jpnn.com, ANKARA - Recep Tayyip Erdogan dipastikan keluar sebagai pemenang pemilu dan kembali menjabat presiden Turki untuk satu periode ke depan. Kini, dia harus merealisasikan janjinya-janjinya pada masa kampanye.
Salah satu janji itu adalah lebih gigih membasmi pemberontak Kurdi. Erdogan juga memerangi para pendukung Fethullah Gulen: cendekiawan, tokoh oposisi, mantan sahabat, dan tertuduh dalang kudeta 2016.
BACA JUGA: Erdogan Menang Lagi, Presiden Jokowi Pengin Telepon Langsung
”Kami akan memburu organisasi teroris dengan tekad yang lebih kuat,” tegas Erdogan dalam pidato kemenangan di hadapan para pendukungnya kemarin, Senin (25/6).
Erdogan juga menebar janji manis soal ekonomi. Dia sesumbar akan mengatasi ancaman krisis dan membawa Turki masuk sepuluh besar ekonomi dunia pada 2023.
BACA JUGA: Erdogan Kembali Terpilih Jadi Presiden Turki
Sayangnya, para analis menilai usaha Erdogan bakal terjal. Terutama terkait dengan ekonomi. Inflasi melambung tinggi. Nilai tukar lira terus tersungkur di hadapan dolar AS. Sepanjang tahun ini, lira melorot 18 persen.
Kedekatan pemimpin 64 tahun itu dengan Rusia membuat negara-negara Barat menjauh. Komentar-komentar pedasnya juga tak disukai para sekutunya.
BACA JUGA: Demi Menang Pemilu, Erdogan Rendahkan Profesi Guru
Sangat mungkin stabilitas ekonomi di negeri yang pernah menjadi pusat khilafah Islam terakhir itu tak akan membaik dalam waktu dekat.
Meski sebelumnya menuding terjadi kecurangan dan manipulasi, kemarin oposisi menerima kekalahannya.
Muharrem Ince, kandidat yang diusung Partai Rakyat Republik (CHP) menegaskan bahwa tidak ada perbedaan yang jauh antara hasil penghitungan partainya dan Dewan Pemilu Turki. ”Saya menerima hasil pemilu,” tegasnya seperti dilansir AP.
Ince memperoleh 30,6 persen suara. Itu adalah suara terbanyak setelah Erdogan. Dia berharap Erdogan menjadi presiden yang bisa merangkul 81 juta penduduk Turki.
(sha/c6/sof)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pemilu Turki: Erdogan Dikeroyok 5 Jago Oposisi
Redaktur & Reporter : Adil