Menapaki Lumpur & Diterpa Badai demi Merenung di Puncak Gunung saat Pergantian Tahun

Selasa, 03 Januari 2023 – 13:21 WIB
Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto bersama para koleganya saat mendaki Gunung Sanghyang di Bali pada Sabtu, 31 Desember 2022. Foto: Fathan Sinaga/JPNN.com

jpnn.com - Guyuran hujan disertai hawa dingin menyelimuti Gunung Sanghyang di Kabupaten Tabanan, Bali pada hari terakhir 2022. Di puncak gunung berketinggian 2.087 meter di atas permukaan laut itu, Hasto Kristiyanto bersama para koleganya melewati pergantian tahun.

Laporan Fathan Sinaga, Tabanan

BACA JUGA: Pekik Merdeka di Puncak Pulau Dewata Pada Hari Pertama 2022

RASA lega terpancar dari wajah Hasto dan kawan-kawannya mahasiswa Universitas Pertahanan (Unhan). Pakaian basah, lumpur yang menempel, dan hawa dingin menusuk tulang seolah tidak mengurangi kebahagiaan mereka.

Sekretaris jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) itu tiba di puncak Gunung Sanghyang sekitar pukul 23.00 WITA.

BACA JUGA: Gunung Sanghyang, Kisah Soekarno dan Doa Mulia Hasto

Bersama pemuka agama di Bali, Ida Ratu Shri Bhagawan Putra Natha Nawa Wangsa Pemayun "Kasuhunan Kedhatuwan Kawista" atau yang akrab dengan panggilan Ratu Bhagawan, Hasto berada berada di gelombang pertama rombongan yang tiba di puncak.

Sebelum mendaki, Hasto dan rombongan mengikuti ritual dan doa menurut keyakinan masing-masing di kediaman Ratu Bhagawan di Kedhatuwan Kawista Pura, di Desa Blatungan, Pupuan, Tabanan.

BACA JUGA: Monumen Duka di Tigaras dan Kenangan tentang KM Sinar Bangun Nahas

Ratu Bhagawan sempat melukat atau memandikan Hasto beserta rombongan melalui ritual pembersihan diri sebelum pendakian. Selanjutnya, pendakian dimulai pada sore hari.

Di usia yang tidak muda lagi, Ratu Bhagawan tampak masih bertenaga memandu rombongan pendaki. Pria berusia 60 tahun itu tiba di puncak Sanghyang tanpa menunjukkan wajah lelah.

Hasto yang berada di belakang Ratu Bhagawan langsung menyelamati satu per satu koleganya yang tiba di puncak Sanghyang. Pria asal Yogyakarta itu membawa sekitar 50 orang, termasuk para mahasiswa S3 Unhan dan kader PDIP.

"Selamat, sudah sampai puncak," kata Hasto sambil menyalami dan memeluk para rekannya.

Saat itu, cuaca tidak bersahabat. Sejak berangkat dari kaki gunung di Desa Singaraja, Kecamatan Bancesari, sekitar pukul 18.30 WITA, rombongan langsung diterpa hujan dan kabut tebal.

Jarak pandang hanya 3 meter. Daya jangkau lampu senter yang digunakan para pendaki pun sangat terbatas.

Hasto beserta rombongannya juga harus menapaki tanah basah dan berlumpur. Mereka berkali-kali jatuh sehingga badan penuh lumpur.

Hasto terlihat beberapa kali terpeleset. Namun, sekjen Serikat Nasional Pelestari Tosan Aji Nusantara (Senapati Nusantara) itu terus melanjutkan langkahnya menuju puncak Sanghyang.

Langkah Hasto mengikuti tapak kaki Ratu Bhagawan. Sesekali tokoh kelahiran 7 Juli 1966 itu memegangi ranting maupun dahan pohon untuk menjaga keseimbangan tubuhnya.

Terkadang Hasto mengulurkan tangannya kepada pendaki di belakangnya yang butuh bantuan. Meski melangkah dengan gontai dan napas terengah-engah, Hasto berkali-kali menyemangati para pendaki yang masih di belakangnya.

"Ayo, semangat. Merdeka," teriak Hasto.

Sekitar pukul 23.00 WITA, Hasto menjadi kelompok pertama yang tiba di puncak. Dia dengan bangga melempar senyum kepada pendaki-pendaki lainnya.

Di bawah guyuran hujan, bapak dua anak itu merangkul rekannya yang belakangan tiba di puncak Sanghyang.

