Di balik pengumuman lockdown keempat di Victoria pekan lalu, satu hal yang paling menghibur saya adalah pengumuman kelompok umur 40 sampai 49 tahun yang dinyatakan sudah masuk golongan yang berhak mendapat vaksinasi COVID-19 buatan Pfizer.Tidak sampai lima menit setelah diumumkan, saya langsung menghubungi nomor telepon yang disiapkan untuk mendaftar slot vaksinasi.
Nampaknya semua orang di Victoria yang tiba-tiba 'eligible' untuk divaksinasi melakukan hal yang sama karena telepon saya mental beberapa kali, sebelum akhirnya tersambung.
BACA JUGA: Tinjau Vaksinasi Covid-19 untuk Lansia di Cilacap, Panglima TNI Bilang Begini
Tapi setelah tersambung, kesabaran saya diuji.Awalnya diberitahukan oleh mesin penjawab bahwa lama antrean telepon saya sekitar 33 menit.
Saya nyalakan 'speaker phone' sambil mengerjakan naskah berita radio yang tengah saya garap saat itu.
BACA JUGA: Warga Asal Indonesia Kritik Penanganan COVID-19 di Melbourne
Satu jam berlalu.
Saya masih menunggu di antrean.
BACA JUGA: Alhamdulilah, Ada 2.515 ODGJ Akan Terima Vaksin Covid-19
Satu setengah jam.
Masih menunggu.
Baru setelah beberapa menit lewat dari dua jam menunggu, saya akhirnya bisa berbicara dengan petugas.
Dan penantian saya menunggu dua jam lamanya sia-sia karena petugas mengatakan mereka tidak punya akses ke sistem di Victoria sehingga mereka tidak bisa mendaftarkan kami.“I am so sorry that you have wasted your time for hours and thank you very much for being so nice to me. Some people before you were very upset,” kata petugas yang berbicara dengan saya saat itu.
Sayang saya lupa namanya.
Saya bisa membayangkan mungkin dia jadi sasaran kemarahan banyak orang, padahal memang sistemnya yang belum siap.
Poor guy. Ini kritik saya juga pada Pemerintah Victoria.
Sebelum mengumumkan program vaksinasi, pastikan dulu sistemnya sudah siap.
Kapok menunggu dua jam tanpa hasil, saya memutuskan untuk memakai cara lain.Hari Minggu siang, suami saya dan saya memutuskan untuk menghabiskan jatah dua jam waktu 'exercise' yang diberikan oleh Pemerintah Victoria selama 'lockdown', sambil sekaligus berbelanja.
Sepanjang melakukan aktivitas tersebut, saya terus memantau website 'vaccine hub' untuk melihat apakah ada slot untuk 'walk-in' dan berapa lama antreannya.
Tips untuk yang mau walk-in: rajin-rajinlah me-refresh website vaccine centres, karena mereka memutakhirkan kondisi di sana secara 'real time' dari waktu ke waktu.
Awalnya bisa jadi keterangannya 'walk-in full booked', tapi ketika di-'refresh' beberapa waktu kemudian, statusnya berubah menjadi 'available'.Sekitar pukul 3 siang, saat kami sudah mengarah pulang, saya mencoba me-'refresh' website itu lagi dan menemukan ada slot 'walk-in' dengan waktu antrean kurang dari 30 menit di Melbourne Exhibition Centre di South Wharf.
Untung saya selalu membawa paspor saya ke mana-mana, sehingga kami bisa langsung menuju 'vaccine hub' dan masuk antrean.Saya ingat kami tiba dan mulai antre pukul 3.18 siang.
Prosesnya tidak lama.
Setelah antre di depan pintu masuk, di dalam kami dipisahkan sesuai kategori: di atas atau di bawah 50 tahun, dan 'walk-in' atau 'by appointment'.
Setelah antre kedua berdasar kategori, ada tujuh 'counter' yang menyambut kami untuk proses registrasi.
Nama, alamat, dan bukti identitas dicatat di sini. Prosesnya tidak sampai 5 menit.
Setelah registrasi, saya diarahkan ke bilik vaksinasi. Saya kebagian bilik nomor 13, dengan Suster Sandhya sebagai vaksinatornya.“I have been here since 7 this morning, I am happy it’s almost finished for today,” kata Suster Sandhya.Saya kemudian diminta menjawab beberapa pertanyaan sebelum divaksinasi.
Setelah menjawab semua pertanyaan, saya diinformasikan kemungkinan efek samping dan apa yang harus dilakukan jika saya mengalaminya.
Barulah setelah semua informasi diberikan, saya divaksinasi di lengan kiri saya.
Tidak terasa sama sekali. Sayangnya, saya tidak sempat mengabadikan momentum itu seperti foto dalam cerita Pak Sastra divaksinaksi AstraZeneca.Usai vaksinasi, saya diminta menunggu 15 menit untuk observasi apakah ada efek samping yang serta-merta terasa, baru kemudian lapor ke meja perawat sebelum pulang.
Di meja perawat saat melapor itu saya diingatkan mendaftar untuk vaksinasi dosis kedua tiga minggu setelahnya.
Saya keluar tempat vaksinasi pukul 4.15 sore.Efek sampingnya: Malam itu lengan kiri saya rasanya pegal-pegal seperti habis mengangkat barbel, dan rasa pegal-pegal itu berlanjut hingga Senin malam, meski sudah hilang pada Selasa pagi.Tapi tetap senang rasanya.
Setidaknya di 'lockdown' kali ini, saya sudah divaksinasi.
Walaupun masih ada tantangan selanjutnya: mendaftar vaksinasi dosis yang kedua lewat telepon (lagi). Duh!
BACA ARTIKEL LAINNYA... Demonstran Pendukung Papua Merdeka Desak Australia Setop Menjual Senjata ke Indonesia