Melbourne, ibukota negara bagian Victoria pernah menjadi episentrum penularan virus corona di Australia.

Setelah menjalani 'lockdown' yang termasuk paling ketat dan terpanjang di dunia, warga Victoria menyambut pelonggaran sejumlah aturan pada 27 Oktober lalu.

BACA JUGA: Jawaban untuk Mencari Pasangan Serius dari Aplikasi Kencan Online

Empat alasan yang hanya diperbolehkan untuk keluar rumah sudah tak ada lagi.

Pertokoan, restoran, kafe, hotel kini dibuka kembali dengan pembatasan.

BACA JUGA: Suku Bunga Australia 0,1 persen, Apa Artinya Bagi Warga Indonesia di Sana?

Photo: Sehari setelah diumumkan status 'lockdown' di Victoria dilonggarkan, restoran dan kafe di Melbourne menyiapkan tempat duduk di luar. (ABC News: Patrick Rocca)

 

Sudah seminggu sejak 31 Oktober lalu, negara bagian Victoria tidak mencatat kasus penularan baru dan kematian karena COVID-19.

BACA JUGA: Covid-19 Kembali Menggila di India, Sehari 50.210 kasus Positif

Untuk hari tanpa penularan atau kematian, warga Victoria menyebut sebagai 'Doughnuts Day'. Photo: Pegawai di All Day Donuts di Brunswick memegang donut melambangkan nol kasus COVID-19 dan nol kematian di Victoria. (ABC News: Kyle Harley)

 

Donat tak hanya sebagai simbol angka 0, tapi juga simbol harapan semasa pandemi COVID-19 di Australia, setelah Anthony Macali, seorang analis data dan pendiri COVID LIVE Australia mengunggah emoji donat saat Australia Selatan mencatat tiga hari tanpa penularan pada 20 April lalu.

Tantangan Melbourne saat ini adalah pemulihan ekonomi. Photo: Hari Senin lalu (2/11) sebuah instalasi seni dipasang di kawasan Federation Square untuk memperingati Hari Diwali umat Hindu, Sikh, dan Jains yang akan dirayakan pekan depan. (Foto: Celebrate India Inc)

 

Di tahun 2020, kota Melbourne membatalkan 150 kegiatan, yang banyak diantaranya menghasilkan pendapatan, seperti ajang Grand Prix Formula 1, Festival Komedi Internasional, juga Festival Film Internasional.

Belum lagi acara-acara yang merayakan keberagaman budaya dan agama di kota yang pernah mendapat julukan "paling nyaman di dunia" ini. Photo: Terlihat mobil yang diparkir di jalanan dan orang-orang yang memadati pantai di kawasan South Melbourne, hari Selasa kemarin (3/11). (Foto: Maxar Technologies)

 

Tantangan lainnya adalah mendorong dan meyakinkan para 'Melburnian' jika keluar rumah dan pergi ke pusat kota sudah aman.

Karenanya sebuah kampanye berjudul 'Let's Melbourne Again' baru-baru ini diluncurkan dengan menampilkan ungkapan yang banyak digunakan warga yang tinggal di kota ini. Photo: Foto yang diambil 4 November 2020 menggambarkan pusat kota Melbourne yang mulai ramai dikunjungi warga untuk berbelanja. (ABC News: Ron Ekkel)

 

Hari Rabu, 4 November, Dewan Kota Melbourne mencatat ada 526.391 pejalan kaki yang melewati pusat kota Melbourne.

Di Bourke Street, yang dikenal dengan pusat pertokoan tercatat lebih dari 28 ribu pejalan kaki di hari itu, berdasarkan sensor yang ada di kawasan tersebut.

Jumlahnya masih sangat jauh dibandingkan dengan sebelum pandemi COVID-19. Photo: Dua perempuan menikmati sajian di restoran di pusat kota Melbourne pada hari Kamis kemarin (4/11) (ABC News: Ron Ekkel)

 

Warga juga sudah mulai menikmati makan di restoran, kafe, atau minum di pub, meski kapasitasnya masih dibatasi.

Beberapa pemilik restoran mengatakan tempat mereka sudah penuh dipesan untuk beberapa pekan ke depan. Photo: Balon udara kembali terlihat di langit kota Melbourne hari Jumat (6/11) setelah tak pernah terlihat berbulan-bulan akibat lockdown COVID-19. (Koleksi: Kiff Saunders)

 

Hari Jumat, 6 November, untuk pertama kalinya balon udara kembali terlihat terbang di atas langit kota Melbourne.

Kapten Kiff Saunders yang sudah menjalankan bisnis wisata balon udara selama 33 tahun mengatakan kepada ABC Melbourne jika emosinya benar-benar naik turun sepanjang tahun 2020.

"Tentunya sangat senang bisa kembali ke udara," ujar Kiff.

Seberapa lama negara bagian Victoria bisa mempertahankan "Hari Donat" akan menentukan lebih banyak pelonggaran pembatasan, sebelum kehidupan dinyatakan normal kembali.

Artikel ini diproduksi oleh Erwin Renaldi

BACA ARTIKEL LAINNYA... Cerita Mahasiswa Indonesia Melewati Lockdown Ketat di Melbourne

Berita Terkait