Masuk di Balai Lelang Masterpiece Singapura, Lukisan Dihargai Rp 191 Juta

Jumat, 02 Mei 2014 – 05:00 WIB
Yarno, seniman muda yang karyanya sukses menembus pasar internasional. JPNN.com

jpnn.com - Seniman muda berbakat asal Pagar Alam, Sumatera Selatan, Yarno kian berkibar di seni internasional. Seiring makin tingginya minat kolektor seni mancanegara terhadap karyanya, harga lukisan Yarno juga terus melesat.

Terakhir, karya seniman berusia 44 tahun yang khas dengan kritik lingkungan itu masuk di balai lelang Masterpiece Singapura, 13 April lalu. Banyak kolektor seni yang hadir mengejar satu-satunya lukisan karya Yarno berjudul Power Struggle yang dibuat pada 2011 itu.

BACA JUGA: Unggah di Facebook, Langsung Terima 900 Komentar

Di akhir lelang, lukisan Yarno dibeli dengan harga total SGD 20.740 atau Rp 191 juta. Padahal, Yarno tergolong seniman baru Tanah Air. Jumlah karya yang dihasilkan bahkan belum mencapai 58 kanvas.

Pada awal Maret 2010, karya Yarno masih di harga Rp 9 juta dalam pameran bersama. Lalu naik terus di akhir 2011 menjadi Rp 18 juta setelah dipamerkan di Seoul, Korea, dan Singapura. Di pertengahan 2012 harga tawar lukisannya naik lagi menjadi Rp 25 juta. Dan pada 2013, karya Yarno terus melambung hingga menyentuh angka Rp 40 juta.

BACA JUGA: Kangen Ortu, Dua Bocah Nekat Bersepeda ke Jakarta

Namun, tidak semua kolektor berhasil memperoleh karya-karyanya walau ingin membelinya. Keunikan karya Yarno ada pada kepandaiannya mengolah kombinasi warna dan kekuatan goresannya dengan kritik lingkungan yang sarkastik menjadi sebuah karya seni modern yang mengesankan.Tampilannya menarik dengan warna-warna monochrome bersifat kontemporer tanpa membuat jiwa jenuh.

Meski sejatinya, Yarno mengusung aliran surealisme dalam karya-karya seni modernnya sejak 2009.

BACA JUGA: Kisah Tujuh Dokter Muda Bertugas Melayani Masyarakat di Desa Terpencil

Sebuah keadaan lingkungan yang rusak, bisa diperhalus dalam goresan kuasnya, tanpa kehilangan makna utamanya. Yarno tetap mampu menumpahkan ''keresahannya'' terhadap pembabatan hutan, industrialisasi, tanpa menunjukkan ''emosi''.

Seperti objek binatang yang muncul di antara pipa-pipa besi dan cerobong asap sebagai simbol kian tersisihnya habitat hewan liar akibat pembabatan hutan. Atau bagaimana ikan-ikan di sungai mencoba bertahan hidup di antara lautan sampah, yang merujuk pada polusi sungai.

Itu adalah gambaran sekilas keunikan sejumlah karya Yarno dalam menunjukkan kegelisahannya melihat ekosistem alam yang semakin tidak seimbang. Tentunya dengan warna-warna yang dinamis dan semakin eye catching, sehingga kolektor langsung mudah mengenali ciri khasnya saat melihat karyanya dari jauh.

Tak heran, pada pameran seni bergengsi di Art Stage Singapura 2014 lalu, lukisan-lukisan karya Yarno banyak mendapat decak kagum kolektor dan kurator seni museum mancanegara. Seluruh karya-karyanya juga habis dikoleksi.

''Banyak yang berminat untuk mengajak pameran. Rencananya November nanti Yarno akan berpameran di Taiwan,'' jelas Direktur Galeri Apik Rahmat, yang menaungi seniman berbakat itu di Jakarta, Kamis (1/5).

Rahmat juga mengakui, demand (permintaan) terhadap karya Yarno sangat tinggi. Khususnya oleh kolektor seni di Eropa dan Taiwan.

Sebelumnya, Yarno sukses menggelar pameran tunggalnya di Jakarta bertajuk Ultimate City pada 2012. Disusul kesuksesan pameran tunggal berikutnya di The Ritz Carlton Jakarta bertajuk Reborn pada 2013.Rahmat menambahkan, sepanjang tour de art-nya, tidak banyak seniman yang bisa melaju sedemikian pesat seperti Yarno. Bahkan di Art Stage Singapura 2014, karya terbaru Yarno dipamerkan bersama karya terbaru Made Wianta dan Heri Dono.

Maka itu, wajar saja kalau karya Yarno disambut hangat kolektor seni di London (Inggris), Seoul (Korea), Jepang, Taiwan, Paris (Perancis), Australia, Singapura dan Beijing serta Shanghai (Tiongkok). Berdasarkan penelusuran, karya Yarno lainnya yang berjudul Leader juga akan dilelang di balai lelang seni 33 Auction di Singapura pada 11 Mei mendatang. (jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Usia 26 Tahun Sudah Berpenghasilan Rp 9 Miliar Lebih


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler