jpnn.com, JAKARTA - Indonesia sebagai negara tropis memiliki tingkat prevalensi jerawat yang cukup tinggi, termasuk dalam tiga besar masalah kulit yang dihadapi oleh masyarakat Indonesia, selain hipergimentasi dan juga aging.
Masalah jerawat juga dipengaruhi dengan trend pola makan karena tingginya konsumsi junkfood.
BACA JUGA: Dokter Susan Ungkap Tren Terkini Perawatan Gigi Para Artis
Jerawat menjadi parah ketika tidak tertangani dengan baik dan menimbulkan bekas bekas jerawat atau bopeng/acne scar.
"Hal ini ternyata mempengaruhi kualitas hidup penderitanya, salah satu ialah menurunnya kepercayaan diri," kata Marketing Manager Sofwave dr Hellen.
BACA JUGA: Penjelasan Dokter Soal Pria yang Kulitnya Bersisik Setelah Minum Kolagen, Ternyata Ini Sebabnya
Prevalensi penderita acne vulgaris di Indonesia berkisar 80 85% pada remaja dengan puncak insidens usia 15 18 tahun, 12% pada wanita usia > 25 tahun dan 3% pada usia 35 44 tahun.
Bopeng jerawat atau dalam istilah medis disebut dengan skar akne atrofi (atrophic acne scar) adalah kelainan kulit yang terjasi ketika jerawat menyebabkan luka di kulit.
BACA JUGA: Ini Rahasia Merawat Kulit Agar Sehat dan Bebas Jerawat
Sayangnya, sel kulit tidak mampu memproduksi kolagen yang cukup untuk mengisi area yang rusak. Akibatnya, terjadilah indentasi (cekungan) di kulit.
Selama ini diketahui ada berbagai treatment dalam mengatasi bopeng jerawat, seperti mikrodermabrasi, chemical peeling, skin needling (roller), laser, filler kulit, punch excision, dan dermabrasi.
"Hampir semua treatment di atas bekerja dengan cara mengikis kulit luar secara bertahap hingga cekungan bopeng berkurang. Sementara filler bertujuan mengisi cekungan bopeng yang sifatnya hanya sementara," jelas dr Hellen.
Direktur PT Regenesis Indonesia Ron Pirolo menyatakan bahwa pada event tahunan Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia 2023 dengan jumlah registran dokter 2.500 peserta, PT Regenesis Indonesia mendatangkan pembicara terkenal Dr Wichai Hongcharu dari Thailand untuk membahas pengalaman dan penelitiannya terkait kasus Acne Scar.
Dr Wichai Hongcharu yang juga merupakan Kepala Unit Dermatology di Rumah Sakit Saint Louis Thailand mengatakan teknologi kedokteran makin maju memungkinkan munculnya alat medis yang bisa menghilangkan bopeng menggunakan energi ultrasound (SUPERB Teknologi).
"Alat ini mengubah gelombang ultrasound menjadi panas yang dihantarkan ke lapisan dermis, tanpa melukai kulit bagian luar," katanya.
Dia mengatakan panas yang dihantarkan kemudian memicu terbentuknya kolagen baru yang lebih sehat dan tebal, sehingga bopeng diperbaiki dari bagian dalam.
Alat ini juga sekaligus berfungsi untuk mengencangkan kulit dan mengangkat kulit yang sudah kendor.
"Bisa dibilang tiga fungsi sekaligus dalam satu kali perawatan. Perbaikan bopeng ini bersifat menetap dan sama sekali tidak ada down time /tidak memerlukan waktu pemulihan. Treatment mungkin perlu diulang beberapa kali, tergantung kondisi keparahan bopeng bekas jerawat tersebut," kata Dr Wichai Hongcharu. (rhs/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Detik-Detik Prajurit TNI Tangkap 8 Geng Motor XTC Bersenjata Tajam, Sukurin
Redaktur & Reporter : Rah Mahatma Sakti