Pertemuan pemimpin dua partai pemenang pemilu tersebut sebelumnya direncanakan digelar Senin (10/3) di sebuah rumah kontrakan di Jalan Ki Mangun Sarkoro, Menteng, Jakarta Pusat
BACA JUGA: Prabowo Janji Cabut UU Badan Hukum Pendidikan
Namun, kubu Megawati meminta pertemuan diundur karena Megawati belum kembali dari Libya.Mega juga meminta tempat pertemuan diubah ke tempat yang lebih netral, karena rumah kontrakan tersebut persis di sebelah rumah jabatan wakil presiden di Jalan Diponegoro
Mukhlis mengakui pertemuan tersebut memang inisiatif Partai Golkar, bukan pertemuan antara pribadi Megawati dan Jusuf Kalla
BACA JUGA: Gerindra Siapkan Delapan Aksi untuk Memakmurkan Rakyat
"Keduanya bertemu dalam konteks sebagai ketua umum partai, bukan pribadi, karena masalah pribadi antara Megawati dan Jusuf Kalla sudah selesai dalam silaturahmi lebaran Jusuf Kalla ke kediaman Megawati tahun lalu," terangnya.Dalam pertemuan kedua tokoh Kamis esok, Jusuf Kalla hanya akan didampingi Ketua Dewan Penasihat Partai Golkar Surya Paloh dan Sekjen Partai Golkar Soemarsono
BACA JUGA: Identitas Donatur Semua Parpol Tak Lengkap
Dalam pertemuan itu, kata Muchlis, kedua pemimpin akan membahas sejumlah masalah bangsa dan perkembangan demokrasi termasuk persatuan seluruh partai politik"Kedua pemimpin partai itu tentu akan mengupayakan persatuan seluruh partai untuk bersama-sama mengatasi masalah bangsaPersatuan antarpartai itu penting untuk mencegah jangan sampai terjadi perseteruan politik seperti yang sekarang terjadi Thailand terjadi juga di Indonesia," terangnya
Komunikasi politik untuk membahas kebaikan bangsa dinilai kedua pemimpin perlu dilakukan sebelum pemilu legislatifDalam pertemuan sebelum pemilu legislatif, kedua partai bisa saling menjelaskan agenda politik dan prioritas program yang akan dilakukan ketika berkuasaSementara, pertemuan yang dilakukan setelah pemilu legislatif, setelah kedua partai tahu perolehan suara, biasanya akan berujung pada sharing kekuasaan.
"Jadi kedua pemimpin partai akan lebih banyak membahas agenda-agenda untuk rakyat, bukan persoalan siapa capres dan siapa cawapresKita tidak bisa membahas koalisi tanpa tahu apa agenda untuk rakyat dan program prioritas masing-masing partai," tuturnya.
Mukhlis tak menampik pertemuan kedua pemimpin partai terbesar itu akan dikaitkan dengan rencana koalisi kedua partai di pemilu presidenNamun, dia meyakinkan dalam pertemuan resmi pertama dua partai akan lebih banyak membicarakan platform kebangsaan, bukan kepentingan kekuasaan"Apalagi kedua partai memiliki platform politik yang sama dalam membangun bangsa," pungkas Muchlis.
Wakil Ketua Umum DPP Partai Golkar Agung Laksono menegaskan bahwa pertemuan Mega-Kalla hanya silaturahmi politik biasaBahkan, imbuh dia, belum tentu ada pembicaran mengenai koalisi"Intinya, ini hanya sebatas untuk menurunkan suhu politik yang sudah mulai menghangat," cetusnya.
Ditemui dikediamannya, Ketua Umum DPP PDIP Megawati Soekarnoputri menyampaikan, saat ini semua simulasi koalisi sebenarnya masih di tataran wacanaWujud konkritnya baru akan tampak setelah pemilu legislatif.
"Namanya juga politikTentunya kami melihat perkembanganSemua itu ada aturannya," kata Megawati.
Sekjen PDIP Pramono Anung menambahkan bahwa PDIP masih membuka pintu untuk bekerjasama dengan semua parpolTak terkecuali, Partai Golkar sebagai salah satu parpol besar yang cukup kuat
"Komunikasi secara langsung dengan Golkar dulu kan masih di tingkat Pak Taufik (Ketua Dewan Pertimbangan Pusat/Deperpu PDIP dan sayaNah, sekarang sudah waktunya antar tokoh utama di dalam parpol-parpol ini," tegas Pram �begitu dia akrab disapa.
Menurut dia, situasi politik nasional kian dinamisSelain dengan Golkar dan JK, PDIP dan Mega juga sudah memiliki agenda silaturahmi dengan jajaran PPP dan Suryadharma Ali"PKS juga ingin membuka dialog dengan PDIP dan Mega untuk membahas persoalan bangsa," tandasnya.
Bagaimana tanggapan kubu Partai Demokrat? Ketua DPP Partai Demokrat Bidang Politik Anas Urbaningrum hanya menanggapi entengDia menganggap pertemuan tersebut hanyalah komunikasi dan silaturahmi politik biasa
Malah, kata dia, komunikasi tersebut adalah sesuatu yang baik untuk dilakukan kedua partai"Komunikasi dan silaturahmi jauh hari sebelum pemilu legislatif dan pilpres adalah hal yang bermanfaat," katanya.
Pertemuan itupun, kata Anas, bukan sesuatu yang baruDi Medan dan Palembang, kata dia, kedua partai sudah bertemu dan menggagas koalisiMalah, kata dia, pada saat itu Partai Golkar adalah partai pendukung pemerintah sementara PDIP adalah oposisi
Namun, imbuh mantan Ketua PB HMI itu, Partai Demokrat tidak pernah melihatnya sebagai ancaman"Kami pun tidak pernah mempersoalkan, ya karena komunikasi politik adalah hal yang baik dan biasa saja," katanya
Sementara itu, pengamat politik dari LIPI Syamsuddin Haris mengatakan, pertemuan antara JK dan Megawati Soekarnoputri memiliki kemungkinan besar menjajaki koalisiApalagi, koalisi antara dua partai terbesar Indonesia itu bukan barang baru bagi mereka berdua
"Di Medan dan Palembang dulu sudah ada wacana seperti ituSaat itu, Surya Paloh dan Taufik Kiemas kan sudah menggulirkannya," katanya.
Koalisi antara PDI-Perjuangan dan Partai Golkar, kata Syamsuddin, juga bukan barang baruPada Pemilu 2004, kedua partai itu pun pernah berkoalisi di pilpres kendati akhirnya kalah.
Bukankah PDIP sudah mencalonkan Megawati sebagai capres? Kata Syamsuddin, pencapresan Megawati masih belum finalSebab, pencapresan tersebut memiliki syaratYakni, apabila partai berlambang banteng itu meraup suara 20 persen"Kalau ternyata tidak sampai, mereka kan juga harus berkoalisi," katanya.
Karena itu, dia menengarai, pertemuan tersebut merupakan bagian dari penjajakan koalisiKedua partai, kata dia, berusaha mengantisipasi kemungkinan jatuhnya suara yang itu membuat mereka mau tidak mau harus berkoalisi(noe/pri/aga)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Dana Kampanye PKS Rp100 Miliar
Redaktur : Tim Redaksi