MCCC Ungkap Pemicu Ketegangan Politik di Surabaya, Oh Ternyata

Rabu, 06 Mei 2020 – 07:45 WIB
Sejumlah pengurus MCCC menyampaikan pernyataan sikap terkait penanganan COVID-19 di depan kantor Pusat Dakwah Muhammadiyah Jalan Wuni, Surabaya, Selasa (5/5/2020). FOTO: ANTARA/HO-Humas MCCC Surabaya

jpnn.com, SURABAYA - Sikap lima fraksi di DPRD Surabaya yang mengusulkan pembentukan Pansus COVID-19, mendapat respons dari Muhammadiyah COVID-19 Command Center (MCCC).

MCCC mengajak para elite politik untuk tidak membuat gaduh di saat rakyat susah menghadapi dampak serangan virus corona COVID-19.

BACA JUGA: Siswa Kembali Bersekolah Akhir Mei, Bioskop dan Salon Buka Pekan Depan

"Kami melihat bahwa saat pandemi ini yang dikedepankan adalah kebersamaan dan membantu penyelamatan rakyat. Kepentingan politik agar tidak dikedepankan," kata Ketua MCCC Surabaya Arif AN saat menggelar pernyataan sikap bersama pengurus MCCC lainnya di depan kantor Pusat Dakwah Muhammadiyah Jalan Wuni, Surabaya, Selasa (5/5).

Menurut MCCC, akan lebih baik para elite politik bahu-membahu bersama untuk memberikan konstribusi kepada rakyat pada saat kondisi seperti ini.

BACA JUGA: Hotman Paris Bertanya Cara Menghindari Godaan Perempuan Cantik, Aa Gym Tertawa

Selain permasalahan Pansus COVID-19 di DPRD Kota Surabaya yang dinilai sarat kepentingan politik, lanjut dia, MCCC Surabaya juga mengajak Pemprov Jatim dan Pemkot Surabaya untuk memperkuat sinergi serta menghentikan silang pendapat. MCCC menilai ada ketegangan antara Pemprov Jatim dan Pemkot Surabaya.

"Ketegangan ini sangat terlihat saat permasalahan ditemukannya klaster baru Pabrik Rokok Sampoerna yang meninggal dua orang. Kami menilai hal ini sangat tidak etis dipertontonkan dan terkesan saling salah menyalahkan," ujar Arif yang juga sekretaris Pimpinan Daerah (PD) Muhammadiyah Surabaya.

BACA JUGA: YR Melakukan Perbuatan Terlarang di Masa Cuti, Memang Keterlaluan Kamu, Mas

Terkait klaster Sampoerna, Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa memang membikin pernyataan yang menyebut Pemkot Surabaya lamban.

Keesokan harinya, Pemkot Surabaya memprotes tudingan lamban dari Khofifah tersebut dengan membeberkan kronologi penanganan klaster Sampoerna.

Wakil Ketua MCCC Surabaya Achmad Rosyidi menambahkan pihaknya juga meminta agar segera ada rumah sakit darurat karena lonjakan penderita COVID-19 terus merangkak.

"Ini yang kami melihatnya segera untuk dieksekusi. Polemik siapa yang menjadi pemutus kebijakannya, silakan. Kebutuhan Rumah Sakit Darurat adalah keniscyaan, harus segera difungsikan," ujarnya.

MCCC juga mengi,bau kepada seluruh warga Surabaya Raya untuk menaati Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

Ia menilai dalam pelaksanaan PSBB di antaranya yang paling belum maksimal adalah masih banyak kantor yang buka dan pabrik tetap beroperasi.

Adapun terkait data penerima bantuan, kata dia, MCCC berharap pemerintah membikin mekanisme yang simpel dan efektif sehingga tidak membuat pengurus RT dan RW di Surabaya bingung.

"Berikan skema bantuan yang jelas. Bagaimana usulannya dan bagaimana aksesnya. Berapa biayanya dan apa saja bantuannya. Kasihan RT atau RW yang dibenturkan dengan warga," kata ," ujar Rosyidi yang juga ketua Pemuda Muhammadiyah Surabaya. (antara/jpnn)


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler