Mengenal Penyakit Parkinson dan Cara Mengatasinya

Sabtu, 10 Agustus 2024 – 17:05 WIB
dr spesialis saraf konsultan Theresia Christine Rumah Sakit Siloam Sriwijaya (nomor dua sebelah kiri). Foto: Cuci Hati/JPNN.com.

jpnn.com, PALEMBANG - Parkinson adalah penyakit neurodegeneratif (akibat proses penuaan pada sistem saraf), yang menyebabkan penderitanya mengalami gangguan motorik dan keseimbangan tubuh.

Kondisi tersebut biasanya ditandai dengan tremor, gangguan koordinasi, dan kaku otot.

BACA JUGA: Ternyata Jenis Kopi Ini Bisa Melindungi Otak dari Penyakit Alzheimer dan Parkinson

Berdasarkan Data World Health Organization (WHO) menunjukkan insidensi penyakit Parkinson di Asia, yaitu 2-8 kasus per tahun di Cina dan Taiwan.

Lalu di Singapura dan Jepang terdapat 6-8 kasus per tahun pada rentang usia 60-70 tahun.

BACA JUGA: Penyakit Parkinson Bisa Dimulai di Usus Buntu

dr spesialis saraf konsultan Theresia Christine Rumah Sakit Siloam Sriwijaya menerangkan umumnya orang yang berumur 60 tahun ke atas berisiko terkena penyakit Parkinson.

"Selain usia, laki-laki lebih rentan terkena Parkinson dibanding wanita, terakhir efek samping dari mengonsumsi obat
yang mengandung antisikotis," terang dr Theresia, Sabtu (10/8).

BACA JUGA: Vitamin Penyetop Kematian Sel Otak pada Penyakit Parkinson

"Faktor risiko cedera kepala yang berat juga berisiko terkena penyakit Parkinson," sambung dr Theresia.

Dia mengungkap bahwa penyebab pasti penyakit tersebut masih belum diketahui.

"Namun, ada yang disebabkan oleh faktor genetik, paparan pestisida, dan lain-lain," ungkap dr Theresia.

Gejala Parkinson berbeda-beda pada setiap penderitanya. Namun, gejala umum yang kerap dialami oleh penderita, antara lain gemetar (tremor), gerakan lambat (bradykinesia), otot kaku, postur tubuh membungkuk, dan depresi.

Gejala lainnya gangguan menelan, gangguan mengunyah, gangguan berkemih, dan gangguan bicara.

"Penyakit Parkinson ini bersifat progresif, artinya kondisi tersebut dapat berkembang secara perlahan dan memburuk seiring dengan berjalannya waktu," kata Theresia.

Dia memberikan beberapa tips untuk penanganan Parkinson, meliputi terapi dopaminergik, terapi bicara, serta antidepresan.

"Rutin latihan olahraga untuk menjaga tonus, kekuatan, dan fleksibilitas otot. Nah, cara yang paling cepat mengatasi Parkinson ialah pemasangan chip pada otak, tetapi pemasangan chip ini penderitanya harus lebih dari empat tahun," jelas Theresia.

"Jangan baru terkena gejala Parkinson lantas mau langsung pasang chip itu tidak bisa."

Soal kisaran harga pemasangan chip di otak antara Rp 500 hingga 600 juta.

"Pemasangan chip ini tidak menyembuhkan secara total, tetapi hanya mampu mengatasi penderitanya," tutup Theresia.

Associate Director Commercial Siloam Hospitals Group Angelia Agustine menambahkan Siloam Hospitals Group menyelenggarakan simposium medis pada tanggal 10 Agustus 2024 dengan topik bertajuk “Exploring Insights in Nephrology and Neurology” dengan menghadirkan sekitar 70 dokter spesialis, dokter umum, dan tenaga medis dari area Palembang dan sekitarnya.

"Adapun tujuan dari simposium ini ialah untuk memperkenalkan, mendiskusikan, dan berbagi informasi terkini tentang perkembangan tatalaksana penyakit Parkinson," ungkap Angelia.

"Seperti yang dibilang dr Theresia tadi penyakit Parkinson hingga saat ini penyebab pastinya masih belum diketahui, tetapi dapat ditanggulangi secara maksimal dengan prosedur Deep Brain Stimulation (DBS)," kata Angelia. (mcr35/jpnn) 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Hepatitis C Berpotensi Akibatkan Parkinson


Redaktur : M. Rasyid Ridha
Reporter : Cuci Hati

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler