MEA Pertajam Persaingan Industri Pelumas Domestik

Rabu, 24 Februari 2016 – 21:33 WIB
Ilustrasi. Foto: Vox Populi for JPNN

jpnn.com - JAKARTA – Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) diyakini memunculkan optimisme baru untuk pertubuhan ekonomi. Namun, MEA juga akan menajamkan persaingan pasar.

Pada 2015 lalu, sektor otomotif di Indonesia juga terkena dampak dari perlambatan ekonomi. Asosiasi industri otomotif dalam negeri Gaikindo mencatat terjadi penurunan sekitar 16 persen pada angka penjualan kendaraan penumpang. Sedangkan penjualan truk dan bus mengalami penurunan sebesar 17 persen  dari tahun sebelumnya. Domy Halim, Senior Consulting Manager Ipsos Business Consulting dalam hasil studi terbarunya menyampaikan, Indonesia cukup optimistis menyambut MEA.

BACA JUGA: Harapan Kemenperin Soal Mobil Listrik

Hal itu dipicu membaiknya kondisi perekonomian negara serta berbagai kebijakan yang dikeluarkan pemerintah untuk mendukung sektor ini.

“Pada 2020, pada beberapa perkiraan, hampir 70 juta penduduk, naik dari 40 juta pada 2012, akan bergeser sebagai masyarakat kelas menengah dengan daya beli yang jauh lebih baik,” kata Domy, Rabu (24/2).

BACA JUGA: Anak Buah Prabowo: Tax Amnesty Jangan Untungkan Pengemplang Pajak

Potensi pertumbuhan positif dan pemberlakuan MEA memicu persaingan antar pemain utama produsen minyak nasional dan internasional. Mereka sudah mengambil tindakan untuk meningkatkan cengkeraman mereka di pasar pelumas di Indonesia.

Pertamina Lubricants, BUMN produsen pelumas dengan posisi pasar terkemuka, siap berinvestasi hingga USD 5,5 juta untuk memperluas saluran pemasaran. Caranya ialah melebarkan jaringan layanan untuk sepeda motor dan kendaraan penumpang di SPBU yang ada. Perusahaan ini juga telah membuka pabrik pelumas baru di Jakarta Utara dengan kapasitas produksi 270 juta liter per tahun.

BACA JUGA: Perdalam Ilmu Mesin, Lion Air Group Gandeng Triumph

Sementara itu, salah satu pesaing utama Pertamina, Shell, yang memiliki eksistensi internasional yang kuat di Indonesia, juga membuka pabrik pengolahan pelumas pertama di tanah air dengan kapasitas produksi 136 juta liter per tahun.

Prima Ernest dari Direktorat Jenderal Minyak & Gas, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral mengatakan, langkah Shell membuka pabrik di Indonesia, secara kritis akan mengubah dinamika pasar pelumas di Indonesia.

Pabrik baru itu dinilai akan memungkinkan Shell mengoptimalkan jaringan outlet mereka serta menurunkan harga produk-produk kepada konsumen. Hal itu akan berdampak langsung pada strategi dan taktik yang dimiliki pesaing.

Realita ini menunjukkan bahwa meskipun lanskap sektor otomotif yang baru mulai merangkak membaik.

Menurut Prima, harga merupakan faktor yang paling memengaruhi pilihan produk pelumas. Nah, konsumen Indonesia belum tentu sadar terhadap penghematan jangka panjang yang mereka biasa dapati jika menggunakan produk pelumas yang lebih mahal dan berkualitas.

“Untuk meraup pangsa pasar, distributor pelumas bisa mendidik calon-calon pelanggan secara proaktif melalui menunjukan dokumen analisa penghematan. Dokumen tersebut bisa menjelaskan dan memberi perhitungan bahwa walaupun harga pelumas di awal lebih mahal, lebih lamanya jangka panjang operasi pelumas tersebut akan mengakibatkan harga lebih murah per kilometer yang ditempuh oleh kendaraan tersebut,” kata Prima.

 Jodi Allen Frederik, Associate Consultant di Ipsos Business Consulting mengatakan, sangat penting bagi kedua produsen pelumas dan distributor untuk menentukan strategi bisnis dan menerapkan taktik secara efektif dalam lingkungan bisnis yang selalu berubah, khususnya setelah pemberlakuan MEA.

Jodi percaya, untuk bertahan, produsen pelumas dan distributor perlu fokus pada dua hal utama. “Yaitu pendidikan proaktif kepada konsumen tentang penghematan jangka panjang dan menjaga kepercayaan pelanggan,” kata Jodi. (jos/jpnn)

 

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Genjot Rusunami, Perizinan Jangan Dibuat Ribet


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler