Mengenal Pegiat Film Indie Berlatar Sejarah Ternate

Senin, 15 Agustus 2016 – 02:00 WIB
Pemeran Film Indie. FOTO: Malut Post/JPNN.com

jpnn.com - Belum banyak catatan mengenai film indie dari tangan anak-anak Ternate. Iwan Dano Sehe ingin mengubah itu. Dengan fasilitas seadanya, lahirlah Soerat 2, sebuah indie fiksi berlatar sejarah Ternate.

Ika Fuji Rahayu, Ternate

BACA JUGA: Bangun Masjid Bambu di Malaysia, Nama Jajang Langsung Moncer

Seperti tajuknya, Soerat 2 menggunakan korespondensi untuk mengemas kehidupan dua tokoh, Halida (Radita NP) dan Soedja (Arie Hendra). Halida merupakan perempuan Ternate, sedangkan Soedja seorang pemuda keturunan Jawa-Tionghoa.

Hubungan yang tersamar antara keduanya, juga adanya peristiwa Permesta (Perjuangan Rakyat Semesta), menjadi latar belakang yang mempermanis film yang merupakan kelanjutan dari Soerat (produksi 2014) tersebut. Belum lagi kehadiran Achyar (Yudi Yainahu), seorang pelaut yang merasa berutang budi pada Halida.

BACA JUGA: Kisah Penjaja Kue Keliling, Menyesal tak Bisa Dampingi Anak Wisuda

Film ber-setting Ternate di tahun 1957-1958 ini diluncurkan perdana Jumat (5/8) lalu di Barak Selatan Benteng Oranje Ternate. Launching dihadiri para kru dan cast yang seluruhnya merupakan talent lokal Malut.

Iwan Dano Sehe, sutradara Soerat 2, merupakan seorang penggila film. Ayahnya, Ade Dano Sehe, dulunya sering memutar film menggunakan layar tancap. Tak heran, Iwan tumbuh sebagai pecinta film.

BACA JUGA: Sumur Tua Peninggalan Portugis Masih Mengalirkan Sumber Kehidupan

Soerat 2 menjadi karya ketiganya usai Soerat dan Muslihat Teratai. Tak main-main, film berdurasi 25 menit ini membutuhkan waktu sampai dua tahun sejak praproduksi hingga pascaproduksi.

"Penggunaan latar belakang sejarah membuat kita harus melakukan riset juga. Selain itu, penentuan lokasi syuting yang sesuai dengan setting-an 1950-an memang agak susah,” tutur Iwan kepada Malut Post, kemarin (12/8).

Ide membuat Soerat sendiri muncul dari hobi korespondensi alumnus SMK Negeri 1 Ternate ini. Ditambah keinginannya untuk membuat karya yang anti-mainstream, maka lahirlah film indie tersebut.

"Ini tidak disengaja. Hanya karena ingin bikin film yang tidak biasa, jadinya saya sama teman-teman cari sesuatu yang memorial bangetlah,” kata putra pasangan Ade Dano Sehe dan Djainab Abubakar itu.

Tak berlebihan jika dwilogi Soerat disebut lahir dari kegigihan dan kemauan besar. Peralatan dan perlengkapan yang terbatas, funding yang berasal dari hasil patungan Iwan dan rekan-rekannya, juga para cast yang belajar berakting secara otodidak tak membuat tim patah semangat.

"Semua belajar sendiri. Alat yang kita gunakan juga jauh dari standar, tapi tetap semangat karena semua pengen belajar,” sambungnya.

Semua talenta lokal pun dimanfaatkan. Tak hanya cast dan kru, pengisi soundtrack pun merupakan pemusik setempat. Geovana Band membawakan lagu berjudul Soerat, serta Suharju Bayau yang menyanyikan Kepada yang Bukan dalam Pelukan.

"Untuk lokasi syutingnya kami pilih Bandinga di Kelurahan Loto (Kecamatan Pulau Ternate, red), Santiong, dan Villa Marasai di belakang Kampus Unkhair Gambesi,” papar Iwan.

Iwan sendiri tak pernah mengeyam pendidikan perfilman. Kelahiran 24 September ini hanya belajar membuat film di Komunitas Film Indie Malang (Kine Klub Malang). Untuk mengasah kemampuan membuat film, ia juga pernah mengikuti kegiatan perfilman di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM).

"Pernah bikin satu produksi juga sama teman-teman di Malang tahun 2002,” tambahnya.

Usai diluncurkan pekan lalu, Soerat 2 rencananya bakal diunggah ke Youtube. Selain itu, Iwan cs menjadwalkan melakukan pemutaran keliling di kampus-kampus untuk merangsang ketertarikan anak muda membuat film.

"Nanti ada launching lagi tapi dalam skala yang lebih kecil. Intinya sih gimana caranya film ini bisa inspiring teman-teman lain untuk bikin film,” katanya.

Anak kelima dari enam bersaudara ini juga berpesan agar anak-anak Ternate produktif membuat film. Menurutnya, film menjadi cara paling cerdas untuk menyampaikan segala harapan dan aspirasi dalam hal apapun.

"Yang pasti bikin ajalah. Sudah waktunya Ternate berkarya di bidang ini, terutama film indie,” tandasnya.(JPG/kai/fri/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Ian Antono, Tiga Tahun Mengamen di Bus, Kini Pengin Balik ke Malang


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler