Mengapa Hoaks Masih Ada? Ini Penjelasan Praktisi Pendidikan

Sabtu, 15 April 2023 – 17:03 WIB
Sebanyak 7.042 siswa dari 155 SD, SMP, dan SMA di Kota Palopo, Provinsi Sulawesi Selatan, mendapat bekal pendidikan mengenai literasi digital. Foto: Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi

jpnn.com, PALOPO - Sebanyak 7.042 siswa dari 155 SD, SMP, dan SMA di Kota Palopo, Provinsi Sulawesi Selatan, mendapat bekal pendidikan mengenai literasi digital.

Dalam webinar yang digelar Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bersama Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi, anak didik diberikan pemahaman tentang bahaya hoaks dan mengapa berita bohong masih beredar.

BACA JUGA: Digitalisasi di Sektor Keuangan Meningkat, OJK Bicara Soal Manajemen Risiko

Dalam webinar bertema “Etika Berjejaring: Jarimu Harimaumu,” praktisi pendidikan Imam Wicaksono menyampaikan ada bahaya terselubung di dunia maya, seperti kecanduan gawai dan penipuan siber yang berbahaya saat beraktivitas di dunia digital.

Selain itu, dia meminta anak didik waspada terhadap penyebaran informasi palsu dan fakta yang direkayasa atau dikenal dengan hoaks.

BACA JUGA: Siswa SD di Bogor Diajak Mengenal Literasi Digital Sejak Dini

“Kita harus mampu membedakan berita bohong yang tidak bisa dipertanggungjawabkan. Namun, mengapa hoaks masih tetap ada? Hoaks ada karena terdapat kepentingan finansial dan provokatif yang bisa menguntungkan pihak-pihak tertentu. Sebagai individu, kita harus menjaga diri dari hal-hal yang buruk,” jelasnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Palopo Asnita Darwis mengingatkan ada batasan-batasan yang harus dijaga di media sosial dan perlunya kompetensi berbudaya di ruang digital. Dia menambahkan penting juga untuk meningkatkan literasi digital dengan menulis dan memanfaatkan perpustakaan maya.

BACA JUGA: Wakil Ketua MPR Yandri Susanto Tekankan Literasi Obat dan Makanan Sangat Penting

“Saya mendorong anak-anakku untuk berpartisipasi dalam upaya bersama dalam membuat perpustakaan digital untuk meningkatkan prestasi. Mari kita manfaatkan teknologi untuk membentuk generasi digital yang bijak dalam menggunakan smartphone, iPad, dan gadget lainnya,” ujarnya.

Dosen Universitas Sriwijaya Anang Dwi Santoso mengatakan berjejaring sangat penting di era digital karena bisa memperluas jaringan serta mengembangkan sinergi.

Dia menyebut media sosial dapat digunakan untuk membangun relasi dan mempromosikan diri.

“Kita dapat membangun relasi dan berkolaborasi dengan orang-orang sebidang untuk mempromosikan kampanye yang berkelanjutan dengan konten yang bermanfaat. Oleh karena itu, penting untuk memiliki keterampilan komunikasi, sosial, manajemen waktu, dan inisiatif yang baik,” ungkapnya.

Plt. Kepala Cabang Dinas Pendidikan Wilayah XI Disdik Pemprov Sulsel Achmad Karim menyebut konten negatif seperti hoaks, propaganda, dan provokasi bisa memojokkan pihak tertentu dan akan berdampak buruk jika menjadi viral.

Karena itu, dia meminta anak didik bertindak etis dalam menggunakan media digital agar tidak menimbulkan dampak negatif.

“Internet seharusnya menjadi anugerah, namun bisa menjadi bencana jika teknologi tidak digunakan dengan bijak dan tidak menjunjung nilai kebaikan. Kita perlu berkolaborasi dalam menggunakan teknologi digital untuk menciptakan lingkungan online yang aman dan etis,” pungkasnya.

Informasi lebih lanjut mengenai literasi digital sektor pendidikan dapat diperoleh pada media literasi digital kominfo di info.literasidigital.id atau mengikuti media sosial Literasi Digital Kominfo di Instagram @literasidigitalkominfo, Facebook Literasi Digital Kominfo, dan Youtube @literasidigitalkominfo. (Tan/JPNN)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Catatan Ketua MPR: Literasi Digital, Keniscayaan yang Harus Segera Ditanggapi Negara


Redaktur & Reporter : Fathan Sinaga

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler