jpnn.com - SEMALAMAN Tan Malaka begadang dengan pimpinan Nahdlatul Ulama Kiyai Hasyim Ashari. Setelah itu, Tan ditangkap dan dipenjarakan oleh pasukan Barisan Pemberontak Republik Indonesia (BPRI) pimpinan Bung Tomo. Sepenggal babak sejarah yang tak umum diperbincangkan.
Wenri Wanhar - Jawa Pos National Network
BACA JUGA: Ini Lho Pidato Lengkap Bung Karno Saat Proklamasi
11 November 1945. Melalui siaran radio, Tan Malaka bersama para pejuang kemerdekaan Indonesia yang sedang berkumpul di Jogja mengetahui rakyat Surabaya baku tembak dengan tentara Serikat.
"Itu hari juga kami berempat. Tan Malaka, Djalil, Haji Umar Sugondo dan saya sendiri, berangkat meninggalkan rumah Sdr. Chusrani di Taman Juwono, Joyakarta menuju ke Surabaya," tulis Entol Chaerudin dalam catatannya.
BACA JUGA: Apa yang Dilakukan Jagoan Jakarta Saat Proklamasi? Kisah Nyata…
Dalam perjalanan, mereka kembali mendengarkan siaran radio BPRI-nya Bung Tomo. Dikabarkan bahwa Tan Malaka ikut bertempur bersama rakyat Surabaya. Tan dan kawan-kawan hanya bisa mesem-mesem.
Jam 8 malam mereka tiba di Mojokerto. "Malam itu saya masih dapat memanfaatkan kesempatan untuk mempertemukan Tan Malaka dengan tokoh ulama di Pesantren Tebu Ireng, Kiyai Hasyim Ashari," kenang Entol yang setelah itu bersama Djalil pergi ke hotel.
BACA JUGA: Asrama Indonesia Merdeka, Titik Tolak Proklamasi yang Terlupakan
Tan ditemani Umar Sugondo begadang sampai Subuh dengan Hasyim Ashari. Lalu kembali ke hotel untuk bersiap melanjutkan perjalanan ke Surabaya.
Tiba-tiba datang pasukannya Bung Tomo. Mereka berempat dibawa ke markas BPRI. Setelah diperiksa, lalu ditahan tanpa penjelasan. Sorenya dikirim ke kantor polisi Mojokerto, untuk dijebloskan ke dalam sel.
"Esok harinya pagi-pagi benar, pintu sel dibuka dan seorang dari markas BPRI yang kemarin harinya memeriksa, masuk ke dalam sel, duduk bersama-sama kami di lantai sel, menyampaikan penyesalannya serta minta maaf atas tindakan penahanan kami," papar Entol.
Menurut catatan Entol, anggota BPRI itu menerangkan, "penahanan kami itu disebabkan kecurigaan terhadap Tan Malaka yang bersama-sama saya itu dikira palsu."
Barang-barang yang disita termasik mobil dikembalikan.
Pembebasan Tan Malaka cs dijembut pula oleh utusan dari markas Pemuda Republik Indonesia (PRI) pimpinan Soemarsono. Antara lain ada Rivai S. Atmadja, Djohan Sjahrusah, Nurullah, Sudjono dan Effendi.
Segera mereka bersama-sama menuju Surabaya, setelah mampir beberapa kejap di markas gabungan di Wonocolo; mengadakan semacam acara menghilangkan kesalahpahaman sehari sebelumnya.
Didampingi pasukan PRI, Tan Malaka cs tiba di Surabaya tanpa gangguan.
Sekadar catatan, PRI merupakan unit kelaskaran yang sangat berpengaruh di Surabaya. Bahkan, Bung Tomo pimpinan BPRI yang menangkap Tan Malaka sebenarnya Ketua Bidang Penerangan PRI.
Tan Malaka Menangkap Tan Malaka
Jam 11 siang tanggal 13 November 1945 rombongan tiba di Jl Embong Malang. Ada kesibukan merawat pejuang-pejuang yang terluka dan mengevakuasi mereka yang gugur ke markas PRI di Jl. Gedung Tarukan, Pacarkeling.
Di Pacarkeling, Tan Malaka disambut Soemarsono, pucuk pimpinan PRI. Macam-macam hal mereka perbincangkan. Terutama soal perjuangan mempertahankan kemerdekaan. Dan tak ketinggalan soal penangkapan tempo hari.
"Dari Sdr. Rivai S Atmadja didapat keterangan, bahwa penangkapan Tan Malaka dkk di Mojokerto itu, adalah karena adanya seorang yang mengaku Tan Malaka dan beberapa hari yang lalu Radio BPRI menyiarkan berita, bahwa Tan Malaka berada di tengah-tengah rakyat bertempur," papar Entol Chaerudin dalam catatannya.
14 November 1945, Entol menulis, diadakan perundingan dengan tokoh-tokoh PRI untuk mengambil langkah-langkah mengadakan penelitian mengenai orang yang mengaku Tan Malaka itu.
Hasilnya, demikian dicuplik utuh dari laporan Entol Chaerudin:
Sdr2. Sumarsono, Ibrahim Jahja dan Rivai S Atmadja dengan didampingi oleh Sdr. Salamun telah berhasil mengambil orang yang mengaku Tan Malaka itu dari Jl. Kedungsari No. 10 Surabaya.
Dibawa ke Markas PRI di Jl. Gedung Tarukan Pacarkeling. Dilakukan penelitian dan pemeriksaan yang hati-hati sekali dan cermat.
Dari pemeriksaan yang saya lakukan dengan sabar dan cermat, sehingga jelaslah bahwa Tan Malaka palsu itu pernah juga digunakan oleh instansi2 intek sejak zaman Hindia Belanda dan waktu pendudukan tentara Jepang, untuk memikat dan menjebak pengikut2 Tan Malaka yang sebenarnya. (wow/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Sejarah Proklamasi, ini Kuncinya...
Redaktur : Tim Redaksi