Mengenal Komunitas Waria di Sorong, Berkontribusi Meski Dipandang Sebelah Mata

Senin, 07 Desember 2015 – 07:56 WIB
Ilustrasi Pita Merah mengenang Hari AIDS sedunia. Foto: urban

jpnn.com - KOMUNITAS ini lebih sering dipandang sebelah mata. Padahal, faktanya mereka ada dan menjadi bagian yang tak bisa dipisahkan dari kehiduan masyarakat. Waria, wanita pria, meski dipandang sebelah mata tetap memberik kontribusi buat masyarakat. 

Nur Hayyu Supriatin, Radar Sorong

BACA JUGA: Bocah SD Tewas Terkena Lemparan Golok Abangnya

Lapangan Hocky di Kota Sorong, Minggu (6/12) pagi kemarin dipadati ribuan warga. Beberapa di antaranya kompak menggunakan kaos oblong berwarna putih pada bagian kiri kaos tampak logo pita berwarna merah yang disertai tulisan hari AIDS sedunia Indonesia 01.12.2015 Perilaku Hidup Sehat.

Di atas panggung tampak beberapa orang dengan kaos putih yang tengah berdiskusi dengan akrab. Yang menarik, ada beberapa wanita yang tampak berbeda, berambut sebahu, memakai jins ketat, dengan wedges dan make up yang tebal dari yang lain. Meskipun berbeda dari yang lain namun, mereka tampak kompak bercanda bersama.

BACA JUGA: Wuihh... Warga Kaltim Hobi Makan Ikan, Kalahkan Tingkat Nasional

Mereka adalah waria. Menyandang status waria tak lantas membuat mereka minder dan menutup diri, senyuman semringah jelas tampak dari wajah mereka yang beralaskan make up. Mereka mengakui akan adanya stigma dan diskriminasi dari warga, namun, inilah mereka, diri mereka, dan pilihan mereka. 

Ketua Forum Komunikasi Waria (FKW) Kota Sorong, Aan atau yang kerap kali dipanggil Bunda Aan mengatakan, mereka berkumpul di sini bukan untuk sekadar bertemu muka saja, namun untuk menyatukan visi-misi. 

BACA JUGA: ABG Bersama Pacar 10 Hari, Tiga Kali Begituan di Pemandian

Bunda Aan menjelaskan, bahwa pihaknya kerap kali mengikuti lomba baik tingkat daerah maupun nasional. Beberapa penghargaan dan prestasipun berhasil ditorehkan para waria. Namun, dia menyayangkan akan penilaian publik yang masih memandang waria dengan sebelah mata. 

Pasalnya para waria pun turut memberikan kontribusi besar bagi kota, selain memiliki kemampuan dalam bidang tata rias, mereka pun membawa nama kota setiap kali ikuti perlombaan. 

“Bulan 2 kami ikuti perlombaan wakili Papua Barat, masuk harapan 3 di miss waria nasional. Juga Pernas di Makasar, tapi kurangnya dana dan respons dari pemerintah itu yang jadi kekurangan kami,” katanya.

Tak hanya ahli di bidang kecantikan, waria pun ahli di bidang tarian dan olahraga. Namun, karena kurangnya dana, kegiatan mereka pun terpaksa harus dibatasi. “Mereka mengangap kami komunitas rendah. Padahal kami juga memberikan kontribusi besar di Kota Sorong, kami selalu melakukan jasa kebersihan, ke lembaga, kegiatan sosial ke panti asuhan, dan gunting gratis,” jelas pria berperawakan gemulai ini.

Kelompok waria terbentuk di Kota Sorong di tahun 2008, dengan jumlah anggota yang telah mencapai 100 orang. Namun, menurut Wakil Ketua FKW, Sakura Erizty, 100 orang anggota hanyalah yang tergabung dalam kelompok dan telah diakui ke aktifannya dalam kegiatan, jika ditambah dengan waria di luar kelompok maka jumlah waria di Kota Sorong kurang lebih sebanyak 200 orang. 

“Kami ada dua ratusan, tapi yang bergabung dan sudah diakui sekitar seratusan,” katanya dengan gaya khas yang gemulai. (nurhayyusupriatin/adk/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Gara-Gara Halangi Jalan, Sopir dan Kernet Bus Babak Belur Dikeroyok OKP


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler