Mengkhawatirkan, Harga CPO Terus Menurun

Selasa, 13 Agustus 2019 – 01:52 WIB
Ilustrasi kelapa sawit. Foto: Kaltim Post/JPNN

jpnn.com, BALIKPAPAN - Harga minyak kelapa sawit mentah atau crude palm oil (CPO) yang terus menurun berimbas pada harga tandan buah segar (TBS).

Harga TBS juga menurun. Pada Juli lalu, harga TBS mencapai Rp 1.173 per kilogram.

BACA JUGA: RI - Malaysia Bersatu Lawan Diskriminasi Produk Kelapa Sawit

Angka itu menurun dibandingkan harga TBS bulan sebelumnya yang mencapai Rp 1.197 per kilogram.

BACA JUGA: Indonesia Masih Seksi di Mata Investor Asing

BACA JUGA: Diadang Uni Eropa, Indonesia Bidik India Jadi Pasar Baru Ekspor CPO

Kepala Dinas Perkebunan Kaltim Ujang Rachmad mengatakan, fluktuasi harga komoditas merupakan hal wajar.

Seluruh hasil pertanian pasti mengalami hal serupa. Saat ini harga-harga yang sudah ditetapkan per bulan merupakan standar bagi para petani yang sudah bermitra dengan perusahaan pemilik pabrik kelapa sawit di Kaltim, khususnya kebun plasma.

BACA JUGA: Tutupi Badan Pakai Kain, Nur Salsiah: Lumayan Buat Makan, Mas

“Harga TBS tersebut, ditetapkan berdasarkan harga CPO dunia sehingga pelemahan harga CPO pasti dirasakan oleh petani Kaltim,” katanya, Jumat (9/8).

Menurutnya, harga CPO ditentukan oleh harga pasar dari supplay dan demand. Dengan demikian, penurunan dan peningkatan TBS berdasarkan permintaan CPO. Dengan begitu pelemahan harga jual CPO dampaknya akan langsung terasa oleh TBS di daerah.

“Setiap bulan perhitungan TBS kelapa sawit membutuhkan komponen harga CPO dunia,” tutupnya.

Secara tahunan, harga internasional dan domestik CPO masing-masing terkoreksi minus 16,92 persen year on year (yoy) dan minus 18,31 persen (yoy).

Adapun berlanjutnya penurunan harga acuan tersebut disebabkan masih dibatasinya penggunaan CPO di Uni Eropa (UE).

Hal itu menyebabkan pangsa pasar CPO global menjadi terbatas di tengah masih terjaganya pasokan.

Ketua Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Kaltim Muhammad Sjah Djafar mengatakan, kelapa sawit merupakan salah satu komoditas unggulan Kaltim setelah batu bara.

Penurunan ataupun peningkatan harga komoditas ini pasti berpengaruh besar terhadap ekonomi Kaltim.

“Saat ini harga memang masih terus mengalami perlambatan,” katanya, Minggu (11/8).

Sementara itu, pertumbuhan nilai ekspor CPO mengalami perlambatan dari 158,85 persen (yoy) pada awal tahun menjadi 53,77 persen (yoy) saat ini.

Padahal, pada triwulan pertama tahun ini ekspor crude palm oil (CPO) Kaltim sudah tumbuh 57,42 persen (yoy) dibadingkan dengan triwulan IV 2018.

“Kelapa sawit Indonesia saat ini terus memiliki tantangan yang berasal dari eksternal,” ujarnya. (ctr/tom/k18)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Produksi Batu Bara Diprediksi Menurun


Redaktur & Reporter : Ragil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler