Mau Pariwisata Daerah Tumbuh Pesat? Harus Go Digital!

Minggu, 18 September 2016 – 08:22 WIB
Ilustrasi: techrasa.com

jpnn.com - JAKARTA – Solid, speed (kecepatan) dan smart (pintar) yang menjadi mesin untuk menggerakkan konsep “Go Digital Be The Best” bidang kepariwisataan yang digagas Kementerian Pariwisata (Kemenpar) akan lebih cepat melaju jika semua daerah ikut bergerak. Terutama yang sudah percaya diri menempatkan pariwisata sebagai portofolio bisnis dalam membangun daerahnya.

 “Jika tidak ikut Go Digital, saya jamin destinasi wisata yang dimiliki daerah itu tidak akan maju. Karena itu no return point (tak ada titik balik, red), harus familiar dengan digital!” kata Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya pada Rakornas Kemenpar III di Ecopark Ancol, Jakarta Utara, 15-16 September 2016.

BACA JUGA: Kumpulkan Seluruh Jajaran Direksi Pelindo, Menhub Sampaikan 3 Poin Penting

Dalam rangka Go Digital itu pula ada dua langkah yang perlu dilakukan daerah. Pertama, daerah harus punya official website sekaligus sumber informasi destinasi pariwisata daerahnya.

Web daerah itu pun harus didesain lebih ke turisme. Jika diklik, maka landing page yang muncul harus cantik dengan menampilkan berbagai keunggulan pariwisatanya.

BACA JUGA: Ekonomi Sedang Sulit, Penjualan BMW Makin Melejit

Web itu pula yang terus di-up date dengan video, foto, gambar dan teks dan berita terkini. “Makin bagus websitenya, makin banyak orang betah mampir, makin banyak yang bisa dipromosikan,” kata Arief Yahya.

Kedua, daerah harus sudah berani menampilkan calendar of events, atau daftar kegiatan yang bernuansa pariwisata selama satu tahun. Event yang akan digelar harus sudah pasti tanggal dan bulannya, serta disertai deskripsi rencana kegiatannya. Event akan menjadi salah satu atraksi yang memungkinkan para industri pariwisata membuat paket wisata jauh-jauh hari sebelumnya.

BACA JUGA: Beberapa Kemudahan Ini Bikin Pasar Properti Seksi Lagi

Dari situ pula berawal skema kerja Travel X-change Indonesia (TXI) Digital Market Place (DMP). DMP adalah pasar atau lapak-lapak yang akan diisi oleh  pelaku industri tour travel dan tour agency dengan paket-paket pariwisata yang sudah mereka susun.

Paket itu akan semakin menarik dan punya nilai jual jika content-nya sekaligus dikoneksikan dengan event di daerah. Info soal event di daerah itu yang harus disediakan dengan detail oleh pemerintah daerah baik provinsi, kabupaten maupun kota melalui website masing-masing.

Jadi ada tiga pihak yang saling terkoneksi melalui digital. Yakni, pertama, TXI DMP yang dimiliki Kemenpar dan akan dioperasikan oleh pihak ketiga.

Kedua, website daerah yang berisi kalender event yang lengkap dan informatif. Ketiga, paket-paket wisata yang dibuat tour operator yang sudah pasti juga punya website sendiri.

Kelak, pasar TXI DMP itulah yang dipromosikan di seluruh dunia. Karena itu, jika daerah ingin maju, sebaiknya segera membuat website yang komplet dan terus diperbarui (up dated), serta menyusun  event nasional dan internasional yang memiliki cultural value sekaligus commercial value.

Sedangkan industri seperti tour operator dan tour agency sudah secara otomatis akan mencari akal. Mereka pasti akan berkreasi dengan membuat  paket-paket yang bersaing untuk dipajang di TXI DMP.

Memang, banyak peserta Rakornas Kemenpar III ini yang terbengong-bengong oleh model pasar digital seperti ini. Menpar Arief Yahya bahkan pernah dikritik oleh anggota Association of The Indonesian Tours And Travel (ASITA) soal perkembangan online travel.

Namun, Arief mengingatkan bahwa masyarakat akan terus mengikuti perkembangan teknologi dan mencari yang murah dan mudah. Ia lantas mencontohkan keberadaan warung telekomunikasi (wartel) milik Telkom.

“Saya beri contoh Wartel atau Warung Telekomunikasi yang dulu saya bangun 124.000 biji di seluruh Indonesia. Dengan hadirnya teknologi GSM dan HP (handphpne), maka Wartel itu secara perlahan hilang dari peredaran. Sudah pasti, akan lenyap karena ada teknologi baru yang memungkinkan komunikasi lebih mudah dan murah,” kata Arief yang juga mantan direktur utama PT Telkom Tbk itu.

Sama halnya dengan aplikasi pemesanan layanan transportasi melalui online seperti Go-Jek, Uber dan Grab. Kementerian Perhubungan (Kemenhub) yang sempat melarangnya, akhirnya mencabut larangan itu kurang dari 24 jam.

“Aplikasi digital itu tidak bisa dilawan dengan peraturan saja, karena akan terus berkembang dan mencari bentuk paling ideal,” ujar Arief Yahya.

Demikian pula dengan online shopping yang kini bertumbuh pesat di tanah air sekalang. Kini, orang bisa berbelanja dari rumah melalui internet karena lebih mudah mencari, lebih variatif dan lebih praktis.

Itulah mengapa ada istilah More Digital More Personal, karena marketing sudah langsung masuk ke smartphone  dan komunikasi data ke pelanggannya sudah detail sampai ke level personal. Ada istilah More Digital More Global, dengan digital itu semua informasi bisa diunggah dan dipromosikan secara global, sehingga semua orang yang memiliki aplikasi yang sama bisa langsung tersambung.

Satu lagi, ada More Digital More Professional, karena promosi via digital lebih tepat sasaran dan sesuai dengan profile market yang dituju.  Sebab, aplikasi sudah bisa memilah kesukaan dan kebiasaan orang.  Dengan begitu, promosi akan semakin efektif sampai ke calon customers.(adv/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Pemegang Kartu Debit Mandiri 14 Juta, Transaksi Rp 34 Triliun


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler