Salah satu bank terbesar di Australia, Bank NAB, mulai memasuki pasar keuangan Islami dengan meluncurkan produk syariah mulai Kamis ini (5/08).
Dengan populasi Muslim sekitar 600.000 jiwa, industri perbankan melaporkan potensi pasar syariah di Australia mencapai $250 miliar (sekitar Rp2.500 triliun).
BACA JUGA: Bayi Kura-kura Lebih Sering Menelan Serpihan Plastik yang Dikira Makanan
Bank NAB memperkirakan pasar keuangan Islam telah tumbuh sekitar 15 persen sejak tahun 1990-an.
Pasangan suami-istri Melike Yildirim dan Ibrahim Atik termasuk contoh konsumen yang telah beralih ke sektor keuangan Islami sejak beberapa tahun terakhir.
BACA JUGA: Kemendes dan BSI Teken Kerja Sama, Alhamdulillah Perbankan Syariah sampai Desa
Penafsiran mereka tentang agama Islam membuat warga Melbourne ini menghindari membayar atau menerima bunga bank.
"Bukan hanya tak boleh makan babi, tak boleh minum alkohol," ujar Ibrahim.
BACA JUGA: Topik yang Banyak Dihindari, Tapi Banyak yang Bertanya: Kematian Karena COVID-19
"Kami juga ingin menghindari bunga bank. Jika kami bisa menghindarinya, itu akan lebih baik," katanya.
Tapi hal itu sulit dipenuhi dalam sistem perbankan arus utama di Australia.
Bunga uang ada di mana-mana. Mulai dari kredit pembelian rumah, rekening deposito, kartu kredit.
Seperti kebanyakan orang Australia, Melike mendapatkan rekening bank pertamanya melalui program Dollarmites dari Bank Commonwealth (CBA).
Ini mirip dengan program Tabanas BRI di Indonesia pada tahun 1970-an.
Melike masih memiliki tabungan di Bank CBA, dan mengatasi dilema bunga bank dengan cara mendonasikan semua bunga yang diperolehnya.
Sedangkan suaminya, langsung menarik gajinya dari rekening banknya begitu ia menerimanya.
Sebelum mereka menikah, Melike telah mengambil pinjaman KPR dari Bank CBA.
"Saya selalu ingin mencari bank tanpa bunga tapi tidak dapat menemukan yang sesuai," kata Melike.
Setelah menikah pada 2018, pasangan ini mulai menggunakan perusahaan pembiayaan syariah untuk membeli rumah.
Mereka sekarang memiliki tiga rumah, semuanya menggunakan sumber pembiayaan yang sama.
"Itu lebih cocok dengan ajaran agama kami," kata Melike. Apa yang membuat bank syariah di Australia berbeda?
Pimpinan salah satu perusahaan keuangan syariah Amanah Finance, Asad Ansari, menjelaskan filosofi utama dari sistem ini lebih dari sekadar menghindari bunga bank.
Ada aspek hubungan berbasis perdagangan di dalamnya.
"Konsumen berisiko. Bank berisiko. Untuk itu, hubungannya bukan hubungan utang, lebih seperti hubungan kemitraan," jelasnya.
Asad pernah menjadi penasehat pemerintah Australia tentang dampak perpajakan keuangan syariah.
Dia melihat sektor ini tumbuh tapi terus berusaha menyesuaikan dengan kerangka kerja perbankan Australia.
Salah satu bidang yang dimanfaatkan sektor ini adalah pinjaman rumah, seperti yang dilakukan oleh Melike dan Ibrahim.
Kredit pinjaman rumah berbasis bunga bank yang mendominasi pasar umumnya memungkinkan orang untuk meminjam uang dari bank, membeli rumah dengan uang itu, kemudian membayar pinjaman itu kembali dalam jangka waktu tertentu disertai dengan bunga.
Bank memiliki kepemilikan hukum atas rumah tersebut, dapat mengambil alih dan memaksa peminjam untuk menjualnya jika gagal membayar pinjaman.
Bank atau perusahaan pembiayaan mendapatkan keuntungan melalui bunga dan biaya lainnya.
Asad menjelaskan, keuangan syariah melakukan pinjaman rumah secara berbeda.
Ada berbagai model.
Salah satunya yang lebih umum digunakan di Australia disebut Ijarah Muntahia Bittamleek.
Dalam model ini, bank atau perusahaan pembiayaan membeli rumah untuk klien dan kemudian menyewakannya kepada mereka selama jangka waktu tertentu. Umumnya beberapa dekade.
Seiring waktu, klien membayar rumah melalui pembayaran sewa, yang mencakup keuntungan bagi bank atau pemodal. Akhirnya, aset tersebut sepenuhnya dilunasi oleh klien.
Mereka pun memiliki rumah tersebut secara langsung.
Model ini sama dengan apa yang sudah dikenal sebagai "sewa untuk membeli" (rent to buy).
Selain pinjaman tanpa bunga, perusahaan keuangan syariah juga memanfaatkan dana pensiun.
Pasangan suami-istri Zehra dan Halis Erciyas telah menggunakan perusahaan pengelola dana pensiun syariah sejak beberapa tahun lalu.
Yang membuat mereka memindahkan dana pensiun dari pengelola konvensional, yaitu ingin menghindari investasi pada perusahaan yang berurusan dengan produk tak halal, seperti perjudian.
Pasangan ini selalu berusaha menghindari pinjaman berbasis bunga. Saat ingin membeli mobil, misalnya, mereka menabung dan membelinya langsung, bukan mencicil.
"Salah satu alasan mengapa kami belum memiliki pinjaman rumah karena kami merasa metode perbankan konvensional untuk mendapatkan rumah tidak sejalan dengan ajaran yang kami anut," kata Zehra.
"Jadi kami terus menabung dan menunda membeli rumah," katanya. Pinjaman syariah untuk buka bisnis
Kebangkitan keuangan syariah telah menjadi hal positif bagi seorang pemilik toko daging di Melbourne, Houssam Dannaoui.
Setelah bermigrasi ke sini dari Lebanon tiga dekade lalu, Houssam akhirnya memiliki toko daging halal.
Dia telah mengambil lebih banyak pinjaman syariah, termasuk beberapa bulan yang lalu untuk memperluas kemampuan pemrosesan daging perusahaannya.
"Saya sangat bersyukur karena hal ini memungkinkan saya untuk mengembangkan usaha," katanya.
"Saya seorang tukang daging Halal, dengan investasi Halal, dan dana pensiun Halal," ujarnya.
Dengan peluncuruan produk syariah, Bank NAB, mengklaim sebagai yang pertama melakukannya di Australia untuk perbankan.
"Kami telah mencatat bahwa industri keuangan syariah telah tumbuh pada tingkat sekitar 15 persen sejak tahun 1990-an," kata Direktur Keuangan Syariah Bank NAB, Imran Lum, kepada ABC News.
NAB telah bekerja di bidang keuangan syariah selama lima tahun.
Produk pembiayaan syariah barunya secara khusus menargetkan transaksi di atas $5 juta untuk properti komersial dan konstruksi.
Kesepakatan pertama di bawah layanan ini baru saja ditandatangani dengan perusahaan konstruksi yang berbasis di Sydney, Binah.
Produk ini menggunakan pengaturan yang mirip dengan pinjaman syariah untuk rumah, dengan kombinasi pengaturan sewa dan biaya.
"Ada beberapa elemen struktural yang sangat menarik yang kami negosiasikan untuk menyelesaikan penawaran terbaru ini. Agar memastikan bahwa kami mematuhi UU pajak federal dan negara bagian dan pada saat yang sama tetap setia pada prinsip-prinsip Islam," jelas Imran.
Bank Westpac menegaskan pihaknya tidak menawarkan produk di bidang ini.
Sementara Bank CBA dan Bank ANZ tidak menanggapi pertanyaan ABC News.
Imran mengatakan Bank NAB tidak ingin bermain di ruang keuangan syariah konsumen. Dia percaya peluang besar bagi Australia adalah menyiapkan mekanisme yang memungkinkan perusahaan luar negeri untuk berinvestasi di sini.
"Kita bertetangga dengan salah satu negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia, Indonesia, bersama dengan negara-negara mayoritas Muslim lainnya di kawasan ini," katanya.
"Jadi banyak dari investor ini, seiring dengan perkembangan industri, akan mencari untuk mendiversifikasi dana mereka dan mencari lokasi investasi alternatif. Australia berada pada posisi yang baik," jelas Imran. Seberapa besar pasar bank syariah?
Tak satu pun dari perusahaan pembiayaan Islam yang saat ini menawarkan produk pembiayaan konsumen di Australia memiliki lisensi sebagai bank penuh.
Artinya, meski pun mereka dapat menawarkan pinjaman rumah atau mengelola dana pensiun tapi tidak dibolehkan menarik simpanan dari masyarakat.
Beberapa waktu lalu, Asad Ansari dari Amanah Finance berkonsultasi dengan bank syariah luar negeri yang tertarik untuk membuka cabang di Australia. Dia mengatakan bank tersebut akhirnya memutuskan untuk tidak melakukannya.
"Salah satu yang perbankan lihat adalah pasar konsumen ritel," katanya.
"Pertanyaan bagi mereka muncul apakah mereka benar-benar dapat melakukan kegiatan perbankan Islam dalam kerangka Australia. Keputusan mereka menyatakan prospeknya cukup sulit," jelas Asad.
Meski Asad percaya umat Islam Australia layak mendapat pilihan layanan keuangan, namun dia tidak yakin apakah pasar saat ini dapat menopang bank syariah yang mandiri.
"Perbankan itu menyangkut skala," katanya.
Dia memperkirakan pasar syariah kurang dari 10 persen dari keseluruhan populasi Muslim di sini.
"Komunitas Muslim bukanlah monolit. Mereka memiliki pandangan berbeda, latar belakang berbeda sosial ekonomi yang berbeda," katanya.
"Saya tidak percaya 100 persen Muslim akan terjun ke keuangan syariah," ujar Asad.
Meski mengakui potensi pasar mencapai $250 miliar, sebuah laporan menyebutkan industri keuangan syariah di Australia memang masih dalam masa pertumbuhan. Menjajaki pendirian bank syariah
Saat ini ada dua perusahaan kecil yang sedang menjajaki pendirian bank syariah di Australia, menggunakan bentuk baru dari lisensi perbankan yang dibuat oleh regulator keuangan, APRA.
R-ADI adalah lisensi perbankan transisi yang diperkenalkan APRA beberapa tahun lalu, untuk memungkinkan operator yang lebih kecil bisa mendirikan bank.
Baru ada empat izin R-ADI yang telah dikeluarkan oleh APRA, dan satu izin telah dikembalikan setelah pemohon, Xinja, gagal dan telah mengembalikan semua uang nasabahnya.
Startup IBA Group yang berbasis di Sydney, mengatakan kepada ABC News bahwa mereka memulai proses dengan APRA untuk mendapatkan izin R-ADI sejak beberapa tahun lalu.
"Artinya kami akan menjadi bank ritel penuh," jelas CEO IBA Group Dean Gillespie.
"Orang bisa membayar tagihan mereka dengan kami, menarik di ATM, menabung dengan kami berdasarkan prinsip bagi hasil, bukan berdasarkan bunga bank," katanya.
Dia berharap izin bank penuh bisa keluar pada akhir tahun 2021 meski belum bisa dipastikan.
"Mendapatkan izin perbankan itu menantang. Tapi memulai bank syariah di negara di mana hampir tidak ada yang mendukung perbankan syariah jelas sangat menantang," katanya.
Dean yang beragama Kristen ini mengatakan IBA Group akan terbuka untuk siapa saja yang ingin berpartisipasi dalam model pinjamannya.
"Ini jelas akan terbuka untuk Muslim Australia, tapi juga untuk non-Muslim," katanya.
"Salah satu hal hebat tentang Australia yaitu kita hidup di negara dengan begitu banyak orang yang berbeda budaya atau latar belakang agamanya, bahkan tanpa agama sama sekali," kata Dean.
Perusahaan pembiayaan lainnya, Hejaz Financial Services, yang sudah mengelola pinjaman rumah dan dana pensiun syariah, mengungkap pihaknya sudah memulai proses perizinan R-ADI.
"Kami telah memberikan pinjaman sebesar $100 juta, hanya dalam enam bulan terakhir," kata CEO Hejaz, Hakan Ozyon.
"Kami baru mencakup 1 persen pasar. Masih ada 99 persen yang tersisa. Jadi pasarnya masih besar," katanya.
Mengenai tabungan di bank syariah, pasangan Melike dan Ibrahim memiliki pandangan yang beragam.
Ibrahim mengatakan "seratus persen" akan mengalihkan tabungannya jika bank syariah sudah memiliki izin.
Namun bagi Melike, meninggalkan bank yang setia kepadanya sejak kecil mungkin merupakan hal yang sulit.
"Saya sudah bersama Commonwealth Bank sejak masa Dollarmites. Jadi saya cukup puas dengan mereka," ujarnya.
APRA tidak bersedia menjawab pertanyaan ABC News.
Diproduksi oleh Farid M. Ibrahim dari artikel ABC News.
BACA ARTIKEL LAINNYA... Indonesia Sudah Mencatat 100 Ribu Kematian di Masa Pandemi COVID-19