Mengenal Dabus, Sarat Makna Keagamaan Hingga Melawan Penjajah

Ayat-ayat Suci Terus Didengungkan

Selasa, 21 Juni 2016 – 10:25 WIB
Syekh memimpin pelaksanaan ritual dabus. FOTO: Malut Post/JPNN.com

jpnn.com - DI sejumlah daerah di nusantara, tradisi dabus masih dapat ditemui. Di Maluku Utara, warga mengenalnya sebagai dabus atau badabus atau taji besi. Selain sarat makna keagamaan, ritual ini juga lekat dengan tradisi perang melawan penjajah.

BADRUN AHMAD-GUNAWAN TIDORE-MASLAN ADJID-MAHFUD H HUSEN, Ternate

BACA JUGA: Brigadir Wahyu Pengin Peluk Mama Terus, Inikah Firasat Itu?

Selain Maluku Utara, dua daerah lain –Banten dan Aceh- juga diketahui terdapat tradisi dabus. Tak mengherankan, sebab ritual ini tak terlepas dari penyebaran agama Islam awal.

”Tradisi badabus adalah elemen yang mengikuti perkembangan Islam awal, dibawa oleh para mubaligh dan pedagang dari Arab yang berada di Ternate dan beberapa daerah di Maluku Utara pada waktu itu,” tutur Dr Sahril Muhammad, Sejarawan Maluku Utara, kepada Malut Post (JPNN Group).

BACA JUGA: Dihajar Suami Hingga Kaki Patah, Meraung di Kantor Polisi

Sebelum belajar Islam secara kaffah, para pemeluk Islam dikenalkan dengan kebudayaan terlebih dahulu. Tentunya budaya yang tak terlepas dari nilai-nilai Islam itu sendiri.

”Badabus ini juga diajarkan oleh joguru, khalifah, atau guru ngaji istilahnya,” ungkap Ketua Masyarakat Sejarawan Indonesia (MSI) Maluku Utara tersebut.

BACA JUGA: Masya Allah, Alquran Era Pangeran Diponegoro Masih Terjaga

Di beberapa wilayah di Malut, termasuk Ternate, Tidore, dan Makian, dabus dilaksanakan dalam rangka memperingati hajatan tertentu. Naik haji, orang meninggal, hingga pengobatan secara keagamaan.

”Walaupun ritual ini tidak diwajibkan dalam Islam, namun sudah menjadi bagian dari tradisi-tradisi lokal Islam lama. Makanya hingga kini tetap lestari,” tambah Sahril.

Pelaksanaan ritual dabus dipimpin seorang ahli yang disebut Syekh. Menurut H Ridwan Dero, salah seorang Syekh, dabus adalah ritual keagamaan yang mulanya berawal sebagai wirid sang Syekh untuk mencapai tingkatan iman dan takwa kepada sang Pencipta.

”Selain itu, juga menjadi perlindungan bagi diri dan keluarga Syekh sendiri,” kata Ridwan yang merupakan Qadhi (Ketua Mahkamah Syariah, red) Kesultanan Ternate.

Masyarakat yang hendak menggelar dabus akan menghubungi seorang Syekh. Sang Syekh sendiri harus memiliki jamaah zikir yang mengiringinya ketika melakukan ritual dabus. Tiga hari sebelum digelarnya dabus, seorang Syekh harus menjaga kalbu, pikiran, dan tindakannya agar selalu bersih dan positif.

Bahkan ia disarankan untuk berpuasa dalam tiga hari tersebut. ”Pada malam hari ketika digelarnya dabus, Syekh menjalankan salat sunah dua rakaat dan berdoa untuk memohon perlindungan. Sehingga pekerjaannya (memimpin ritual, red) benar-benar sesuai dengan ritual keagamaan yang bernafaskan Islam,” sambung Ridwan.

Ritual dabus sendiri menggunakan benda tajam berupa bilah besi runcing yang ditusukkan ke dada. Diperlukan perlindungan yang benar untuk menghindari terjadinya hal-hal yang membahayakan nyawa pelaku dabus. Perlindungan tersebut bukan berupa alat-alat keselamatan, namun berupa doa dari sang Syekh.

”Keyakinan para pelakon membuat mereka tidak merasakan sakit dan sebagainya. Ini sebagai suatu ikhtiar sosial. Keyakinan itu tidak ada kaitannya dengan hal mistik, tapi merupakan elemen penyebaran Islam pada waktu itu,” kata Sahril.

Gelaran dabus diiringi dengan pembacaan ayat-ayat Alquran dan puji-pujian kepada Allah, serta tabuhan rebana. Pelakonnya bisa siapa saja, bahkan perempuan, asalkan seorang muslim dan dalam kondisi bersih lahir batin. Mereka juga wajib berwudhu terlebih dahulu.

Sebelum melakukan dabus, para pelakon diharapkan tidak melakukan hal-hal yang melanggar syareat agama. Seperti halnya para Syekh, pelakon juga diharuskan menjaga kebersihan hati dan perilakunya.

”Jika kita bersih, maka mau ditusuk bilah besi sedalam apapun, tidak akan mati. Di situlah intinya dabus. Bahwa apabila dalam kondisi suci, maka benda asing seperti besi tidak akan bisa ‘memakan’ tubuh kita. Sehingga jika dilakukan dengan ritual yang benar, maka darah yang keluar hanya sedikit, bahkan tidak berdarah sama sekali,” jabar Ridwan yang telah 29 tahun menjadi seorang Syekh.

Sebelum melakukan dabus, pelakon berjalan jongkok untuk menghampiri dan menyalami Syekh. Sang Syekh lalu menyerahkan alat dabus yang disebut alwan dan mengasapi si pelakon dengan asap kemenyan yang telah dibakar sebelumnya.

Alwan merupakan bilah besi sepanjang kurang lebih 30 sentimeter dan bermata runcing. Ujung alwan lainnya ditutupi kayu sekepalan tangan dihiasi rantai besi yang menghasilkan bunyi-bunyi gemerincing. Pelakon kemudian menggoyangkan badannya ke kanan dan kiri beberapa kali lalu mengusapkan alwan tersebut dari pundak kanannya ke atas kepala dan kemudian turun ke pundak kiri.

Ia lantas mengangkat alwan yang ada di kedua tangannya dan menghujamkan ke dadanya beberapa kali sebagai percobaan. Sebelumnya, sang Syekh telah melakukan percobaan tersebut dengan menikam dirinya sendiri. Setelah itu, pelakon mulai berdiri dan menikamkan alwan ke dada, bahkan pahanya, sembari menari-nari sebagai tanda bahwa dabus telah dimulai.

Rata-rata pelakon melakukan dabus selama lima hingga sepuluh menit. Semakin lama, intensitas dabus makin meningkat, di mana pelakon yang awalnya berhati-hati dalam melakukan dabus lama kelamaan makin aktif dan liar gerakannya. Beberapa dari mereka ada yang menanggalkan baju dan bertelanjang dada lantaran berkeringat deras.

Meski bilah besi bermata runcing yang digunakan untuk menusuk tubuh amatlah tajam, anehnya dalam sejarah ritual dabus, tak ada seorang pun yang pernah terluka parah, terkadang hanya berupa luka lecet yang mengeluarkan sedikit darah. Logikanya, ditusuk benda setajam itu pada titik vital tubuh tentu bisa mengakibatkan kematian.

”Semua tergantung keyakinan dan hati kita. Sebab dabus juga merupakan pembuktian untuk menguji kekebalan tubuh manusia. Sehingga tubuh kita meskipun ditikam dengan alwan tapi tidak terasa sakit. Yang ada hanya rasa gatal,” ujar Ridwan.

Kebanyakan orang awam mengira bahwa pelakon dabus berada dalam kondisi kerasukan atau tak sadarkan diri saat menusuk dirinya. Hal ini tegas dibantah Ridwan. Pelakon justru harus dalam kondisi sadar sebab tujuan dari melakukan dabus adalah menyucikan dan mendekatkan diri kepada sang Pencipta.

”Dabus murni ritual keagamaan, sehingga yang melakukannya harus dalam kondisi suci. Dalam kondisi mabuk karena alkohol pun dilarang keras sebab justru akan berakibat fatal. Jadi ada gelombang emosi positif yang melingkupi orang setelah melakukan dabus sebab kelakukan orang sebelum badabus pun harus positif,” ungkapnya.

Menurut Ridwan, dabus juga dapat difungsikan serupa bekam, yakni mengeluarkan darah kotor dari tubuh seseorang. Darah yang keluar ketika melakukan dabus dipercaya merupakan darah kotor yang memang seharusnya dikeluarkan dari tubuh.

Setelah melakoni dabus, Ridwan mengaku ada rasa damai dan hilangnya emosi negatif dalam diri, seperti perasaan iri terhadap orang lain. Dalam hukum Islam, dabus disebut merupakan amalan tarekat.

“Seperti anak tangga, sebelum kita sampai ke tarekat, harus lulus tingkat syariat dulu. Amalan-amalan di tingkat syariat misalnya shalat lima waktu. Oleh karena itu, para Syekh yang telah melakoni tarekat semacam dabus tidak bisa sekali-kali meninggalkan shalat atau amalan lain di tingkat syariat,” tegasnya.

Salah satu fungsi dabus yang mungkin tak banyak diketahui adalah sebagai instrumen perang. Khususnya dalam mengusir penjajah di tanah Malut. Salah satu bentuk kehebatan berperang zaman silam adalah kemampuan melakukan dabus.

”Tradisi ini digunakan sebagai alat perang seperti soya-soya (tari perang, red). Tapi soya-soya tidak menyebut ayat-ayat Alquran di dalamnya, sedangkan dalam badabus ayat-ayat suci terus didengungkan,” tandas Sahril.(JPG/tim/kai/fri/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Jantuk Gula Mau Kabur, Terekam CCTV, Ditemukan di Kandang Babi


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler