Megawati: Pilpres 2014 Masih Jauh

Bimbang Antara Regenerasi atau Maju Sendiri

Minggu, 30 Oktober 2011 – 06:39 WIB

JAKARTA - Soal capres dari PDIP untuk maju pada Pilpres 2014, Megawati Soekarnoputri dan Taufik Kiemas memang masih belum sehatiTaufik berharap, istrinya yang pada 2014 berusia 68 tahun itu mengalah kepada figur lebih muda

BACA JUGA: Target Legislasi Tinggi, Kualitas Dipertanyakan

Secara halus, yang ingin didorong Taufik adalah putri mereka, Puan Maharani.

Namun, Megawati, tampaknya, masih bimbang antara mendorong regenerasi atau membiarkan massa PDIP menggadangnya kembali pada pilpres mendatang
Apalagi sejumlah survei menyebut ketua umum PDIP itu memiliki peluang paling besar untuk menduduki kursi presiden setelah SBY terhalang batasan dua periode.

"Ah, masih jauh itu ya...," kata Megawati saat menerima kunjungan peserta grand final cerdas cermat UUD 1945 di kediamannya, Jalan Teuku Umar, Menteng, Jakarta Pusat, kemarin (29/10)

BACA JUGA: Bawaslu Tegaskan KPU Buton Langar Kode Etik

Meski singkat, jawaban tersebut cukup "mengena" bagi Taufik yang duduk di sebelah Megawati
Taufik yang juga ketua MPR itu tampak sedikit kikuk.

Cerdas cermat UUD 1945 adalah kegiatan rutin tahunan MPR

BACA JUGA: Momen Sumpah Pemuda, Taufan Ajak Elemen KNPI Bersatu

Kunjungan ke kediaman Taufik menjadi salah satu sesi kegiatan yang disiapkan bagi para peserta dari sejumlah SMA yang menjadi finalisTak jauh berbeda dengan tahun lalu, Megawati yang mendampingi Taufik sebagai tuan rumah lagi-lagi menjadi magnet yang menyedot perhatian besar.

Dalam sesi tanya jawab, semua pertanyaan yang muncul dari para finalis mengarah kepada Megawati"Mengapa saya saja yang ditanya?" canda Megawati.

Nah, penjelasan singkat Megawati yang berbau "pilpres dan capres" itu juga merespons pertanyaan dari seorang finalis"Apa Ibu maju lagi pada Pilpres 2014," tanya MYusri, siswa SMA I Gunung Talang, Sumatera Barat, dengan ekspresi serius.

Megawati tampak antusias sepanjang acaraDia juga menegaskan bahwa kaum perempuan harus berpolitikSelama ini, kata Megawati, masih sering terjadi bias seolah perempuan tabu untuk "bermain" politikPadahal, banyak pejuang besar yang perempuanMisalnya, Cut Nyak Dhien, Cut Nyak Meutia, dan Laksamana Malahayati yang semuanya kebetulan berasal dari Aceh"Seperti dibiaskan kalau mereka yang beragama Islam, perempuan harus di belakangItu salahJustru Islam mensyiarkan perempuan bisa maju," tegasnya

Megawati lantas menyampaikan, dirinya berhasil menjadi presiden, salah satunya, karena semangat pantang menyerah"Jangan takut dan jangan menyerah," ujarnya.

Ditemui setelah acara, Taufik Kiemas memilih untuk "puasa" bicaraSaat ditanya keseriusan dirinya untuk mendorong pencapresan Puan Maharani, Taufik berusaha mengelak"Nanti dululahPusingGimana Mbak Puan nanti sajalah," jawabnya lantas terkekeh.

Taufik juga tidak terpengaruh oleh partai lain yang sudah mulai berancang-ancang, seperti Golkar yang mengusung Aburizal Bakrie dan Gerindra mengusung Prabowo SubiyantoDia tidak khawatir PDIP akan ketinggalan start"Nggak (ketinggalan start, Red)Biar saja dulu," ujarnyaApakah pernyataan Megawati mengenai pilpres yang masih jauh itu mengisyaratkan keinginan Megawati untuk maju pada 2014" "Nggak jugaEh, nggak tahu," kata Taufik.

Pada bagian lain, pengamat politik dari Soegeng Sarjadi Syndicate, Sukardi Rinakit, mengatakan, PDIP sebenarnya memiliki banyak stok orang muda potensialDi antaranya, Puan Maharani, Pramono Anung, Budiman Sudjatmiko, Ganjar Pranowo, Rieke Dyah Pitaloka, Maruarar Sirait, dan Aria BimaPara tokoh muda itu, tegas Ganjar, adalah masa depan PDIP"PDIP harus melihat tantangan ke depanSemua potensi yang sudah ada itu harus dimainkan," anjur Sukardi.

Dalam konteks Pilpres 2014, Sukardi memandang regenerasi mutlak diperlukanSebab, aura Megawati cenderung bergerak ke arah guru bangsaSiapa yang "mewarisi" Megawati, lanjut Sukardi, harus memperhatikan psikologis politik kaum nasionalis, terutama PDIPSuka tidak suka, garis darah Soekarno tetap memegang peran pentingKarena itu, pilihan yang paling masuk akal tetap Puan Maharani"Nasab (silsilah, Red) untuk sementara tetap perluMassa tradisional PDIP yang 14 persen itu mau Mbak Mega atau Mbak Puan, yang penting ada nasab Soekarno-nya," jelasnya.

Dia percaya kapasitas dan simpati publik kepada Puan masih bisa didongkrak dalam waktu tiga tahun ke depanCaranya, mulai memperbanyak lingkup kewenangan Puan di internal partai hingga memperluas kontak dengan konstituen dan jaringan di luar partai"Saya yakin pelan-pelan bisaPisau itu akan tajam pada akhirnya," tegasnya(pri/c7/agm)

BACA ARTIKEL LAINNYA... MK Sahkan Keputusan KPUD Tuba Barat


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler