jpnn.com, CIAMIS - Kementerian Pertanian (Kementan) terus melakukan peningkatan kapasitas sumber daya manusia pertanian di Kabupaten Ciamis, Jawa Barat.
Salah satunya melalui Komando Strategis Pembangunan Pertanian (Kostratani) di bawah kendali Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP).
BACA JUGA: Harapan Mentan SYL, Kostratani Bikin Lompatan Besar untuk Pertanian Indonesia
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (Mentan SYL) mengatakan Kostratani lebih cepat menggerakkan pembangunan pertanian perdesaan menuju maju, mandiri dan modern.
"Peran itu nantinya digerakkan Balai Penyuluh Pertanian (BPP) sebagai pusat pelaksanaan Kostratani dengan mengefektifkan penyuluhan dan meningkatkan keahlian para penyuluh pertanian," ujarnya.
BACA JUGA: Kostratani Tingkatkan Produktivitas dan Efisiensi Pertanian Kota Palangkaraya
Selain itu, Mentan SYL menilai Kostratani didesain agar bisa mengidentifikasi potensi komoditas unggulan lokal yang bisa mendongkrak pendapatan dan kesejahteraan petani.
Dengan peningkatan SDM dan teknologi, Mentan SYL optimistis pertanian Indonesia akan bertansformasi menjadi pertanian unggul.
BACA JUGA: BPPSDMP Kementan Bangun Soliditas Pengembangan Food Estate Merespons Restriksi Pangan Global
Di sisi lain, Kepala BPPSDMP Kementan Dedi Nursyamsi juga meminta agar hasil pertanian di Kabupaten Ciamis harus berorientasi ekspor.
Melalui Kostratani, Dedi optimistis SDM pertanian akan digenjot kapasitasnya untuk masuk ke dalam industri 4.0 yang mengedepankan teknologi sebagai ujung tombaknya.
Hal itu dilakukan tak lain untuk meningkatkan produktivitas pertanian. Bahkan, Dedi menilai hasil pertanian di Kabupaten Ciamis amat potensial berorientasi ekspor. Salah satunya adalah gula aren.
"Semua penyuluh dan petani di Ciamis harus tetap semangat. Kostratani ini komandannya adalah Camat," kata Dedi saat berdialog dengan puluhan petani dan penyuluh di Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Cisaga Kabupaten Ciamis, Rabu (30/12).
Menurutnya, Kostratani bertujuan melakukan pemberdayaan BPP, penyuluh dan petani.
Orientasinya adalah peningkatan produktivitas.
Produk Ciamis ini harus disiapkan agar bisa langsung diekspor.
"Gula arennya harus berorientasi ekspor," kata Dedi.
Syarat-syarat ekspor, Dedi melanjutkan, adalah produktivitas yang di dalamnya terdiri dari kualitas, kuantitas dan kontinuitas.
Untuk itu, ia berujar diperlukan penyuluh yang andal untuk melihat peluang meningkatkan produktivitas yang bermakna meningkatnya kualitas, kuantitas dan kontinuitas.
"Penyuluh adalah garda terdepan pembangunan pertanian Indonesia. Petani merupakan penyedia pangan seluruh rakyat Indonesia. Keberhasilan pembangunan pertanian ditentukan oleh SDM," kata Dedi.
Menurut Dedi, SDM adalah yang pertama dan utama dalam pembangunan pertanian Indonesia di samping inovasi teknologi dan sarana prasarana.
"Yang pertama dan utama meningkatkan produktivitas pertanian adalah SDM. Di semua negara maju diawali dengan majunya sektor pertanian," katanya.
Menurut dia, satu-satunya sektor yang melintasi tantangan adalah pertanian. Sebelum berpikir yang lain, nomor satu kebutuhan manusia adalah pangan.
"Pangan adalah yang pertama dan utama bagi kebutuhan umat manusia," tutur Dedi.
Menurut Dedi, kontribusi petani sendiri bukan hanya kepada manusia belaka, tetapi juga segala yang berkaitan dengannya seperti tumbuh-tumbuhan dan hewan.
"Maka, penyuluh dan petani harus tetap semangat turun ke sawah, ke ladang, ke kebun, genjot produktivitas," ungkap Dedi.
Menurutnya, sektorr pertanian yang mampu menyangga hidup dan kehidupan manusia.
Jadi, ia menegaskan, kalau negara ingin maju, pertaniannya harus maju terlebih dahulu.
Di negara yang pertaniannya maju ternyata petaninya, praktisinya, petani milenialnya semuanya maju SDM-nya.
"Petani tak hanya sekadar kewajiban, tetapi juga harus menghasilkan keuntungan," papar Dedi.
Di sisi lain juga Dedi menilai sebagai negara agraris syarat-syarat pertanian sangat lengkap di Indonesia.
Di antaranya adalah suhu, matahari, tanah dan air. Maka, sudah selayaknya pertanian harus menyejahterakan para petani.
"Pertanian itu harus menguntungkan. Kalau tidak, berarti ada yang salah," katanya.
Menurut Dedi lagi, pertanian itu ibarat emas 100 karat. Setiap saat bisa menghasilkan uang asal mau dan tahu caranya.
Yang terpenting juga semangat dan ada kemauan, serta tahu inovasi teknologinya.
"Itulah SDM pertanian. Kalau semua mau bergerak, emas pertanian 100 karat itu ada di genggaman kita," kata Dedi.
Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Ciamis Slamet Budi Wibowo tak menampik kalau sektor pertanian menjadi ujung tombak pembangunan kabupatennya.
Hanya saja, kata dia, Covid-19 menjadi batu sandungan bagi pembangunan pertanian di wilayahnya.
"Visi Kabupaten Ciamis memang mendorong sektor pertanian. Sebanyak 60 persen lebih penduduk berprofesi sebagai petani, maka pertanian menjadi andalan," kata Slamet.
Selain dihadiri puluhan dan penyuluh, pertemuan itu juga dihadiri jajaran Muspika Kecamatan Cisaga. (*/jpnn)
Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini:
Redaktur & Reporter : Boy