Masuk Mal Wajib Bawa Hasil Antigen Negatif, Deddy Sitorus: Kebijakan Tidak Bermanfaat dan Merugikan

Kamis, 12 Agustus 2021 – 14:48 WIB
Anggota Komisi VI DPR RI Deddy Yevri Sitorus. Foto: dok pribadi for JPNN

jpnn.com, JAKARTA - Anggota DPR Deddy Yevri Sitorus menolak kebijakan yang mewajibkan warga belum divaksin menunjukkan hasil negatif Covid-19 berdasar swab antigen sebelum masuk ke mal atau pusat perbelanjaan.

Sebab, kebijakan tersebut hanya memunculkan sisi negatif penanganan pandemi Covid-19.

BACA JUGA: Ini Alasan Kemendag Terapkan Aturan Tes PCR untuk Masuk Mal

“Itu harus dikaji ulang sebab tidak terlalu bermanfaat dan merugikan semua orang,” kata Deddy Sitorus dalam keterangan persnya, Kamis (12/8).

Menurut Deddy, kebijakan sebelumnya yang mengharuskan sudah divaksin agar bisa memasuki mal di Jakarta sudah cukup untuk meminimalkan risiko penularan.  

BACA JUGA: Masuk Mal Harus Tunjuk Sertifikat Vaksin, Ganjar: Sebenarnya Aturan itu Enggak Fair

Dengan syarat, lanjut dia, mereka yang masuk mal harus tetap taat prokes dengan menggunakan masker berlapis, menghindari kerumunan dan menjaga jarak.

Menurut Deddy, kewajiban antigen bagi orang yang belum divaksin untuk masuk mal akan menyulitkan aktivitas ekonomi di sana, merugikan para tenant, pedagang, supplier, ojek online, dan masyarakat luas. 

BACA JUGA: Wali Kota Depok Larang Lansia, Ibu Hamil, dan Balita Masuk Mal

"Ini akan menekan aktivitas ekonomi dalam bentuk rendahnya konsumsi publik," ujar anggota Komisi VI DPR itu. 

Menurut dia, konsumsi masyarakat itu justru sebagai salah satu faktor pendorong geliat ekonomi. 

Seharusnya hal itu difasilitasi dan diedukasi, bukan dibuat sulit.

“Saya justru heran kenapa hanya mal yang diwajibkan antigen, bagaimana dengan pasar yang sulit menerapkan prokes karena biasanya ruang gerak masyarakat sempit," kata Deddy. 

Politikus PDI Perjuangan itu mengatakan pengambil kebijakan kurang memahami tekanan ekonomi para pedagang dan masyarakat kecil, sehingga membuat aturan tentang prasyarat antigen masuk mal bagi yang belum divaksin.

Menurutnya, biaya antigen bisa mencapai ratusan ribu dan jelas tidak terjangkau masyarakat.

Dia menegaskan hal ini tentu memberatkan masyarakat dan merugikan pedagang.

"Lebih baik melakukan pengawasan dan pengetatan di lapangan daripada mewajibkan swab antigen (bagi yang belum divaksin, red)” saran Deddy.

Dia menambahkan selain mendorong konsumsi, mal, dan pasar juga adalah tempat interaksi sosial dan relaksasi bagi sebagian masyarakat. 

“Yang ditambah seharusnya implementasi prokesnya di lapangan, bukan pengeluaran tambahan bagi publik di masa ekonomi sulit seperti ini," beber Deddy. (ast/jpnn)


Redaktur : Boy
Reporter : Aristo Setiawan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler