Mengenal Faizal Motik, Sosok Pencipta Lagu Pilpres

Raih MURI Berkat Lagu Pemilu dalam Enam Bahasa

Selasa, 23 Juni 2009 – 19:20 WIB
Foto: Agus Srimudin/JPNN

UCAPAN assalamualaikum meluncur dari sesosok pria tegap berbaju putih yang berjalan dari ruang tengah menuju ruang tamuHampir bersamaan aku berdiri, berucap salam, dan menjulurkan tangan kanan

BACA JUGA: Syekh Puji Goes to Campus, Mulai Laris Jadi Pembicara Seminar Bisnis

Kami pun bersalaman, erat sekali
”Yang nelpon tadi yo, dari JPNN kan, hehe.

BACA JUGA: Mengunjungi Sekolah Khusus Para Anak TKI di Perbatasan

yo aku-lah Faizal Motik.”


----------------------------------
AGUS SRIMUDIN - Jakarta
----------------------------------

”Nak nanyo apo lagi Mang Cik, wong kito galo..
Idak ragu lagi Bik Cik, wong kito galo..

BACA JUGA: Ke Desa Entikong, Daerah Perbatasan Indonesia-Malaysia yang Penuh

Wong kito galo.., wong kito galo..Ini pemilu kito..” tiba-tiba dendang berdialek Palembang, Sumatera Selatan, memecah keheningan di ruang depan sebuah rumah megah di kompleks Menteng, Jakarta PusatMeski lagu asli seluruhnya berbahasa Palembang, namun untuk lengkapnya dirampungkan dalam enam bahasa, yaitu berjudul 'Kita Satu Bangsa, Semua Saudara Kita, Ini Pemilu Kita'Kini, sudah disetujui masuk Museum Rekor Indonesia (MURI)Waw..!


“Silahkan duduk.” Kami duduk berhadapan, aku menempati kursi kayu cokelat mengkilap beralas dan dinding jok, persis di pojok meja panjang yang sudutnya membentuk setengah lingkaran berwarna cokelat mengkilapDiatas meja itu terdapat sejumlah buku dan album besar, isinya antara lain foto Faizal dengan Aa' Gym yang bersama isteri mudanya, foto dengan Taufik Kiemas, juga ada yang bersama Andi Malarangeng, foto bersama Sultan Hamengkubowono X saat jadi saksi pernikahannya, foto-foto orang tua dan keluarga, serta setumpuk foto yang menggambarkan seabrek aktivitasnyaPosisi dudukku tak jauh dari pintu masuk rumahFaizal menyodorkan beberapa lembar kertas berisi lagu, lantas tersenyum, giginya yang putih rata tampak jelas. 

“Waw...” hatiku bergumam sejenak, pria ini ramah sekali, sepertinya terkaanku meleset 180 derajat, sebelum bertatap muka, aku sempat mengira akan kaku ngobrol dengan sang pencipta lagu pemilu/pilpres, konon dia dari keluarga yang melegenda, tidak hanya di Sumsel tapi juga di ibukota Jakarta bahkan level nasional, apalagi aku harus bertemu beberapa stafnya terlebih dahulu, sebelum akhirnya masuk gedung dua tingkat itu untuk bertamuRumah Faizal hanya berkelang beberapa rumah dengan kediaman Wakil Presiden Jusuf Kalla, atau sekitar 50 meter dari masjid raya Sunda Kelapa, tempat ibadah yang acapkali digunakan para petinggi bangsa ini. 

”Ado limo rekor yang dicatat Muri, pertamo; satu lagu utuh dalam enam bahasaKedua, satu-satunya klip vedio yang peluncurannya dihadiri oleh lebih dari seribu orangKetiga, dihadiri Presiden SBY dan Wakil Presiden JKKeempat, dihadiri oleh ketiga pasang capres dan cawapres; Mega-Prabowo, SBY-Boediono, dan JK-Wiranto, tak kalah pentingnya proses pembuatan lagu ini boleh dibilang tercepat,” Faizal langsung cerita

Dia bergerak reflek beranjak dari tempat duduk, langsung memasukkan sebuah keping video CD bercorak biru, orange, dan putih ke komputer yang sudah hidup, berada di pojok ruang ituJemari kanannya memainkan mouse warna putih, tak berapa detik, suara musik mengalun disertai munculnya wajah sederet artis kesohor, seperti Titiek Puspa, Memes, Trio komedian Bajaj, Elly Kasim, Koes Hendratmo, Sundari Sukoco, Indi Barends, Hedi Yunus, tentu Faizal Iskandar Motik tak kalah semangat bergoyangLagu enam bahasa yang dianggap bisa mewakili beragam suku di tanah air itu dilahap habis

”Nak nanyo apo lagi Mang Cik, wong kito galo..Idak ragu lagi Bik Cik, wong kito galo..Wong kito galo.., wong kito galo..Ini pemilu kito.(dialek Palembang)Melu pemilu Pak Lik, kabeh s'dulur dhewe..Ojo nganti ono sing keri.Pemilu-ne dhewe, kabeh s'dulur dhewe, kabeh s'dulur dhewe, pemilu-ne dhewe.(dialek Jawa)”

“Bereng ma sasude Tulang, program calon ta on.., pilit mana ni lomoniroham.ido hak ta i.., halak hita sude, halak hita sude, O pemilu ta on.(dialek Batak)Seng salah contreng Nona, satu calon sude, seng sampe contreng samua, nanti jadi salah katong.Katong pu rang samua, katong pu rang samua, ini pamilu katong..(dialek Ambon)”

“Nomor b'rape aje Babe, sudare kite juge, nomor b'rape aje enyak, temen kite pade.(dialek Betawi)Kita satu bangsa, s'mua saudara kita, ini pemilu kita, ini pemilu kita..(bahasa Indonesia).”

Hampir seluruh jemari Faizal mengetok-ngetok meja, dalam posisi duduk dengan badan dan kedua pahanya bergoyang, mulut berdecak mengiring nada lagu yang keluar dari perangkat sound komputer, volumenya dibesarkanSesekali matanya dipejamkan, Faizal tampak lihai dan sangat menikmati alunan lagu ciptaannya yang berjudul “Kita Satu Bangsa, Semua Saudara Kita, Ini Pemilu Kita” perbaruan dari judul sebelumnya “Ini Pemilu Kita, Saudara Kita Semua”, produksi Yayasan Swarna Bhumy, salah satu dari seabrek usaha yang dilakoni jebolan Fakultas Hukum Universitas Indonesia itu

Lagu pemilu dikumandangkan dan diluncurkan pertama kali saat Deklarasi Pemilu Damai dihadapan tiga pasang capres dan cawapres periode 2009-2014 di Hotel Bidakara, Jl Gatot Subroto, Jakarta Selatan, 15 Juni belum lama iniSekaligus sebagai lagu pengiring penandatanganan prasasti kampanye damai oleh tiga pasang capres dan cawapresKalau tidak salah, malam itu sejumlah televisi nasional menyiarkan langsung momen bersejarah itu.   

“Salah satu tujuan aku buat lagu ini untuk memberi imbauan, 'kan sebagian besar warga negara kita umat Islam.”

“Boleh catat apa yang aku ucap.”

“Innamal hayatiddunnia la 'ibun walahun, sesungguhnya kehidupan di dunia ini hanyalah permainan dan sendagurau, jadi jangan bodoh, ini 'kan game and fun, kalau bahasa InggrisnyaGame itu permainan, sendagurau itu fun, jadi janganlah permainan sendagurau ini membisanakan kamuItulah intisari lagu iniTapi jangan pula tidak ikut permainan, karena kita sudah ikutin bersama permainan ini dalam bentuk pemilu, nah kau yang pertamo kali denger ini, waktu jumpa pers di KPU aku gak ngomong soal ini,” ujar ketua Remaja Masjid Sunda Kelapa (Riska) periode 1976-1980 itu sedikit berfalsafah.

Faizal tak butuh waktu lama menggarap lagu pemilu“Kalau buatnyo sekitar duo hari, yang agak lamo, sampai sebulanan saat ngumpulke artis-artisnyoYo, nyocokke waktu ketemu dan buat video klipSalah satu tempat syuting di TMII.”

Bagaimana Titiek Puspa dan musisi-musisi andal tanah air bisa bergabung? ”Setelah aku buat lagu itu, aku hubungi Buk Titiek Puspa, lalu Titiek yang ngundang artis-artis lainAlhamdulillah, beliau suka lagu iniTitiek sendiri bilang, lagunya enak, menyenangkan, dia suka, Titiek juga suka isinya, makna lagu ini.”

”Awalnyo, aku mau lagu yang diluncurkan semua yang bebaso Plembang, tapi peluncuran ini malah dipercepat, Titiek minta agar ado dalam bahasa lain, lalu aku buatkan, tapi ternyato lebih bagus satu lagu utuh yang mengandung enam bahasaIni sudah disetujui MURI, nanti pas pemberian rekor MURI, aku undang kau,” imbuhnya

Buah manis yang dipetik tentu tak semudah mengerlitkan mataPekerjaan paling rumit ialah penyempurnaanItu dilakukannya hingga berkali-kali, bahkan finishing pun masih ada perubahan“Aku panggil aransemen, sudah diaransir, terus mereka (para artis) nyanyiSebenarnyo bikin lagu dak lamo, yang agak lamo itu ngontaki (menghubungi) artis-artis dan nyocokan waktu, total waktu sekitar sebulan atau lebih dikit sampai enam minggu.”

Bagaimana tentang pendanaan? ”Itu gak perlu, gak bisa diceritain, yang jelas ini sangat murah karena artis gak dibayar, hanya ganti ongkos transport, mereka dengan gairah ikut ini, kalau mesti bayar pasti mahal banget, bisa miliaran, Titiek Puspa aja satu kali nyanyi 60 jutaan rupiah, iklannya aja 100 jutaan, hik..hik..hik..,” Faizal terkekeh-kekeh

”Kami bangga dengan kreativitas yang ditunjukkan oleh para musisi kita demi suksesnya pesta demokrasi ini,” ujar ketua KPU Abdul Hafiz Anshary saat sosialisasi lagu pilpres ini dikantornya beberapa waktu lalu

Cerita sedikit soal slogan wong kito, terang Faizal, mulanya digunakan untuk menyebut sesama suku Palembang, meliputi Sumbagsel, yaitu Sumsel, Jambi, Bengkulu, dan Bangka BelitungIstilah sangat dikenal di Palembang malah wong kito galo”Slogan wong kito galo merupakan ekspresi persatuan khas dialek orang Palembang kotaTapi sebenarnya dialek di Sumsel itu ada tiga kelompok besar, Palembang uluan yaitu mirip dengan melayu Malaysia, Palembang Komering yaitu mirip bahasa Lampung, dan Palembang kota merupakan campuran dialek melayu lokal dengan bahasa Jawa.”

Slogan wong kito galo sudah menjadi bagian penting dari keberagaman persatuan bangsa dibawah semboyan Bhineka Tunggal IkaNah, lima dialek dalam satu lagu itu, yaitu Palembang, Batak, Jawa, Ambon, dan Betawi, disempurnakan dengan bahasa Indonesia, yang dianggap sebagai proses “demokrasi” yang berbuah “kompromi”.  “Kami akan sosialisasikan lagu ini ke seluruh provinsi di IndonesiaPenggunaannya tidak hanya saat pilpres, tapi bisa juga saat pemilu dan pemilihan kepala daerahDalam waktu dekat, kami akan jumpa pers di Palembang, jangan dak dateng yo,” ajaknya.
 
Faizal lahir di Jakarta, 11 Oktober 1956Dia merupakan anak ketujuh dari delapan bersaudaraAyahnya, H Basyarudin Rahman (HBR) Motik, putra Pasirah Bungamas, Kecamatan Kikim, Kabupaten Lahat, dan ibunya Zainab Danal, putri Pasirah Pangeran Danal, Kabupaten Muara EnimNama besar sang ayah dan mertua sama-sama diabadikan menjadi nama jalan di beberapa daerah.(***)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Ulrike Von Mengden, 50 Tahun Menjadi Kurator Senior Satwa Kebun


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler