Suud Ibrahim bin Haji Rahim dan Miftahul Jannah adalah sama-sama petugas hajiSejak mengikuti pelatihan di Jakarta, Suud sudah akrab dengan Miftahul
BACA JUGA: Stan Milik Indonesia Hanya Selevel dengan Nepal
Keakraban itu terus berlanjut hingga ke tanah suciLaporan BAEHAQI, Makkah
SENYUM Suud terus mengembang ketika dia melafalkan kalimat-kalimat akad nikah
BACA JUGA: Utamakan Dokter Umum, Pasien Tak Boleh Langsung ke Spesialis
"Qobiltu nikahaha, wa tazwijaha, bil mahril madzkur...," katanya.Duduk tak jauh dari Suud, wajah Miftahul tampak berseri-seri
BACA JUGA: Suami Meninggal, Terpaksa Buka Kursus di Rumah Kontrakan
Selanjutnya, mereka meluapkan kegembiraan dengan memotong kue tar bersamaItulah suasana akan nikah mempelai Suud dan Miftahul di Masjidil Haram, Senin (21/12) malam lalu waktu setempat, tepatnya sehabis salat Isya.Suud dan Miftahul mengikat janji suci sehidup-semati di depan KabahAkad nikah malam itu dipimpin KH Ahmad Jamhuri yang dipercaya sebagai wali nikahPengantin laki-laki mengenakan pakaian khas Arab Saudi: baju gamis dan surban kotak-kotak hitamSedangkan pengantin perempuan memakai baju terusan kuning gading dan kerudung sewarna bermotif manik-manik.
Akad nikah tersebut menarik perhatian beberapa pengunjung Masjidil Haram lainnyaSaat itu sudah tidak ada jamaah haji IndonesiaSebagian besar sudah pulang ke tanah air, dan sebagian lagi berada di MadinahTetapi, Masjidil Haram masih cukup ramaiMasih ada jamaah dari negara-negara lain.
Setelah akad nikah, acara dilanjutkan dengan walimatulursh atau resepsi yang dihelat di Kantor Balai Pengobatan Haji Indonesia (BPIH), Jl Sheikh Ash-Hasan Masahat, KholidiyahAcara ini sekaligus perpisahan petugas Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi di MakkahHadir antara lain Ketua PPIH Syairozi Dimyathi, Ketua BPHI Barita Sitompul, dan Kepala Daerah Kerja Makkah Subakin Abdul Muthalib.
"Ini kali pertama ada petugas haji Indonesia menikah di MakkahSejak 1986 sampai sekarang belum pernah ada," kata Syairozi yang juga konsul haji pada Konjen RI di JeddahYang terjadi sebelumnya, cinta lokasi bersemi di tanah suci, pernikahan dilakukan di tanah air.
Suud adalah keturunan Bone, Sulawesi SelatanNamun, dia lahir dan besar di Tobelo, Maluku UtaraDi Makkah, pria 25 tahun tersebut ditugaskan di tim kesehatan sektor 8 BakhutmahSedangkan Miftahul Jannah asli Samarinda dan tinggal di Tarakan, Kalimantan TimurWanita 28 tahun tersebut bertugas sebagai apoteker di BPHI Kholidiyah.
Mereka bertemu saat pelatihan petugas haji di Asrama Haji, Pondok Gede, JakartaSelama sepuluh hari pelatihan itulah muncul benih cinta yang kemudian tumbuh suburPadahal, awalnya Suud menganggap Miftahul adalah wanita cerewetUmurnya tiga tahun lebih tua dibanding dirinyaNamun di sisi lain, Suud menilai, Miftakhul juga pintar"Agak sebel jugaTapi, lama-lama berubah," katanya.
Perubahan itulah yang membuat Suud semakin terkesanPerbedaan usia dan tempat tinggal tak menjadi halangan"Hingga pada suatu sore saya memberanikan diri 'menembak' dia," tuturnya kepada Media Center Haji di Kantor Teknis Urusan Haji Jeddah, sore sebelum akad nikah.
Ceritanya, sore itu Suud masih menyempatkan diri berkonsultasi dengan pimpinannya, Barita Sitompul, di ruang kerja Wakil Ketua PPIH Bidang Pelayanan KesehatanSuud menceritakan, saat break pelatihan di Asrama Haji dia mengajak Miftahul jalan bareng ke kantinHatinya berdebar-debarNamun, keyakinannya sangat kuat"Bismillah, saya teguhkan niatSaya ungkapkan maksud saya," kata petugas bidang anastesi dan UGD Rumah Sakit Islam Ternate tersebut.
Bagi Miftahul, ungkapan hati Suud menjelang senja tersebut bagai petir menyambar"Saya kagetTapi, saya anggap dia cuma bercanda, cuma main-main," katanyaHari-hari berikutnya dia tetap fokus mengikuti pelatihan petugas haji dari pagi sampai malamDia pun nyaris melupakan keinginan Suud.
Perjaka tersebut tidak menyerah begitu sajaUntuk membuktikan keseriusannya, pegawai Departemen Kesehatan itu memesan cincin untuk melamar MiftahulDia pun berkonsultasi kepada Khosiyah, petugas pelayanan kesehatan di Sektor 8 yang sudah dia anggap sebagai ibu angkatnya.
Pada 12 November, saat mereka sudah 22 hari di Makkah, Suud mengajak Miftahul salat di Masjidil HaramSore itu Makkah diguyur hujan derasGuyuran air dari langit itu cukup lamaBaru setelah sekitar pukul delapan malam, mereka bisa berangkatPelataran Masjidil Haram masih basah kuyup"Usai salat, saya katakan lagi niat saya sambil menunjukkan cincin," katanya.
Hujan yang sangat langka di Makkah itu membawa berkahMiftahul, yang semula menganggap Suud main-main, mulai menanggapi dengan seriusWanita itu minta waktu untuk berpikir dan memohon petunjuk kepada Yang Maha KuasaDia terus berdoa supaya mendapat pilihan terbaik.
Suud dan Miftahul sempat ragu untuk menikah di Masjidl HaramAlasannya, beberapa selebriti Indonesia malah bercerai setelah menikah di sanaNamun, Barita Sitompul, atasan keduanya, meyakinkan bahwa hal itu tidak bisa dipakai sebagai rujukan"Banyak orang yang menikah di Masjidil Haram dan alhamdulillah tetap langgeng," kata Barita.
Setelah agak mantap, Miftahul menelepon orangtuanya di TarakanGayung bersambutAyahnya mereaksi dengan mengatakan bahwa semua itu bukan kebetulanItu merupakan petunjuk Allah"Setelah itu, lamaran Suud baru saya terima," ceritanya lantas tersenyumAyahnya pula yang menunjuk KH Ahmad Jamhuri, mukimin di Makkah, sebagai wali nikah.
Keluarga Suud juga setuju pernikahan dilaksanakan di MakkahTeknisnya diserahkan kepada kedua mempelaiSuud dan Miftahul pun sepakat melangsungkan pernikahan secara sederhanaHanya teman-teman dekat yang diundangBiaya ditanggung renteng dari uang saku masing-masing.
Kepala Sektor 8 Bakhutmah, Ahmad Danial Hafidz, sempat terkejut ketika diberi tahu bahwa ada petugas haji mau menikah di Masjidil HaramDia menyarankan agar meminta izin terlebih dahulu kepada Kepala Daker Makkah, Subakin A.MKetika dimintai izin itu, Subakin malah menganggapnya sebagai surpriseSebab, sejak dirinya bertugas sebagai panitia haji pada 1986, baru kali ini ada petugas haji yang menikah di Makkah.
Permasalahan sempat munculKabar akan menikahnya Suud dan Miftahul beredar luas dalam sekejapSemua petugas PPHI ingin datang"Jadi sempat bingung jugaSemua teman ngotot minta diundang," cerita Suud.
Lagi-lagi Suud dan Miftahul beruntungMenjelang pernikahan, pemilik hotel yang dijadikan markas BPHI menawarkan syukuran petugas hajiBarita pun mengungkapkan, acara itu bisa dimanfaatkan untuk pesta pernikahan merekaSemua pihak setujuSemua itu sekaligus merupakan berkah bagi kedua mempelai(kum)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Dari Peluncuran Buku Koruptor Go To Hell Karya Bibit Samad Riyanto
Redaktur : Tim Redaksi