Ketika wilayah Hunter di negara bagian New South Wales menghadapi 'lockdown' selama tujuh hari, sebuah masjid di Newcastle menolak sekelompok orang yang telah melakukan perjalanan dari Greater Sydney.
Warga yang meninggalkan kawasan Greater Sydney saat sedang diberlakukan status 'lockdown' adalah sebuah pelanggaran.
BACA JUGA: Tekuk Australia, Amerika Serikat Tambah Medali Emas Olimpiade Tokyo
Imam Mohamed Hamed dari Masjid Sultan-Fatih di Mayfield mengatakan kunjungan kelompok orang ke Newcastle "tidak dapat diterima".
Jemaah Muslim dari masjid tersebut yang pertama kali memberitahu soal kunjungan sekelompok orang itu.
BACA JUGA: Sistem Keuangan Islam Bernilai Miliaran Dolar, Bank di Australia Luncurkan Produk Syariah
"Beberapa anggota komunitas kami mengatakan bahwa mereka telah bertemu dengan beberapa orang di toko-toko di sekitar Mayfield, di sekitar Wallsend, di sekitar Jesmond dan ketika berbincang dengan mereka, ternyata orang-orang itu berasal dari Sydney," katanya.
"Kami menyarankan mereka untuk melapor ke polisi dan ke petugas kesehatan masyarakat, kami juga mengatakan kepada sekelompok orang itu untuk tidak datang ke masjid."
BACA JUGA: Bayi Kura-kura Lebih Sering Menelan Serpihan Plastik yang Dikira Makanan
Dugaan pelanggaran Perintah Kesehatan Masyarakat datang ketika pemantauan limbah di Newcastle mendeteksi viral load yang tinggi, artinya kemungkinan ada kasus yang tidak terdeteksi di daerah tersebut.
Polisi kemudian mendatangi Masjid Mayfield dan mereka diberitahu tentang insiden tersebut.
Tetapi mereka mengatakan tidak ada pelanggaran yang terdeteksi dan tidak ada tindakan lebih lanjut yang diambil.
Imam Hamed mengatakan mereka bekerja dengan Layanan Kesehatan Pengungsi NSW untuk memastikan protokol dipatuhi dan mereka yang melakukan kontak dengan sekelompok orang dari Sydney itu mengisolasi diri.
"Kami mencoba sebisa kami untuk menutupsemua jalan masuk yang menyebabkan kekhawatiran di area Newcastle dan Hunter," katanya.
"[Virus varian] Delta ini sangat menular dan menyebar dengan cepat, terkadang tanpa gejala, jadi kita perlu saling melindungi." Warga merasa sebagai sebuah pengkhianatan
Sebagai respon atas dugaan pelanggaran aturant COVID, pusat pengungsi perempuan di Newcastle, Zara's House ditutup.
Pendirinya, Suster Diana Santleben, mengatakan pelanggaran ini sebagai "pengkhianatan yang sangat buruk".
"Semua komunitas yang ada di sini benar-benar hancur hanya karena perilaku sangat tidak bertanggung jawab dengan menyetir dari Sydney ke Newcastle, karena tahu kalau Newcastle bebas COVID, dan mereka membahayakan seluruh warga di Newcastle," katanya.
"Semua orang dari masjid, dari komunitas Suriah, dari sukarelawan kami di Zara's House, sangat kecewa."
"Itu benar-benar tidak bertanggung jawab, egois, dan konyol."
Pusat ini menyediakan kelas bahasa Inggris dan sejumlah kegiatan lainnya, tetapi akan ditutup tanpa batas waktu hingga pandemi terkendali.
"Kami tidak bisa mengambil risiko dari orang-orang yang tidak dapat dipercaya," katanya.
"Mungkin hanya satu keluarga atau satu individu, tapi itu yang terjadi, seperti seorang sopir bandara yang membuat seluruh negara bagian New South Wales sekarang menjadi mati. Dan itu bisa terjadi lagi di sini."
Artikel ini diproduksi oleh Hellena Souisa dari artikel ABC News.
BACA ARTIKEL LAINNYA... Sepak Bola Putri Tokyo 2020: Akhirnya Amerika Serikat Bawa Pulang Medali