jpnn.com, PAMPANGA - Pemerintah Filipina akhirnya resmi mengakhiri aksi antiteror di Kota Marawi, Provinsi Lanao del Sur, Pulau Mindanao. Kemarin, Senin (23/10), pengumuman itu disampaikan dalam pertemuan tahunan para menteri pertahanan Asia Tenggara di Clark Freeport Zone, Provinsi Pampanga, Filipina.
Di tempat terpisah, Presiden Rodrigo Duterte meminta seluruh rakyat Filipina waspada dan siap menghadapi serangan teroris kapan pun.
BACA JUGA: Habis Sudah, Duterte Nyatakan Marawi Bebas dari Teroris
”Kelompok terakhir militan Maute yang tersisa telah kami lumpuhkan setelah mereka terpojok di salah satu gedung. Baku tembak terjadi dan mereka tamat. Tidak ada lagi militan di Marawi,” papar Menteri Pertahanan Filipina Delfin Lorenzana dalam jumpa pers.
Dia menyebut 42 mayat militan yang ditemukan setelah baku tembak di salah satu gedung di sisi selatan Marawi itu sebagai satu-satunya kelompok yang tersisa.
BACA JUGA: Tentara Filipina Kesulitan Tembus Pertahanan Terakhir Maute
Selama lima bulan operasi antiteror berlangsung di Marawi, lebih dari 1.100 orang tewas. Korban terdiri atas warga sipil, serdadu militer atau personel keamanan, dan militan.
Jumlah korban tewas paling banyak adalah militan. Data pemerintah menyebutkan bahwa militan yang tewas dalam operasi antiteror tersebut mencapai 919 orang. Itu termasuk Isnilon Hapilon dan Omarkhayam Maute, dua pentolan militan.
BACA JUGA: Duterte Larang Polisi dan Tentara Ikut Membasmi Narkoba
Dengan mematikan jaringan Maute yang berafiliasi dengan Abu Sayyaf Group (ASG), militan yang telah berikrar setia kepada ISIS, Lorenzana, yakin perkembangan terorisme di Asia terhambat.
”Ini menjadi kontribusi Filipina terhadap pertahanan dan keamanan Asia,” katanya.
Menteri Pertahanan Malaysia Hishammuddin Hussein yang hadir dalam pertemuan di Clark membenarkan hal tersebut.
Sementara itu, dari Kota Bacolod, Provinsi Negros Occidental, Duterte menyambut gembira keberhasilan AFP di Marawi. Minggu malam, dia memperingatkan masyarakat agar lebih waspada.
Sebab, dengan patahnya kekuatan militan di Marawi, potensi serangan susulan atau balas dendam justru tinggi.
”Kita harus tetap waspada. Tidak ada satu wilayah pun yang benar-benar bebas dari ancaman ISIS,” ujarnya. Karena itu, sebagian besar senator memilih untuk mempertahankan status darurat di Mindanao.
Meski sudah berlaku lima bulan dan kini Marawi bebas dari militan, Senator Juan Miguel Zubiri berharap status darurat tersebut bertahan.
Setidaknya, sampai akhir tahun agar upaya pemulihan yang sedang senat upayakan tidak sia-sia. Selain merepatriasi warga, pemerintah harus membangun kembali Marawi.
Saat mendeklarasikan kekalahan militan di Marawi pekan lalu, Duterte menegaskan bahwa status darurat akan bertahan. Kemarin, Lorenzana mengulanginya.
”Karena masih ada kemungkinan serangan meski tidak ada lagi ancaman militan, pemerintah belum mencabut status darurat. Jika status itu dicabut, kami tak akan bisa menempatkan sejumlah besar pasukan di sana,” ungkap Lorenzana.
Kemarin, enam batalyon serdadu masih bertahan di Marawi meskipun militer telah mendeklarasikan kota itu aman dan bebas ranjau. AFP sengaja menugaskan pasukannya di Marawi untuk mengantisipasi aksi balas dendam militan.
Warga sipil di kota yang kini porak-poranda itu butuh jaminan keamanan. Dan, kehadiran pasukan bersenjata memberikan mereka rasa aman. (AP/Reuters/manilatimes/hep/c21/any)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Fadli Bandingkan Elektabilitas Jokowi dengan Putin & Duterte
Redaktur & Reporter : Adil