jpnn.com, PUTRAJAYA - Bank Negara Malaysia (BNM) akan melakukan intervensi pada pasar valuta asing untuk membendung pergerakan mata uang yang dianggap berlebihan.
Asisten Gubernur Bank Negara Malaysia Adnan Zaylani dalam keterangannya di Kuala Lumpur, Selasa, mengatakan sementara ringgit terus dipengaruhi perkembangan global, ekspektasi pertumbuhan ekonomi pada kisaran 4,0 hingga 5,0 persen serta upaya reformasi struktural dan konsolidasi fiskal oleh pemerintah masih menjadi faktor pendukung untuk ringgit.
BACA JUGA: BNNP Sumsel Menggagalkan Pengiriman 20 Kg Sabu-Sabu Asal Malaysia ke Palembang
Adnan, yang juga merupakan Ketua Komite Pasar Keuangan (FMC), mengatakan bahwa BNM sesuai mandatnya akan melakukan intervensi di pasar valuta asing untuk membendung pergerakan mata uang yang dianggap berlebihan.
Sementara nilai ringgit akan tetap ditentukan oleh pasar, BNM berharap langkah-langkah ke depan yang akan diambil pemerintah Malaysia untuk lebih menguatkan ekonomi akan membantu memastikan mata uang negara tersebut mencerminkan fundamental negara yang lebih baik.
BACA JUGA: BNNP Sumsel Gagalkan Pengiriman 20 Kilogram Sabu-Sabu dari Malaysia
Sementara itu, Presiden Asosiasi Pasar Keuangan Malaysia (FMAM) Chu Kok Wei mencatat pasar keuangan di Malaysia terus beroperasi dengan tertib dan tetap kondusif untuk mendukung kebutuhan klien mereka.
Mereka menyambut panduan BNM terhadap ringgit dan perkembangan pasar terkini. “Kami akan tetap mendukung upaya tersebut di pasar domestik,” ujar dia.
BACA JUGA: Petani Milenial Malaysia Apresiasi Penyelenggaraan Penas di Padang
FMC mengadakan pertemuan mendiskusikan perkembangan kondisi pasar keuangan baru-baru ini yang mempengaruhi nilai tukar ringgit Malaysia.
Kondisi eksternal terus menjadi pendorong utama kinerja ringgit, terutama ekspektasi pasar yang terus berkembang akan suku bunga terminal yang lebih tinggi di sebagian besar negara ekonomi utama, yang pada gilirannya, meningkatkan risiko perlambatan ekonomi global.
Pada saat yang sama Bank Rakyat China (PBOC) telah menurunkan suku bunga di tengah tanda-tanda bahwa pemulihan ekonomi China pascapandemi COVID-19 kehilangan momentumnya.
Ringgit bersama dengan mata uang regional lainnya telah terbebani oleh kondisi tersebut.
Terkait penguatan dolar AS, menurut FMC, tingkat depresiasi ringgit baru-baru ini tidak mencerminkan fundamental ekonomi Malaysia, melainkan dipengaruhi sejumlah faktor. (ant/dil/jpnn)
Redaktur & Reporter : M. Adil Syarif