Satu per satu kolega Hasto pun tiba di puncak. Salah satunya ialah Kepala Sekretariat Kantor DPP PDI Perjuangan Yoseph Aryo Adhi Dharmo.

Hasto tak menyangka orang yang mengurusi kesekretariatan DPP PDIP itu tiba di puncak Sanghyang mendahului rombongan mahasiswa Unhan. Adhi memulai pendakian itu beberapa jam di belakang rombongan Hasto karena menyusul dari Jakarta.

Syahdan, Hasto menunggu di sebuah gubuk di puncak Sanghyang. Lampu temaram dan api unggun menemani pendaki yang berteduh di gubuk itu.

Mereka berkumpul di ruangan sempit di gubuk kecil itu. Tak ada jarak, kemeriahan, ataupun gagap gempita layaknya perayaan tahun baru di kota-kota.

Hanya lumpur di pakaian basah dan hawa dingin yang menyelimuti mereka. Tepat pada pukul 00.00 WITA, para pendaki itu saling memberi selamat satu sama lainnya.

"Rahayu," kata Hasto kepada sesama pendaki yang mengelilingi api unggun.

Mendaki di akhir tahun sudah menjadi kebiasaan Hasto selama lima tahun terakhir ini. Pada pergantian tahun dari 2021 ke 2022, Hasto mendaki Gunung Agung, vulkan paling tinggi di Bali.

Bagi Hasto, mendaki gunung merupakan salah satu wujud kecintaannya pada Bumi. Penggemar keris itu juga getol menyelenggarakan kegiatan bersih-bersih sungai dan penanaman pohon.

"Kesemuanya muncul dari pengenalan mendalam terhadap kebiasaan Ibu Megawati Soekarnoputri," kata Hasto merujuk pada tindak tanduk ketua umum PDIP itu.

Di puncak Sanghyang, Hasto berkontemplasi untuk melawan hawa nafsu. Dia merenung untuk menempatkan diri di titik paling rendah bersama rasa lelah dan lumpur kotor di hadapan semesta.

Hasto berharap dari kontemplasi itu muncul gagasan untuk menyusun resolusi dan menatap tahun berikutnya dengan membumi, tanpa angkuhan, dan makin dekat dengan Sang Pencipta.

Selain berkontemplasi, Hasto juga berdoa di puncak Sanghyang. Munajatnya berisi harapan baik bagi rakyat, bangsa, dan negara Indonesia.

"Juga doa bagi Bung Karno, Ibu Megawati, dan Pak Jokowi, serta seluruh anggota dan kader PDI Perjuangan," kata Hasto.

Selanjutnya, masing-masing pendaki saling bertukar cerita. Suasananya sangat akrab, nirbatas, dan tiada sekat perbedaan latar belakang .

Semua bersikap hangat meski cuaca tidak bersahabat. Setiap orang punya kesan tersendiri mengenai pendakian itu.

Ada yang baru pertama ikut mendaki. Ada yang mengaku sangat menikmati pendakian itu, tetapi terdapat pula yang langsung kapok.

Selanjutnya, Ratu Bhagawan memimpin doa. Dia mendoakan semua anak negeri diberi kekuatan menjalani kehidupan.

Waktu pun menunjukkan pukul 01.00 WITA. Beberapa pendaki masuk ke tenda masing-masing. Rasa lelah tak tertahankan membuat mereka tertidur pulas.

Sekitar pukul 05.00 WITA, tenda para pendaki dihantam angin kencang dan hujan. Dari dalam tenda, gesekan angin itu begitu terasa.

Sampai sejam kemudian, kondisi masih sama, padahal Hasto dan rombongan harus mempersiapkan diri untuk turun gunung.

Sekitar pukul 07.00, sebagian besar pendaki pun sudah bersiap ketika hujan masih mengguyur.

Mau tak mau, para pendaki turun dari puncak Sanghyang dengan berbasah-basahan. Sebelum turun, Hasto sempat berfoto bersama dengan koleganya di Unhan.

Perjalanan kembali dari puncak ke kaki gunung selalu diiringi guyuran hujan. Semua rombongan bisa sampai di kaki gunung dengan selamat, tentu dengan kondisi penuh lumpur.(JPNN.com)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Euforia Malam Tahun Baru di Manila dan Piala AFF 2022 Tanpa Gereget di Filipina


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler