Membuat Suasana Serasa di Kampung Halaman

Minggu, 27 Desember 2009 – 01:20 WIB
JUALAN - Bisnis 'kecil-kecilan' jual minuman ala orang Indonesia di Arab Saudi. Foto: Baehaqi/Jawa Pos.
Banyak warga Indonesia yang merintis bisnis di Arab SaudiMereka bersaing dengan para pengusaha lokal dan mancanegara

BACA JUGA: Menelusuri Penyamaran Lima Bulan Buron Kakap Baridin

Kesuksesannya justru diraih berkat keteguhan mempertahankan ciri ke-Indonesia-an.

Laporan BAEHAQI, Jeddah

SIANG
menjelang sore, serombongan jamaah haji Indonesia turun dari bus di Bandara King Abdul Aziz (KAA), Jeddah
Dengan tertib mereka menuju ruang tunggu

BACA JUGA: Rela Keluar Masuk Hutan untuk Cari Ibu Hamil

Seorang warga Indonesia yang semula duduk di mobil mini yang disediakan bandara lantas bergegas menyambut kedatangan para jamaah tersebut.

"Silakan ngopi-ngopi dulu atau minum teh," kata lelaki tersebut setengah berteriak menggunakan megafon.

Setelah meletakkan tas, seorang jamaah asal embarkasi Solo mendekat ke mobil mini yang menyediakan aneka minuman dan makanan ringan
Beberapa jamaah lain menyusul

BACA JUGA: Ingat Kejadian, Ema Tak Berani Nonton Dokumenter

Dalam sekejap, mobil yang mirip mobil golf itu dikerumuni puluhan jamaah��Ji! Kopi, teh, atau susu,�� ujar Khoirul menawarkan dagangannya.

Pria asal Wonokromo, Surabaya, itu menyebut Ji untuk memanggil nama hajiYang dipanggil itu akan pulang setelah menunaikan rukun Islam kelima tersebutMereka naik bus dari Madinah ke Jeddah untuk selanjutnya terbang ke tanah air.

Di bandara, para jamaah itu harus menunggu setidaknya tiga jamKalau pesawatnya delay, masa tunggu lebih lama lagiKarena itu, begitu ditawari makanan atau minuman, mereka tertarikApalagi, yang menawari adalah orang yang juga berasal dari Indonesia.

Khoirul bukanlah petugas hajiDia juga bukan orang suruhan maskapai haji untuk menenangkan jamaah setelah pesawatnya telatKhoirul adalah karyawan Bin Jawi, sebuah perusahaan milik orang Indonesia yang membuka tempat usaha di terminal haji Bandara JeddahNama itu dikibarkan membuntuti dua perusahaan raksasa Arab yang menggunakan nama BinYaitu, Bin Laden Group dan Bin Dawood Group.

Aminuddin, pemilik Bin Jawi, tak takut berhadapan langsung dengan dua perusahaan konglomerasi tersebutDia menyewa lokasi dagangan yang terbilang eliteDi bandara itu pula Bin Laden menjadi salah satu operator, sehingga setiap saat karyawan Bin Laden melihat konter Bin Jawi"Sudah dua tahunan," kata Heri Pribadi, karyawan Bin Jawi lainnya.

Bin Laden sudah merajai pembangunan infrastruktur di Arab Saudi, termasuk di kawasan Haram, MakkahTugu kitab suci Alquran yang sangat megah di gerbang Kota Makkah dari arah Jeddah juga dibangun oleh konglomerat yang namanya sering disebut-sebut ikut mendanai aksi terorisme ituAtas jasa mengembangkan infrastruktur, raja Arab Saudi menghadiahinya tanah di sekitar tugu.

Bin Dawood juga merajai bisnis ritelNamanya kondang di seluruh tanah ArabPasar swalayannya untuk kalangan menengah atas tersebar di mana-manaNamanya nyaris menjadi ikon hypermarket di Arab SaudiMeski demikian, Bin Jawi tak ciut nyaliSekarang memang masih kecilBahkan, tak ada seujung kuku Bin Dawood dan Bin LadenTapi, kreativitas dan nyalinya tak kalah.

Bin Jawi tidak hanya akrab di telinga jamaah IndonesiaJamaah dari negara-negara lain juga mengenaliDi terminal haji Bandara Jeddah, Bin Jawi membuka dua tempat usaha sekaligusSatu berupa restoranLainnya konter minuman dan makanan ringan.

Untuk memperluas jangkauan, Bin Jawi menambah pelayanan dengan mobil bandara untuk jemput bola alias mendatangi tempat-tempat peristirahatan jamaahMobil itu biasanya digunakan untuk mobilitas karyawan bandara.

Banyak juga karyawan Bin Laden yang menggunakan mobil seperti ituPenggunaan mobil bandara bertenaga aki untuk berjualan itu hanya dilakukan oleh Bin JawiBelasan konter dan restoran lain tak memanfaatkan alat transportasi itu"Kami kan menyewa tempat di bandaraKami diperbolehkan menggunakan mobil ini," kata Khoirul, salah seorang sales Bin Jawi.

Bin Jawi banyak terbantu oleh mobil mini tersebutSebab, Khoirul dan rekan-rekannya bisa bebas memasarkan dagangannya di wilayah bandaraMayoritas calon pembeli juga merasa senangMereka yang baru turun dari bus tak perlu jauh-jauh mendatangi konterSebagian besar membeli minumanSegelas kopi atau teh dijual SR 2 atau Rp 5.000Kopi susu SR 3 atau Rp 7.500"Kalau mau mi instan, juga adaDiseduh, langsung dimakan," kata Khoirul berpromosi.

Jamaah yang ingin makan sambil duduk-duduk santai bisa ke restoranHampir semua menu merupakan masakan IndonesiaRestoran itu juga melayani katering jamaah hajiTahun lalu, Bin Jawi mendapat kontrak penuh dari DepagTahun ini hanya menyediakan makanan bagi jamaah yang pesawatnya mengalami penundaan.

Di Bandara Jeddah, Bin Jawi sudah mendapat kepercayaan dari pemegang otoritas penerbangan Arab SaudiNamanya ditancapkan tanpa melalui kafil, bos yang merupakan orang Arab SaudiBin Jawi bahkan satu-satunya usaha di Bandara Jeddah yang dibuka orang asing tanpa bermitra dengan pengusaha Arab.

Aminuddin, pemilik Bin Jawi yang asal Blora, Jateng, tersebut juga menancapkan kaki di MakkahDi sana, dia membuka satu restoranTempatnya juga elite, di Abras, depan MasjidilharamHampir semua menu juga berasal dari Indonesia.

"Sasaran Bin Jawi memang jamaah IndonesiaBaik jamaah haji maupun umrah," kata Heri, karyawan bagian restoran yang digaji SR 3.000 per bulan (sekitar Rp 7,5 juta).

Penggunaan ciri ke-Indonesia-an itu juga dilakukan putra-putra Indonesia lainnya di Arab SaudiDi depan Masjid Nabawi, Madinah, misalnya, terpampang spanduk besar bertulisan Bakso SoloRumah makan itu juga menyediakan aneka masakan khas Indonesia dengan karyawan para tenaga kerja Indonesia (TKI)Setiap hari nyaris tak pernah sepi dari jamaah haji.

Beberapa orang Indonesia di Jeddah juga membuka toko IndonesiaSebagian barangnya tidak bisa diperoleh di toko-toko lain di Arab SaudiMulai cabai, terasi, rokok, koran, sampai produk perlengkapan perawatan tubuh"Barangnya dikirim langsung dari Indonesia lewat kargo," jelas Raikhan yang membuka toko di Jalan Bani Malek.

Meski ongkos kirim mahal, selisih margin yang diraih juga banyakRokok Djie Sam Soe yang di tanah air sekitar Rp 10.000 dijual SR 8 (sekitar Rp 20.000)Segenggam cabai seharga SR 2 (Rp 5.000).

Sebagian besar pelanggan Raikhan yang asli Planggiran, Tanjung Bumi, Bangkalan, itu juga orang IndonesiaMereka merasa senang berbelanja di toko Indonesia karena serasa di kampung halamanHitung-hitung bisa menjadi obat kangen pulang ke tanah air.

Potensi konsumen warga Indonesia di Arab Saudi relatif besarJamaah haji Indonesia tahun ini mencapai 210.000 orangSetelah musim haji, biasanya disusul jamaah umrahOrang Indonesia yang bermukim di negeri Raja Abdullah itu atau yang akrab disapa mukimin juga banyak, sekitar 600.000 orangBelum lagi, orang ilegal karena over stay saja mencapai 24.000 WNI per tahun.

Kisah sukses orang Indonesia berbisnis juga menginspirasi beberapa pengusaha ArabDi Madinah, misalnya, ada orang Arab yang membuka perkebunan kurma untuk wisata jamaah hajiSeluruh karyawannya berasal dari Indonesia.

Wisata itu gratisBahkan, pengunjung bisa makan kurma sepuasnyaPemilik hanya mengambil keuntungan dari penjualan kurma dan oleh-oleh lainnyaUsaha itu juga sangat sukses(*/agm)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Resepsi di Balai Pengobatan, Biaya dari Uang Saku


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler