jpnn.com, SLEMAN - Budi Santosa (53 tahun) merupakan pria yang bertanggung jawab untuk urusan dapur umum di pengungsian Gunung Merapi, khususnya di Cangkringan, Sleman. DIY.
Pada tanggap bencana Merapi kali ini, Budi mengemban tugas sebagai Koordinator Taruna Siaga Bencana (Tagana) Kapanewon Cangkringan.
BACA JUGA: Ada Jejak Tapak Misterius Tertinggal di Beton Jalur Evakuasi Gunung Merapi
Ketersediaan makanan kepada para pengungsi dan juga sukarelawan adalah tanggung jawabnya.
Tak hanya ketersediaan, makanan juga harus dipastikan kebersihannya. Harus teliti ketika menyeleksi bahan makanan yang belum diolah.
BACA JUGA: BNPB Beri Peringatan Bencana Ganda di Lereng Gunung Merapi
Budi menjadi relawan sejak tahun 2007.
Dia sudah terlibat menjadi sukarelawan di berbagai bencana alam yang terjadi di Indonesia.
BACA JUGA: Mendadak Sirene Berbunyi, Warga Lereng Gunung Merapi Panik, Ternyata..
Mulai dari banjir, gempa bumi, dan letusan gunung berapi. Termasuk ketika Merapi erupsi tahun 2010.
Budi cukup emosional ketika menceritakan apa yang terjadi sepuluh tahun lalu.
Karena dia kehilangan lima rekan akibat bencana alam yang dahsyat itu.
“Kebetulan mereka semua itu dari Tagana,” ungkapnya dengan mata berkaca-kaca.
Waktu itu Budi bisa selamat lantaran ia ada tugas di bawah. Ia dan rekan-rekan yang lain sedang menyiapkan posko pengungsian untuk para pengungsi yang masih tertinggal di atas.
Budi mengisahkan ketika erupsi 2010 masih banyak masyarakat yang belum sadar mengenai mitigasi bencana alam.
Bahkan ketika beberapa jam sebelum erupsi, ia dan sukarelawan yang lain masih harus menunggu sekelompok masyarakat yang menggelar tahlilan lebih dulu.
Kehilangan rekan seperjuangan ketika erupsi Merapi 2010 tentu memberikan trauma tersendiri bagi Budi.
Namun, panggilan hati dan keinginan untuk membantu masyarakat lebih besar dari rasa takut itu.
“Kalau takut pasti ada. Kalau orang tidak punya rasa takut, itu malah bahaya,” ujar pria asli Cangkringan ini.
Budi menjelaskan, respons masyarakat dalam menghadapi erupsi saat ini berbeda dengan tahun 2010 lalu.
Menurutnya, kebanyakan masyarakat di daerah rawan sudah sadar betul dengan mitigasi bencana.
Saat ini masyarakat lebih mudah diarahkan untuk cepat mengungsi ke lokasi yang lebih aman.
Selain itu, masyarakat juga sudah menyiapkan semacam tas darurat yang berisi barang-barang penting ketika bencana datang.
“Saat ini semuanya jauh lebih tanggap,” tutur Budi. (kur/laz)
Redaktur & Reporter : Adek