Mengantar J-Rocks Masuk Dapur Rekaman Abbey Road Studio, London

Akustik Sama dengan Jakarta, Dedikasi SDM yang Beda

Jumat, 24 Oktober 2008 – 12:53 WIB

Peralatan bisa dibeli, keahlian dapat dipelajariLalu, apa sih kelebihan Abbey Road Studio di London, Inggris, jika dibandingkan dengan studio-studio rekaman lain yang bertebaran di banyak negara di dunia, termasuk Indonesia? Berikut laporan ISHAQ BAHRI.

SEJARAH The Beatles yang melambungkan nama Abbey Road Studio sudah sampai di ujung

BACA JUGA: Mengantar J-Rocks Masuk Dapur Rekaman Abbey Road Studio, London (1)

Tapi, sejarah Abbey Road Studio sendiri masih terus berlangsung, entah sampai kapan
Sebab, masih akan lahir bintang-bintang baru di sana

BACA JUGA: Dua Anaknya Dinamai Seperti Nama Pesawat

Antrean bintang dan calon bintang rekaman masih panjang.

"Anda beruntung
Bahkan, Gwen Stefani (eks vokalis dan penggerak kelompok musik No Doubt) masih ikut antre untuk rekaman di sini,'' kata Chris Bolster kepada Yuke A

BACA JUGA: Terbang setelah Delapan Tahun Gantung Ijazah di Kamar

Nugraha dari A Mild, sponsor yang membiayai J-RocksChris Bolster adalah salah seorang sound engineer di Abbey RoadDialah yang dipercaya menangani rekaman J-Rocks di Abbey Road Studio

Betapa sulitnya rekaman di Abbey Road diakui sendiri oleh Yuke ANugrahaMenurut dia, untuk membawa J-Rocks masuk Abbey Road, dia menjalin kontak selama berbulan-bulanTujuannya mencari waktu kosongLantas, kebetulan ada lima hari kosong pada pertengahan Oktober lalu"Kalau kesempatan ini lepas, mungkin akan sulit menemukan waktu kosong lagi,'' katanya.

Semuanya berawal pada 1931, ketika EMI Record membeli sebuah rumah besar di Abbey Road dan mengubahnya menjadi sebuah studio rekamanPada November tahun yang sama, Sir Edward Elgar (komposer, 1857-1934) masuk dapur rekaman di sanaDia adalah orang pertama yang menjalani rekaman di studio yang dulu bernama Abbey Road EMI itu.

Saat ini di Abbey Road ada tiga studioYakni, Studio I, Studio 2, dan Studio 3Urutan itu sekaligus menunjukkan ukuran studionyaStudio I yang paling besar, lalu Studio 2, dan terakhir Studio 3Namun, dari ketiganya, yang paling legendaris adalah Studio 2Sebab, di sanalah lahir sekitar 90 persen karya The Beatles, yang sering disebut-sebut sebagai "akar'' musik pop yang ada sekarang.

Studio I digunakan untuk proses rekaman yang melibatkan banyak pemain, seperti musik orkestraDi studio itulah diproses ilustrasi musik sejumlah film box office dunia, seperti Lord of The Rings, Star Wars, Indiana Jones, dan Harry Potter

Selain tiga studio tersebut, di lantai basement ada kantin yang melayani para musisi dan kru yang sedang rekaman di Abbey RoadKantin itu tembus dengan taman, tempat para musisi dan kru bersantai setelah berjam-jam terbenam dalam kerja kreatif

J-Rocks sendiri berkesempatan rekaman di Studio 3Selama lima hari, mulai pagi hingga tengah malam, Anton, Sony, Wima, dan Iman berkutat di dalam studio yang berada paling depan ituTentu saja, mereka didampingi Chris Bolster dan asistennya, John Barrett.

Di Studio 3 itu ada beberapa ruangMasing-masing dipisahkan oleh pintu setebal 20 sentimeterBisa jadi karena itu, dentuman bunyi drum dan lengkingan gitar tidak pernah terdengar ke luarOrang yang berjalan di lorong studio nyaris tidak mendengar suara apa pun dari dalam.

Ruang utamanya adalah ruang studioRuang itu dilengkapi beberapa bilikSalah satunya digunakan untuk take vokalPersis di depan ruang studio terdapat ruang kontrolDari ruang itu, Chris Bolster dan John memantau dan memberikan arahan kepada anak-anak J-Rocks

Selain dua ruang itu, di lantai atas ada ruang untuk kru, anggota keluarga musisi, atau para tamu yang berkunjungRuang itu dilengkapi sofa, meja-kursi, dapur, dan juga kamar mandi

Sebenarnya, dari segi ukuran, Studio 3 tidak terlalu istimewa, bahkan untuk standar Indonesia"Ruang studionya malah lebih kecil daripada studio milik Aquarius di JakartaNamun, ruang kontrolnya dua kali lebih besar,'' ujar Sony, gitaris J-RocksGrup band yang berdiri pada 9 November 2003 di Jakarta itu sendiri telah melahirkan dua album di bawah bendera Aquarius

Bukan hanya itu, dari segi akustik, antara studio Aquarius di Jakarta dan Studio 3 di Abbey Road tidak jauh berbedaDua studio tersebut memang dirancang oleh orang yang sama, yakni Tom Toyoshima asal Jepang"Perbedaannya mungkin terletak pada peralatan dan manusianya,'' lanjut Sony.

Sony lalu menyebut salah satu, mikDi Aquarius mik yang harganya Rp 150 juta hanya ada satu, sedangkan Studio 3 Abbey Road ada sepuluh buah"Di Jakarta mik itu hanya untuk vokalis, di sini beberapa buah digunakan sebagai mik drum,'' katanyaItu baru mikBelum peralatan-peralatan lain yang juga kelas satu.

Soal kelebihan peralatan di Abbey Road juga diakui oleh Tommy PUtomo -audio engineer Aquarius- yang ikut mendampingi anak-anak J-Rocks ke LondonDia menilai Abbey Road lebih beruntung karena selalu mendapatkan pasokan peralatan terbaik"Di Jakarta, bila ada salah satu alat yang rusak, kita sering sulit mendapatkan onderdil aslinyaHal itu tidak dialami Abbey Road karena peralatan itu dibuat di sini (Inggris),'' katanya.

Selain peralatan, faktor sumber daya manusia (SDM) juga tidak kalah pentingTenaga sound engineer, salah satunyaDi Abbey Road ada banyak tenaga sound engineer berpengalaman dan berdedikasi tinggiSalah satunya Chris Bolster, yang mendampingi J-Rocks, menggarap single yang diberi judul Falling in Love.

Pria kelahiran Selandia Baru yang masih membujang itu sangat profesional dan berdedikasi tinggiDia memperlakukan kliennya dengan sangat baik, tanpa melihat kasta bermusiknyaBahkan, dia rela ikut memasangkan drum yang akan digunakan oleh J-Rocks.

"Orangnya asyik banget,'' komentar Anton, penabuh drum J-RocksKata dia, Chris selalu memberikan pertimbangan-pertimbangan rasional jika memberikan masukan.

Bicara kemampuan, Chris memang tidak perlu diragukanChris-lah yang menangani album terakhir grup musik OasisDia juga pernah menggarap album milik Take That, Kate Bush, Ozzy Osbourne, Cold Play, John Lennon, Paul McCartney, dan masih banyak lagi.

Sebagai sound engineer, Chris mengaku kemampuan menangkap bunyi-bunyian dengan baik merupakan modal utamanyaKarena itu, jika banyak penyanyi mengasuransikan suaranya, sebaliknya Chris mengasuransikan telinganya"Masa depan saya ada di telinga saya,'' katanya

Chris sendiri mengaku senang bekerja dengan anak-anak J-RocksBekerja bersama musisi dari berbagai negara memberi dia banyak pelajaran dan pengalaman"Dulu sekitar tahun 1990-an banyak musisi Jepang yang rekaman di siniTapi, sejak krisis ekonomi, nyaris tidak ada lagi yang datang,'' tutur Chris.

Masalah biaya itu mungkin juga yang menjadi alasan utama, mengapa tidak ada musisi Indonesia yang rekaman di Abbey Road Studio LondonMereka lebih memilih Australia atau negara-negara Asia lain, seperti Jepang dan Hongkong"Kalau untuk sewa studio, bayar engineer, dan peralatan musik mungkin tidak jauh bedaNamun, biaya akomodasinya yang sangat besar,'' kata Luke ANugraha

Dia lalu menyebutkan, tarif sewa studio di Abbey Road 1.500 pounds atau sekitar Rp 24 juta per hari (1 pounds sekitar Rp 16.000)Itu belum termasuk bayaran untuk Chris Bolster sebesar 400 pounds (sekitar Rp 6,4 juta) per hari dan sewa peralatan musik yang dibutuhkan oleh para pemain"Tanpa sponsor, rasanya berat bagi musisi Indonesia rekaman di sini,'' ujarnya.

Karena itu, J-Rocks merasa sangat beruntung dan bersyukur bisa rekaman di Abbey Road"Mungkin sudah takdir kami (J-Rocks, Red) untuk menjadi bagian dari sejarah Abbey Road,'' kata Iman, vokalis dan gitaris J-Rocks.

Dia juga berharap, kesempatan emas tersebut akan menguak lebih lebar peluang-peluang lainAgar bisa begitu, kuncinya adalah hasil akhir kerja keras mereka selama lima hari di Studio 3 Abbey Road"Mungkin sebelum akhir tahun single Falling in Love kami luncurkan,'' ujarnya

Selain Falling in Love (juga ada versi Indonesianya), di Abbey Road mereka juga merampungkan lagu Hanya Aku, Meraih Mimpi, dan instrumen yang diberi tajuk On The Road to AbbeyKami tunggu hasilnya di Indonesia! (el)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Istri Kedua 12 Tahun, Langsung Ditunjuk Jadi GM


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler