruh dalam pertumbuhan ekonomi NTB," imbuhnya.
BACA JUGA: Bali-NTB Gagal jadi Tuan Rumah PON XXI 2024
Berdasarkan data BPS, provinsi dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi adalah Papua sebesar 28,93 persen. Disusul Maluku Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, dan Gorontalo. Sementara NTB berada pada urutan ke 34 dari 34 provinsi, berada di bawah kalimantan Timur.
"Dibanding triwulan keempat tahun 2017, pertumbuhan ekonomi NTB pada triwulan pertama tahun 2018 juga mengalami penurunan hingga 6,1 persen," papar Endang.
Dalam kasus tersebut, sektor pertambangan dan penggalian menjadi faktor penekan utama dengan nilai 27,41 persen. Fenomena tersebut tidak jauh berbeda dengan data year on year. "Jika mengeluarkan sektor tambang, secara year on year, pertumbuhan ekonomi NTB tumbuh sebesar 4,34 persen," imbuhnya.
Lebih lanjut disampaikan, struktur perekonomian NTB berdasarkan PDRB menurut lapangan usaha pada triwulan pertama tahun 2018 masih didominasi kategori pertanian, kehutanan dan perikanan dengan porsi 23,43 persen. Diikuti kategori pertambangan dan penggalian dengan kontribusi 14,58 persen. Selanjutnya kategori perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor dengan persentase 14,27 persen.
"Pertumbuhan tertinggi dicatatkan oleh kategori jasa keuangan sebesar 11,61 persen. Diikuti kategori penyediaan akomodasi dan makan minum sebesar 10,99 persen, serta kategori real estate yang sekitar 7,07 persen," jelas Endang. (cr-dev/zwr)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Survei Terbaru: Zainul Majdi Kalahkan Jokowi untuk Hal Ini
Redaktur & Reporter : Soetomo