jpnn.com - JAKARTA--Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy mengkritisi gerakan literasi 15 menit sebelum belajar.
Menurut dia, gerakan membaca tidak ada artinya bila buku yang dibaca siswa tidak jelas.
BACA JUGA: Pengguna Bahasa Indonesia 360 Juta Orang
Apalagi bila guru tidak membantu memberikan pemahaman.
"Saya prihatin melihat kemampuan baca siswa SMA kita. Kemampuannya setara dengan siswa SMP," kata Menteri Muhadjir di Jakarta, Jumat (28/10).
BACA JUGA: Menyanyikan Indonesia Raya Dianggap Terlalu Rumit?
Menurut Muhadjir, kemampuan literasi tidak hanya diukur dari sekadar bisa lancar baca.
Namun, dilihat dari mampukah siswa memahami isi buku yang dibacanya.
BACA JUGA: Guru Wajib Delapan Jam di Sekolah, Setuju?
"Coba ditanya lagi, apakah mereka pahami isi dari buku yang dibaca. Pasti banyak yang tidak paham, karena pola pendidikan kita hanya menuntut lancar baca. Sedangkan pemahaman belum diprioritaskan," tuturnya.
Muhadjir lagi-lagi meminta guru lah yang harus berperan lebih dari gerakan literasi.
Guru tidak sekadar memerintahkan siswa membaca 15 menit sebelum belajar, tapi harus membantu memberikan pemahaman isi bukunya.
"Guru nggak boleh hanya kerja yang enak-enak. Guru sudah dibayar mahal loh oleh negara, jadi harus bertanggung jawab meningkatkan kemampuan baca dan pemahaman siswanya. Ingat ya, bukan hanya lancar baca tapi juga memahami," pungkasnya. (esy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Mendikbud: Jangan Hanya Cuap-cuap Habis Itu Kasih PR
Redaktur : Tim Redaksi