Pendapatan yang besar dari sektor energi yang didukung oleh jumlah penduduk yang relatif kecil menjadikan Libya sebagai negara dengan GDP terbesar di Afrika dalam kurun waktu 3 tahun terakhir ini.
Para pelaku bisnis lndonesia di Libya menyatakan bahwa pasar Libya masih sangat terbuka dan prospektif untuk produk barang dan jasa dari Indonesia
BACA JUGA: Ikut Misi Dagang, Pemerintah Manfaatkan Perekonomian Libya
“Untuk itu, mereka mengharapkan adanya pelaku bisnis lain dari lndonesia untuk datang ke Libya, dan meraih kesempatan yang masih sangat terbuka ini,” paparnya yang juga menyebutkan, salah satu komoditi yang mungkin dapat memiliki peluang pasar cukup besar adalah teh, karena masyarakat Libya tercatat sebagai salah satu peminum teh terbesar di dunia.Dalam kerjasama di bidang investasi , terang dia, tercatat beberapa perusahaan RI yang beroperasi di Libya
BACA JUGA: Polytron Raih GfK Award
Tawaran.“Kesempatan yang ditawarkan oleh pihak Libya terkait dengan investasi cukup besar namun belum dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh Indonesia,” lanjut Mendag.
Sementara ini, realisasi investasi Libya di Indonesia sebanyak 3 proyek dengan nilai sebesar US$ 2,7 juta pada sektor industri karet dan plastik, perdagangan dan reparasi, dan jasa lainnya
Dikatakan, Indonesia harus memanfaatkan momentum booming pembangunan yang dialami Libya yang kini tengah memodernisasi diri saat ini
BACA JUGA: Trikomsel Oke jadi Perusahaan Terbuka
Konstruksi adalah salah satunya, dimana terbuka peluang dan sudah banyak perusahaan Indonesia melaksanakan proyek fisik penting di Libya“Hal ini memiliki multiplier effect bukan saja di bidang tenaga kerja trampil dan semi trampil (arsitek, pekerja) maupun bahan baku bangunan (semen),” imbuhnya. (cha/JPNN)BACA ARTIKEL LAINNYA... Purnomo: Pasokan Gas Domestik Aman
Redaktur : Tim Redaksi