Di awal tahun 2022, Olena Fedosieieva, seorang guru berusia 48 tahun, masih menikmati kehidupannya di Dnipro, Ukraina.

Namun setelah mendengar jika Ukraina akan diserang Rusia, ia mulai merasa tidak nyaman.

BACA JUGA: Dunia Hari Ini: Pangeran Harry dan Meghan Markle Dibuntuti Paparazzi

Selama lebih dari sebulan Olena tidak mengizinkan putrinya yang remaja untuk pergi ke mana-mana.

Olena mulai mempersiapkan dokumen-dokumen dan barang-barang penting lainnya ke dalam koper.

BACA JUGA: Dunia Hari Ini: Presiden Amerika Serikat Batal ke Australia karena Urusan Utang

Saat ia terbangun di pagi hari tanggal 24 Februari 2022 karena suara bom, ia segera tahu inilah waktunya untuk mengungsi.

"Kami sadar perang sudah dimulai," katanya.

BACA JUGA: Sebuah Galeri Seni di Sydney Mengembalikan Artefak Berusia Ratusan Tahun ke Nepal

Olena bersama putrinya dan saudara perempuannya berkendara selama lebih dari 24 jam tanpa henti untuk melarikan diri dari Ukraina, yang sudah digempur Rusia.

Selama lima hari mereka terdampar di perbatasan Rumania dan hanya bisa bertahan tinggal di dalam mobil mereka.

Saat itu sedang musim dingin, suhu udara di malam hari bisa turun ke minus lima derajat Celsius.

"Kami tidak bisa menunjukkan perasaan, hanya bisa mencoba bertahan hidup," katanya.

Saat ini mereka tiba di Jerman, Olena membuat keputusan,seperti yang banyak dilakukan warga lainnya.Mengubah bahasa sehari-hari

Setahun setelah meninggalkan rumahnya, Olena tidak lagi menggunakan bahasa Rusia.

Padahal bahasa ini digunakan keluarganya turun temurun.

Ia mengganti dengan bahasa sesuai hatinya: bahasa Ukraina.

Bagi Olena ini adalah keputusan yang mudah.

"Ketika kita berbicara dalam bahasa Rusia, kita merasakan ada rasa sakit," katanya.

"Karena Rusia erat kaitannya dengan perang, dengan kematian teman-teman kami, kematian anak-anak dan kehancuran negara, budaya dan orang-orang."

"Kita tidak bisa lagi menggunakan bahasa Rusia."Tekanan besar terhadap identitas Ukraina

Sensus di tahun 2001 menunjukkan sekitar 30 persen warga Ukraina berbicara menggunakan bahasa Rusia sebagai bahasa utama mereka.

Menurut Olex Maxwell, dosen senior di University of Melbourne, sejarah menunjukkan bahasa Rusia memang dominan digunakan di berbagai kawasan di Ukraina.

Ini karena warga Ukraina "sudah selama berabad-abad menjadi korban persekusi oleh Rusia", ujarnya kepada ABC.

Ukraina merdeka dari Uni Soviet di tahun 1991. Sementara di abad ke-17 dan 18, sebagian besar wilayah yang sekarang menjadi Ukraina, masuk dalam wilayah Kekaisaran Rusia.

"Di awal tahun 1930-an, semasa Stalin berkuasa, terjadi penindasan besar terhadap identitas etnis Ukraina," kata Dr Maxwell.

Saat ini dua bahasa utama yang digunakan di Ukraina adalah bahasa Rusia dan bahasa Ukraina.

Namun Ukraina adalah sebuah negara yang memiliki banyak bahasa, sehingga "bahasa yang kita gunakan tidaklah mencerminkan identitas kita", kata Dr Maxwell.

"Jadi ada yang misalnya berbahasa Crimea, atau menggunakan bahasa Rusia namun menyebut diri mereka sebagai orang Ukraina."

Setelah kemerdekaan di tahun 1991, terjadi perubahan perlahan bagi warga Ukraina untuk mulai berganti dari bahasa Rusia ke bahasa Ukraina.

Menurut Dr Maxwell, bagi beberapa orang seperti Olena, berbicara dalam bahasa Rusia menimbulkan rasa "penderitaan".

Setelah invasi Rusia di tahun 2022, semakin banyak orang yang berpindah bahasa.

"Tentu saja masih ada yang menggunakan bahasa Rusia," kata Dr Maxwell.

"Namun karena ada begitu banyak trauma, khususnya dengan invasi besar-besaran Rusia, bahasa Ukraina sekarang memainkan peran lebih penting."

"Bahasa ini menjadi sebuah simbol persatuan [dan] solidaritas."

Seorang warga Ukraina yang juga tidak menggunakan bahasa Rusia lagi adalah Sasha Dovzhyk.

"Rusia adalah bahasa ibu saya," ujarnya.

Dan bagi Sasha kebebasan artinya tidak lagi menggunakannya.

Menurut Dr Maxwell ini menjadi bentuk perlawanan terhadap bahasa penjajah.

Olena mengatakan meski ia dibesarkan dengan bahasa Rusia, tapi hidupnya banyak dipengaruhi budaya Ukraina.

"Kami masih bangga menjadi warga Ukraina, kami hanya kurang dalam menggunakan bahasa Ukraina," katanya.

Meski Ukraina, tanah kelahirannya, tidak lagi aman untuk ditempati, tapi bahasa Ukraina akan terus ada dalam hidupnya.

"Mereka tidak bisa menghancurkannya, karena ini adalah bagian dari budaya kami yang sudah kami pelajari turun temurun," kata Olena.

"Kami ingin melindungi dan menyelamatkan budaya kami. Itulah sebabnya kami menggunakan bahasa Ukraina."

"Memang hanya sebuah bahasa namun ini juga soal diri kita sendiri, yang berasal dari dalam hati."

Artikel ini diproduksi oleh Sastra Wijaya dari ABC News

BACA ARTIKEL LAINNYA... Exxon Mobil Selesaikan Perkara Kekerasan yang Digugat Warga Aceh Lebih dari 20 Tahun Lalu

Berita Terkait