Mengenal Aplikasi Tapaleuk Karya Anak Kupang

Senin, 27 Februari 2017 – 07:49 WIB
CEO Tapaleuk, Eltyasar Putrajati Noman (kiri). FOTO: Timor Express/JPNN.com

jpnn.com - jpnn.com - Aplikasi Tapaleuk merupakan hasil kreasi anak muda Kota Kupang, Provinsi NTT yang terintegrasi dengan Google dan Facebook. Seluruh masyarakat di dunia dapat mengunduh aplikasi ini melalui google playstore dari handphone android.

CARLENS BISING, Kupang

BACA JUGA: Insya Allah MUI Segera Merilis Fatwa Bergaul di Medsos

PENGGUNA telepon pintar kembali dimanjakan dengan sebuah aplikasi baru, Tapaleuk. Aplikasi yang merupakan hasil karya anak-anak muda Kota Kupang ini telah hadir dan lolos verifikasi Google sejak pertengahan tahun 2016 lalu.

Aplikasi ini terbilang berfungsi untuk memberi informasi, khusus tentang wilayah NTT. Dari lokasi wisata, instansi pemerintah, swasta, pusat perekonomian seperti toko, kios, hotel, rumah makan, lembaga pendidikan, fasilitas hiburan hingga industri-industri kecil. Bahkan fasilitas ATM hingga lokasi tambal ban.

BACA JUGA: Zuckerberg Diminta Turun dari Pimpinan Facebook

Tidak sekadar memberi informasi, untuk mencapai tempat yang dituju pun aplikasi ini menyediakan fasilitas navigasi untuk memudahkan pengguna. Pada setiap lokasi yang ditampilkan akan dilengkapi dengan berbagai informasi tentang apa saja yang ada di sana sebagai pelengkap. "Tujuan kita untuk mengeksplore dan mempromosikan NTT secara keseluruhan. Jadi isinya khusus soal NTT, tidak untuk yang lain," kata CEO Tapaleuk, Eltyasar Putrajati Noman saat bincang-bincang dengan Timor Express (Jawa Pos group) di Cafe Exelco Kupang, Sabtu (25/2).

Putra, sapaan Eltyasar Putrajati Noman tidak sendiri. Dia berjuang bersama Eka Putra sebagai Direktur Teknik, Rian Amalo sebagai Direktur Operasional dan Direktur Pemasaran Mulyono Subroto. Sebagai putra daerah NTT, Putra mengaku terpanggil untuk membangun kesadaran masyarakat NTT sebagai pelopor pembangunan daerah ini melalui hal sederhana, namun bermanfaat.

BACA JUGA: Melindungi Anak dari Serbuan Media Sosial

Dia menjelaskan, melalui aplikasi ini, siapa saja bisa ikut mempromosikan NTT kepada masyarakat luas. Caranya dengan menambahkan setiap tempat baru, fasilitas baru atau bahkan tempat usaha baru ke aplikasi tersebut. Caranya pun sangat mudah. Tinggal diunduh aplikasi tersebut melalui Google Playstore. Aplikasi ini gratis. Tinggal dibuka dan akan ada petunjuk yang bisa mengarahkan pengguna mengoperasikan aplikasi tersebut.

Untuk itulah, pihaknya mengintegrasikan aplikasi tersebut dengan Facebook sebagai salah satu media sosial yang sangat populer di NTT saat ini. Meski belum diperkenalkan secara luas, namun aplikasi ini sudah langsung dikenal hingga ke seluruh dunia. Bahkan ke Amerika, Eropa dan sebagian besar di wilayah Asia.

“Saat ini pengguna android yang menggunakan aplikasi ini sudah mencapai 1.800 di seluruh dunia. 90 persen di Indonesia, 0,6 persen di Amerika, 0,1 di Singapura, 0,1 di Jepang, 0,1 di Australia, 0,1 di Aljazair dan di negara lain itu ada 0,4 persen. Ini bukan kami yang bikin datanya, tetapi langsung dari Google yang data secara otomatis," sambung Putra yang didampingi Mulyono Subroto.

Para pengguna aplikasi tersebut tidak sekadar mencari informasi, namun diajak untuk menjadi duta bagi daerahnya sendiri dengan menambahkan informasi-informasi baru tentang daerahnya. Putra bahkan mengklaim, aplikasi tersebut lebih lengkap dan lebih representatif dari aplikasi yang digunakan di daerah lain. Sehingga, sangat terbuka kemungkinan untuk ditawarkan ke provinsi lain dengan nama yang berbeda.

“Ini benar-benar untuk membantu daerah kita agar dikenal, dan memudahkan orang luar ketika berkunjung ke NTT. Orang Amerika misalnya, sebelum dia ke NTT, dia sudah tahu, kalau nginap di hotel apa, dia sudah bisa tahu di samping hotel, di depan hotel atau di belakang hotel ada apa," tambah Putra.

Saat ini aplikasi tersebut sudah diperkenalkan ke sejumlah instansi pemerintah serta kalangan muda yang memiliki idiologi yang sama untuk membangun daerah ini. Bahkan Putra menyebutnya sebagai aplikasi ideologi.

"Ada orang Australia dan orang Amerika sempat tawar untuk beli. Tapi kami tidak mungkin jual, karena memang kami punya niat untuk bangun NTT melalui hal-hal seperti ini," katanya yakin.

Dengan kesibukannya di bidang IT, Putra dan kerabatnya menaruh harapan besar bagi para pengguna aplikasi Tapaleuk untuk turut terlibat menjadi cuta bari daerah ini. Dengan begitu, perkembangan teknologi bisa dimanfaatkan untuk hal-hal yang positif, bahkan untuk membantu daerah ini keluar dari ketertinggalan.(*/sam)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Reputasi Hancur, Anas Modamani Gugat Facebook


Redaktur & Reporter : Friederich

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler