Mataram Berpotensi Tenggelam

Minggu, 06 Oktober 2013 – 07:46 WIB

jpnn.com - MATARAM – Sebagian besar saluran di Kota Mataram mengalami pendangkalan yang cukup parah. Dinas Pekerjaan Umum (PU) Kota Mataram mencatat 80 persen lebih saluran di dalam kota mengalami pendangkalan akibat penumpukan sedimentasi. Jika terus menerus terjadi, ibu kota Provinsi NTB ini bisa tenggelam oleh banjir.

Kepala Bidang Pengairan dan Irigasi Dinas PU Kota Mataram Yuslifar Artadi menyebutkan, rata-rata pendangkalan terjadi antara 40 – 50 persen dari kedalaman saluran yang sebenarnya. Kondisi itu diperparah dengan banyaknya saluran yang rusak sehingga saluran drainase tidak bisa berfungsi dengan normal. Dari 439.441 meter  panjang saluran, 51.557,85 meter diantaranya dalam kondisi rusak. Dengan kondisi itu ia mengakui Kota Mataram masih menjadi daerah yang sangat rawan bajir.

BACA JUGA: Ratusan Honorer K1 Masuk K2

”Ya, kita masih sangat rawan banjir,” kata Yuslifar pada Lombok Post (Grup JPNN).

Yuslifar menyebutkan, beberapa hal yang menyebabkan saluran mengalami pendangkalan diantaranya, tingginya volume sampah di saluran. Masalah sampah menjadi pemicu utama. Perilaku masyarakat sulit diubah, mereka masih menjadikan saluran dan sungai sebagai tempat membuat sampah.

BACA JUGA: Target PBB Lampaui Target

Tidak heran setiap hari ratusan kubik sampah harus diangkut petugas dinas PU dari saluran. Normalisasi saluran dengan mengeruk sedimentasi tidak mempan. Setelah dikeruk, saluran akan kembali dangkal karena sampah tetap mengendap di saluran. Kondisi itu kerap membuatnya kewalahan dengan tenaga yang terbatas.

”Kita tetap melakukan normalisasi saluran, namun tidak berhasil,” katanya.

BACA JUGA: Jokowi Disambut Aksi Tawuran di Kampus Unhas

Ia berharap masalah sampah di saluran tidak hanya ditangani dinas PU, namun dinas lain yang berkaitan dengan sampah seperti dinas kebersihan. Untuk saluran yang ada di Lingkungan Gubuk Mamben sendiri pihaknya akan melakukan pengerukan, namun harus menunggu pengadaan alat berat terlebih dahulu.

”Akan ditangani, namun harus menunggu pengadaan alat berat,” katanya.

Selain sampah, pendangkalan saluran juga disebabkan bahu jalan yang tidak diperkeras sehingga saat ambruk, saluran menjadi tertimbun. Selain itu, jalan-jalan di bagian tengah kota tidak memiliki lubang drainase untuk pembuangan air menuju saluran, sehingga terjadi genangan di jalan raya.

Yuslifar menjelaskan, sistem saluran di Kota Mataram sebenarnya sudah  bagus dan tersistematis. Saluran menggunakan sistem tulang ikan, dengan lima sungai besar sebagai saluran pembuang utama menuju pantai. Dimana saluran primer di dalam kota akan diarahkan menuju empat sungai itu, yakni Sungai Midang dengan panjang 10 kilometer (km), Sungai Jangkuk 10,5 km, Sungai Ancar 12,4 km, Sunagi Unus 11,6 km, dan Sungai Berenyok dengan panjang 4,8 km. Mestinya dengan sistem saluran yang ada, Kota Mataram tidak mengenal namanya banjir, sebab aliran air selalu diarahkan melalui empat sungai itu. Namun nyatanya sungai juga mengalami pendangkalan sama seperti drainase.

”Kalau semua ini berfungsi dengan baik, maka kita mestinya tidak akan pernah banjir,” katanya.

Ia berharap semua pihak membantu upaya pemerintah dalam mengurangi pendangkalan. Baik masyarakat maupun dinas lain. Tanpa ada upaya bersama,  bukan tidak mungkin pendangkalan akan makin parah dan kota terancam bisa tenggelam. ”Sekuat apapun upaya kami, tapi tidak akan pernah bisa tanpa ada bantuan dari pihak lain dan masyarakat,” katanya. (cr-ili)

:ads="1"

BACA ARTIKEL LAINNYA... Ayah dan Anak Tewas Terbakar


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler