Media Amerika Serikat Menggambarkan Jokowi & Gibran Merusak Demokrasi

Rabu, 10 Januari 2024 – 17:03 WIB
Presiden Jokowi. Foto: Ricardo

jpnn.com - JAKARTA - A President’s Son Is in Indonesia’s Election Picture. Is It Democracy or Dynasty?

Itu judul artikel yang tayang di media terkemuka dunia The New York Times.

BACA JUGA: Jokowi Terkesan Membela Paslon 02, Timnas AMIN: Biasa, Bapak Sayang Anak

Karya yang ditulis atau dikemas oleh Richard C. Paddock dan Muktita Suhartono itu bercerita tentang demokrasi Indonesia terkini, Presiden Jokowi, dan Gibran Rakabuming Raka.

Sekilas tentang penulis. Richard Paddock telah bekerja sebagai koresponden asing The Times di 50 negara di lima benua. Pernah ditempatkan di Moskow, Jakarta, Singapura, dan Bangkok.

BACA JUGA: Gibran Mendengar di Bali: Cawapres 02 Terima Masukan dari Pendiri Ternak Uang

Dia telah menghabiskan belasan tahun untuk meliput di Asia Tenggara.

Sementara itu, Muktita Suhartono melaporkan dari Indonesia dan Thailand. Dia bergabung dengan The Times pada 2018 dan berbasis di Bangkok.

BACA JUGA: Prabowo Bilang Goblok, Pendukungnya Mengumpat Bangsat, Apa Tak Ada Kata Lebih Baik?

Apa rangkuman mereka?

Paddock dan Muktita menghadirkan hasil reportase mereka, termasuk mewawancarai pengamat, analis, atau kritikus.

"Para kritikus mengatakan bahwa kemajuan yang dicapai dengan susah payah menuju demokrasi di Indonesia telah mengalami kemunduran di bawah pemerintahan Joko Widodo, presiden dua periode yang pernah menjadi orang luar dari politik," bunyi ulasan di The Times.

"Putra sulung Jokowi, Gibran yang menjalankan bisnis katering, kini menjadi simbol dinasti politik yang sedang berkembang dan penerima manfaat dari manuver keluarga."

Intrik tersebut telah menggoda para kritikus untuk turun tangan.

Jokowi pun dipandang sedang berupaya melemahkan demokrasi.

Pak Jokowi dianggap meminjamkan mereknya kepada capres Prabowo Subianto, dalam bentuk putranya sebagai cawapres.

"Jelas bahwa Jokowi sedang membangun dinasti politik,” kata peneliti dari Universitas Atma Jaya Jakarta Yoes C. Kenawas.

"Tujuan Jokowi ialah mempersiapkan putranya untuk mencalonkan diri sebagai presiden pada 2029. Menjabat di bawah pimpinan Pak Prabowo akan menjadi masa magang. Karena pada akhirnya yang dituju adalah presiden. Bukan wakil presiden,” imbuhnya.

Pencalonan Gibran sebagai cawapres juga menuai polemik, karena harus melewati drama di Mahkamah Konstitusi, yang berakhir dengan pencopotan pamannya Gibran, yakni Anwar Usman dari kursi Ketua MK.

Jokowi berusaha menangkis kritik terhadap manuver politik tersebut, dengan bercanda bahwa hal seperti itu bak drama Korea.

"Akhir-akhir ini disuguhi terlalu banyak drama, terlalu banyak drama Korea, terlalu banyak sinetron,” katanya dalam acara Golkar.

Namun, banyak analis yang menuding Jokowi mendalangi tontonan semacam itu dari balik layar selama bertahun-tahun, dengan tujuan untuk memperluas pengaruhnya setelah masa jabatannya berakhir.

“Ini bukan drama. Ini adalah rekayasa yang direncanakan,” kata seorang dosen di Universitas Indonesia Titi Anggraini.

Dosen di Murdoch University, Perth Ian Wilson mengamini hal tersebut. “Dia (Jokowi) pengin memberi kesan tidak terikat karena itu gaya politiknya, tetapi dialah yang paling mendukungnya,” ujarnya.

Wilson yang telah lama mempelajari Indonesia, menggambarkan manuver Jokowi sebagai bagian dari tren anti-demokrasi.

“Jokowi punya kecenderungan otokratis, begitu juga dengan Prabowo," katanya.

Di Solo atau Surakarta, kota yang dipimpin Gibran bin Jokowi, sebagian calon pemilih belum terkesan dengan pencalonan Gibran.

Meski menilai kinerja Gibran sebagai wali kota memuaskan, warga mempertanyakan kesiapan Gibran naik jabatan.

“Setiap orang harus memulai dari bawah agar mendapat pengalaman," ujar penjual pisang di Pasar Gede Paryani (43).

Di Jakarta, pusat ibu kota, salah satu pemilih pemula, Neiva Kayla (17) mengatakan dia merasa terganggu dengan anak presiden yang menggunakan hak istimewa menjadi peserta pilpres.

Neiva mengikuti polemik pencalonan Gibran sebagai cawapres.

"Itu menunjukkan bahwa dia akan melakukan apa pun demi keuntungan dirinya sendiri," ujarnya. (*/jpnn)

Jangan Lewatkan Video Terbaru:

BACA ARTIKEL LAINNYA... Solo Bukan Gibran


Redaktur & Reporter : Mufthia Ridwan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler