jpnn.com, MANILA - Sudah enam kali pemerintah Filipina menetapkan tenggat untuk mengambil alih Kota Marawi dari tangan militan Maute. Enam kali itu pula mereka gagal memenuhi target tersebut.
Termasuk yang terakhir, yaitu menyelesaikan perang di ibu kota Provinsi Lanao del Sur itu pada pertengahan Oktober alias kemarin (15/10).
BACA JUGA: Duterte Larang Polisi dan Tentara Ikut Membasmi Narkoba
Pertempuran sengit masih terjadi di beberapa titik. ”Kami berharap bisa segera menyelesaikan serangan di Marawi,’’ ujar Kolonel Romeo Brawner yang menjabat wakil komandan pasukan gabungan di Marawi.
Kemarin, jet tempur FA-50 membombardir militan dari udara. Sementara itu, di darat, militer Filipina (AFP) menyerang dari rumah ke rumah. Militan Maute masih menguasai sekitar 2 hektare wilayah Marawi.
BACA JUGA: Duterte Ikhlas Anaknya Dihabisi Death Squad
Militan Maute yang dipojokkan ke sekitar Danau Lanao masih memberikan perlawanan sengit. Pada Sabtu (14/10), 20 tentara Filipina terluka karena pertempuran tersebut.
Brawner mengungkapkan, masih ada sekitar 40 anggota Maute yang bertempur di Marawi. Termasuk pemimpin mereka, Omarkhayam Maute, dan pemimpin ISIS Asia Tenggara Isnilon Hapilon.
BACA JUGA: AFP Rebut Masjid, Bebaskan Pastor, Maute di Ambang Kekalahan
Selain itu, di wilayah yang dikuasai Maute, terdapat sekitar seratus warga sipil. Baik tawanan maupun anggota keluarga para militan tersebut.
’’Perempuan dan anak-anak dipaksa bertempur. Itu tindakan putus asa yang dilakukan Maute karena ini adalah usaha terakhir mereka untuk bertahan,’’ terang Brawner.
Dia menambahkan, para tawanan menjadi prioritas untuk diselamatkan. Setelah Maute mengambil alih Kota Marawi pada 23 Mei lalu, lebih dari seribu orang tewas.
Perinciannya, 822 militan, 162 polisi Filipina maupun AFP, dan 47 warga sipil. (Inquirer/Rappler/sha/c18/sof)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Duterte ke Ketua Komisi HAM: Kamu Gay atau Pedofil?
Redaktur & Reporter : Adil