Masjid Muhammad Cheng Hoo, Tempat Mualaf Ucapkan Dua Kalimat Syahadat

Jumat, 16 Juni 2017 – 03:20 WIB
PUSAT MUALAF: Serambi depan Masjid Muhammad Cheng Hoo berhiaskan kaligrafi Alquran. Foto: ANDY SATRIA/Radar Surabaya

jpnn.com, SURABAYA - Masjid Muhammad Cheng Hoo merupakan salah satu dari beberapa masjid di Surabaya yang kerap dijadikan tempat para mualaf untuk mengikrarkan dua kalimat Syahadat untuk kali pertama.

Namun meski dikenal sebagai masjid berciri khas Tionghoa, ternyata para mualaf yang kerap berikrar di masjid ini mayoritas bukan dari kaum Tionghoa.

BACA JUGA: Pria Ini Mualaf, Sahur dan Berbuka Selalu ke Rumah Pacar, Bahagia

Mifta Dian Mulyaningsih

MESKI berciri khas arsitektur kental dengan nuansa kelenteng dan didirikan oleh kaum Tionghoa, rupanya mualaf yang berikrar di Masjid Muhammad Cheng Hoo justru didominasi oleh kaum non-Tionghoa.

BACA JUGA: Berawal dari Mimpi, Alfian dan Rika Mengucap Syahadat, jadi Mualaf

Meskipun demikian, banyak pula etnis Tionghoa yang mengucapkan kalimat Syahadat tanda sebagai pemeluk Islam itu di Masjid Muhammad Cheng Hoo.

“Tapi jumlahnya masih kalah banyak kalau dibandingkan dengan etnis lainnya. Kebanyakan yang mualaf di sini orang biasa (non-Tionghoa, Red). Orang Tionghoanya ada juga, tapi jumlahnya hanya beberapa,” kata Hariyono Ong, ketua Takmir Masjid Cheng Hoo Surabaya.

BACA JUGA: Bisa Jadi Janda Sekaligus Duda

Masjid yang berlokasi di Jalan Gading ini memiliki persyaratan khusus bagi mereka yang ingin mengucapkan kalimat Syahadat.

Syarat tersebut antara lain harus mengikuti pembinaan di Masjid Cheng Hoo minimal selama tiga bulan. Pembinaan tersebut bisa dilakukan sebelum atau sesudah mengucapkan Syahadat.

Fleksibilitas ini diberikan mengingat para takmir Masjid Cheng Hoo sadar betul bahwa tidak ada yang tahu mengenai umur, sehingga untuk berjaga-jaga agar para mualaf bisa sesegera mungkin memeluk dan menjalankan syariat Islam sesudah berikrar Syahadat.

Meski demikian, pemberian surat ikrar akan diberikan setelah yang bersangkutan menjalani pembinaan selama minimal tiga bulan.

Sehingga mau tidak mau, semua mualaf harus menjalani pembinaan terlebih dahulu sebelum menerima surat ikrar resmi sebagai muslim.

“Kita bebaskan mengucap syahadatnya sebelum atau sesudah pembinaan. Karena beberapa mualaf takut apabila dicabut nyawanya sebelum beragama Islam. Kami juga paham dengan hal tersebut, makanya kami akan berikan surat ikrar setelah pembinaan,” tambah dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga tersebut.

Dalam pembinaan untuk mualaf ini, Masjid Cheng Hoo memberikan jadwal khusus. Yakni, dua kali dalam seminggu rutin dilakukan tiap Sabtu dan Minggu. Untuk hari Sabtu, dilakukan sore hari. Sedangkan hari Minggu dilakukan usai pengajian pagi pukul 07.00.

Materi pembinaan mental kerohanian Islam yang diberikan bermacam-macam. Intinya adalah dasar agama Islam seperti rukun iman, rukun Islam, tauhid, tata cara salat, dan pengenalan huruf-huruf hijaiyah untuk membaca kitab suci Alquran.

“Kami sengaja kuatkan dasar-dasar Islamnya, karena kami ingin nanti dipegang teguh,” kata pria yang juga menjabat sebagai Wakil II Bidang Dakwah DPW PITI Jawa Timur tersebut. (*/jay)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kisah Gatot Brajamusti dan Penyelundup Sabu yang Kini Mualaf


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag
mualaf   Syahadat   Tionghoa  

Terpopuler