jpnn.com - TIM yang dibentuk kepolisian, terdiri dari 30 personel terbaik, diberi tugas memburu kawanan penjahat mutilasi yang menewaskan Gamali alias Daeng Arsyad, warga Desa Pinang Jatus, 17 Januari 2015.
Tim gabungan terdiri dari anggota Satreskrim Polres Paser, Polsek Long Ikis dan Long Kali, Subden 3 Det A Brimob Pelopor Paser, dan Jatanras Polda Kaltim. Mereka masuk kawasan hutan yang medannya cukup menantang nyali.
BACA JUGA: Sengit! Polisi Ladeni Perlawanan Begal, Ada yang Terkapar
SUSIANTO, Paser
SEBUAH pondok di tengah hutan, jaraknya sekira 25 km dari pusat permukiman warga di Desa Pinang Jatus, Kecamatan Long Kali. Itulah lokasi target kepolisian, SI, si otak pelaku mutilasi bersama sejumlah kawanannya. Rapat kecil mematangkan strategi dilakukan sebelum para personel medekat ke target.
BACA JUGA: Dapat Bagian Rp 200 Ribu, Dihadiahi Timah Panas, Dor!
Tempat kejadian perkara (TKP) pembunuhan yang disertai mutilasi terhadap Gamali atau biasa dipanggil Daeng Kuta (58), sebagian ditempuh dengan berjalan kaki.
Kawanan yang dikenal sadis itu terbagi dalam dua tempat berbeda. SI dan dua anggotanya di dalam hutan. Sementara tiga anggota kawanan lainnya berada di permukiman, tepatnya di rumah-masing-masing.
BACA JUGA: Jaksa Pusing Urus Barang Bukti Ayam Aduan
Target pertama adalah SI. Jalan masuk hutan tak dapat ditempuh dengan kendaraan bermotor. Memburu penjahat sadis tersebut bakal menjadi kenangan yang sulit dilupakan para personel kepolisian. Medan yang sulit membuat alas kaki para personel jebol.
“Sampai di TKP itu, polisi hanya ada beberapa yang memakai alas kaki. Semua sepatu yang bagus itu rusak. Jalanan berkerikil, berlumpur, semua dilalui personel ini,” kata Kasat Reskrim Polres Paser, AKP Aldi Alfa Faroqi.
“Pukul 23.30 Wita, malam itu tim mulai masuk hutan yang menjadi target operasi, dan penyergapan di pondok tempat persembunyian SR, AD, NR, dan IR. Penyergapan di TKP ini dilakukan sekira pukul 01.30 Wita (21/8). AD meninggal dunia saat dalam perjalanan menuju Rumah Sakit Panglima Sebaya,” beber Aldi.
AD dilumpuhkan dengan timah panas karena melawan dan hendak melukai petugas saat akan dibekuk, SR dan IR berhasil dibekuk tanpa perlawanan. Sedangkan, satu tersangka berinisial NR berhasil kabur saat akan dibekuk.
Saat itu tim berupaya mengejar pelaku, sembari melanjutkan perjalanan menuju pondok lain yang berjarak 10 kilometer dari pondok TKP pertama.
Tim tiba di pondok di TKP kedua pukul 02.45 Wita, dan ternyata ada tersangka SI dan RB. Sebelum membekuk keduanya, tim harus bertaruh nyawa, kontak senjata tak terhindarkan.
Dua tersangka tersebut membekali diri dengan senjata rakitan sejenis shotgun. Sekira 30 menit baku tembak, SI dan RB berhasil dilumpuhkan. Dan didapati fakta, SI meninggal karena luka tembak dan RB mengalami luka tembak di betis sebelah kiri.
“Pelaku yang tertembak berhasil dievakuasi keluar TKP, dan tiba di Polsek Long Ikis pukul 12.30 Wita (21/8). Dari hasil operasi ini diamankan sejumlah barang bukti seperti dua pucuk senjata api rakitan, dua bilah senjata tajam sejenis mandau, empat parang, dua buah bilah raut, dan dua unit senter,” kata Aldi.
Aldi bertutur bahwa malam penyergapan penuh dengan drama. Beberapa personel tampak sesekali berdoa saat memasuki hutan. Untungnya, tak ada personel yang terluka dalam operasi tersebut.
“Tersangka yang meninggal saat itu langsung dibawa ke Rumah Sakit Panglima Sebaya untuk menjalani autopsi, dan yang tertembak dirawat intensif. Dan untuk pelaku yang kabur dalam penyergapan (NR), sudah ditetapkan sebagai daftar pencarian orang (DPO) atau buron kepolisian,” tandasnya. (war/k1/sam/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Polisi Akui Ada yang Tewas Saat Demo, Tapi Bukan Terkena Peluru
Redaktur : Tim Redaksi