Mengaku Dipukul dan Diusir Anak, Nenek 80 Tahun Telantar

Jumat, 16 Januari 2015 – 00:14 WIB

jpnn.com - MEDAN - Kasih ibu sepanjang masa, kasih anak sepanjang gala. Sesaat peribahasa itu langsung tergiang di benak, ketika melihat kondisi Sarminah.

Nenek renta berusia 80 tahun ini menangis sesunggukan tak tahu harus bagaimana. Dia hidup telantar sejak dipukul dan diusir anaknya.

BACA JUGA: KASN Minta Jokowi Cabut Keppres Sekda Terdakwa

Wanita tua yang berjalan dengan bantuan tongkat di tangannya itu terlihat sudah keriput. Giginya sudah tak utuh lagi, sehingga membuatnya tidak begitu jelas lagi saat berbicara.

Kemarin (15/1) siang, Sarminah baru saja diantarkan Yayak, seorang penarik becak ke Polsek Percut Sei Tuan, Medan. Pria yang mengaku tinggal di Jalan Elang, Perumnas Mandala itu, mengaku merasa iba dengan kondisinya sang nenek itu. Berharap polisi bisa mencarikan jalan keluar.

BACA JUGA: Wabah Chikungunya Serang Tiga Kelurahan

Ketika ditanyai petugas, Sarminah tak mampu berbicara dengan jelas karena ompongnya. Nenek ini bahkan lebih banyak menangis. Apalagi banyak pertanyaan yang tak bisa dijawabnya.

“Aku lupa alamatku, nak,” jawabnya terisak, sehingga membuat bingung polisi yang menanyainya.

BACA JUGA: Dikira Kembar, Ternyata yang Lahir Bayi 5 Kg

Hanya saja disebutkan wanita 5 anak ini, dia sudah tidak punya rumah lagi. Selama ini, nenek berkerudung hitam itu mengaku menumpang dari rumah anaknya yang satu ke rumah anaknya yang lain.

“Mereka sudah menikah semua,” kata Sarminah yang lagi-lagi menyebutkan, dirinya sama sekali tidak ingat di mana saja alamat rumah anak-anaknya tersebut.

Terakhir, kata Sarminah, dia menumpang di rumah anak keduanya. Dari situlah wanita bertubuh kurus itu mendapat perlakukan yang tak menyenangkan. Dia dimaki, dipukul dan diusir lantaran dinilai hanya menjadi beban bagi keluarga putra darah dagingnya itu.

Katanya, nama anaknya itu adalah RD (inisial). Anak kedua dari 5 anaknya. Di rumah itu, dia sudah menumpang selama 2 tahun belakangan. “Dulunya aku nginap di rumah anakku yang lainnya. Tapi aku sudah lupa di mana mereka tinggal," tangis Sarminah, seperti diberitakan Pos Metro Medan (Grup JPNN).

Meski lupa di mana tempat tinggal RD, namun Sarminah mengaku masih mengingat dengan jelas perbuatan anaknya yang tega memakinya dan bahkan sempat mendorongnya karena Ridho lebih membela sang istri.

"Tapi aku ingat anakku yang marahin aku. Didorongnya badanku hanya gara-gara istrinya tak suka dengan aku yang katanya tak bisa berbuat apa-apa," tangis Sarminah.

Dia juga mengisahkan, dulunya suaminya adalah seorang buruh di kawasan KIM yang berlokasi di kawasan Jalan Medan-Belawan. Namun sudah meninggal sekitar 10 tahun yang lalu.

Sejak meninggalnya sang suami, dirinya terpaksa menjual rumah dan tanahnya demi memenuhi keperluan hidupnya serta anak-anaknya yang berjumlah lima orang itu.

Namun seperti peribahasa---kasih ibu sepanjang masa, kasih anak sepanjang gala---, pengabdian dan kebaikan Sarminah itu tidak dibalas setimpal oleh anak-anaknya.

Sebab, semua anak-anaknya yang sudah pada menikah itu tak seorang pun yang peduli dengan Sarminah, terlebih setelah di hari tuanya. Itu pula yang membuat dia terpaksa hidup berpindah-pindah.

“Dulu aku masih ingat alamat mereka. Tapi sekarang aku sudah lupa semua,” katanya terisak.

Tak ada yang tersisa dari Sarminah, selain tongkat dan sandal jepitnya yang sudah usang. Bahkan, dia yang belum makan selama 2 hari, membuat sejumlah warga yang ikut melapor, merasa iba hingga memberikannya makan nasi bungkus. Alhasil, nenek ompong itu pun bisa makan dengan lahapnya di Polsek Percut Sei Tuan.

Kembali diutarakannya, meski tidak tahu mau kemana dan harus bagaimana, Sarminah terus saja melangkah sambil meratapi nasib pahitnya di hari tuanya ini. Saat dia lelah, Sarminah cuma berusaha berteduh di emperan-emperan toko yang dilintasinya di sekitaran Jalan Panglima Denai itu.

Setelah terbangun dari tidur di emperan, dia lalu melanjutkan langkahnya yang gontai itu. Hingga akhirnya Sarminah nyaris tertabrak becak yang dikemudikan Yayak.

Merasa kasihan dengan kondisi si nenek, apalagi dirinya nyaris menabrak tubuh wanita renta itu, Yayak pun memilih untuk membantunya. “Pas kutanya alamatnya, katanya lupa. Makanya kubawa aja ke polsek ini. Mana tau dapat dibantu," ujarnya.

Namun ternyata, para petugas di Polsek Percut Sei Tuan mengaku tidak bisa berbuat banyak. Sehingga polisi yang tengah piket menyuruh agar Sarminah dibawa kembali oleh Yayak si tukang becak.

Alhasil, Yayak yang iba terpaksa membawa dan berjanji akan mencari di mana alamat tinggal anak-anak nenek reot itu. Kondisi itu pula yang membuat salah seorang warga yang ketepatan berada di polsek, memberikan uang sebanyak Rp150 ribu untuk uang pegangan bagi Sarminah.

"Kasian aku liatnya. Nanti kalau kita tua kayak gitu, cemana rasanya, coba?" ujar Teti, warga yang memberikan uang itu.

Seusai si nenek beranjak dari polsek, bukannya merasa iba, salah seorang petugas jaga malah mencibir. Katanya, banyak modus dengan cara mengaku-ngaku hilang ingatan agar mendapat uang seperti itu. "Modusnya itu. Udah tau kami, makanya kami biarkan saja," ujar seorang petugas. (mri)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Damaikan Kasus Pencurian, Polri Digugat ke Pengadilan


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler