Mengunjungi Kampung Ahmadiyah di Cisalada, Bogor

Punya Stasiun Televisi, Kampus, hingga KTP Internasional

Selasa, 06 September 2011 – 08:08 WIB
TEKUN: Para calon mubaligh Ahmadiyah saat belajar di ruang bahasa dan komputer di kampus Jamiah Ahmadiyah Indonesia di Parung, Bogor, Jawa Barat. Foto: Agung Putu Iskandar/Jawa Pos

Jumlah jamaah Ahmadiyah di Indonesia diklaim mencapai 500 ribu orangMereka tersebar di 330 cabang di seluruh wilayah Nusantara

BACA JUGA: Teliti Kotoran, Tubuh Manusia Jadi Makanan Selingan

Para penganut Ahmadiyah terkonsentrasi di Jawa Barat
Salah satunya di Desa Cisalada di Bogor.
------------------------
AGUNG P

BACA JUGA: Kisah Lebaran Ariel di Rutan Kebon Waru Bandung

ISKANDAR, Jakarta
-----------------------
Cisalada sejatinya adalah kampung historis bagi masyarakat Ahmadiyah di Indonesia
Kampung tersebut merupakan salah satu kampung yang menjadi daerah pertama masuknya dakwah Ahmadiyah ke Indonesia.

Para pendakwah Ahmadiyah masuk dari Padang, Jakarta, kemudian ke Bogor

BACA JUGA: Beli Patungan Rp 1,25 M, Cicil 30 Tahun

Salah satu monumen masuknya Ahmadiyah ke kampung tersebut adalah Masjid At Taufik yang didirikan pada 1935.

Masjid itu cukup sederhanaLuasnya tak lebih dari 150 meter persegi dan terletak tepat di tikungan jalan desaMasjid tersebut memiliki parabola untuk menangkap siaran khusus jamaah Ahmadiyah melalui Muslim Television Ahmadiyah (MTA)"Kadang-kadang, kami nonton bareng di masjid untuk menyimak pidato tahunan khalifah," kata Ahmad Hidayat, mubalig yang bertugas di Cisalada.

Ahmad Zaini, salah seorang warga, menuturkan, masuknya masyarakat Cisalada ke Ahmadiyah bukan tanpa alasanJauh sebelum para pendakwah Ahmadiyah datang, salah seorang sesepuh kampung meramalkan akan datangnya pemuka agama di tengah-tengah kampung"Ikutilah apa yang dia katakan meskipun dia pandai memainkan ular," ungkapnya.

Makna pandai memainkan ular itu, kata Zaini, merujuk pada asal para pendakwahMereka yang membawa Ahmadiyah tersebut berasal dari IndiaDi sana, permainan ular dengan seruling memang cukup populerKarena itu, begitu mubalig Ahmadiyah tersebut datang, mereka langsung berbaiat dan mengimani Mirza Ghulam Ahmad sebagai Imam Mahdi yang diramalkan datang.

Suasana kampung tersebut cukup tenangJalan desa hanya berupa jalan kerikil selebar dua meterSelain pegawai negeri dan guru, kebanyakan penduduk bekerja sebagai petani serta buruh taniDi sejumlah jalan menuju desa tersebut, terdapat beberapa rumah dengan kaca jendela pecah dan tembok-tembok rumah yang hancurUmpatan dan makian tertulis di dinding-dinding rumah

"Itu rumah jamaahMereka dilempari batu dan terusir dari kampungnya," kata Firdaus, salah seorang jamaah yang tinggal di Cisalada.

Desa Cisalada dihuni 350 jiwaSeluruh warga kampung adalah penganut AhmadiyahSekitar 25 orang merupakan para pengungsi yang tinggal di desa tersebut untuk berlindung karena terusir dari kampung sendiriKendati sudah menjadi kampung Ahmadiyah, tidak berarti desa tersebut aman dari para perusak.

Beberapa insiden sempat terjadiSekelompok warga menyerbu kampung tersebut dengan menyerang gedung TK-SD, rumah dinas mubalig, serta Masjid At Taufik"Saat itu terjadi, kami semua berlindung di belakang rumah atau ke sawah," jelas Zaini.

Firdaus menuturkan, massa tak hanya merusak tempat-tempat strategis untuk beribadahMereka juga menjarah rumah wargaBahkan, salah seorang anak jamaah Ahmadiyah pernah mendapati tasnya yang hilang setelah penyerbuan dipakai anak tetangga kampung"Mau diminta kembali juga bagaimana," ujar lelaki yang akrab dipanggil Daus itu lantas terkekeh.

Intimidasi terhadap Ahmadiyah tak hanya diterima orang-orang dewasaAnak-anak jamaah juga sering diintimidasi guru-guru serta teman sebaya di sekolahMereka dicemooh dan bahkan dilempari batuSalah seorang anak perempuan sempat diteriaki hendak diperkosa.

Beberapa pengurus desa memang sempat menawarkan keamanan bagi merekaTapi, syaratnya, mereka harus meneken surat pernyataan keluar dari Ahmadiyah dan menyatakan diri masuk IslamPadahal, itu tidak mungkin bagi merekaAkhirnya, beberapa jamaah terpaksa bertanda tangan meski tetap meyakini kepercayaannya.

"Karena itu, kami selalu mewanti-wanti kalau ada jamaah hendak keluar desaKalau orang biasa umumnya bilang, hati-hati di jalanKami bilang, hati-hati tanda tangan," kata Hidayat lantas tersenyum

Sementara itu, jamaah Ahmadiyah juga bukan sekadar perkumpulan penganut agamaMereka juga merupakan organisasi yang rapiBahkan, mereka memiliki struktur hingga ke daerah-daerahStruktur itu terbagi dalam dua divisi besarYakni, bidang rohani dan organisasi.

Bidang rohani diisi para mubalig dan bidang-bidang pendidikanSementara itu, bidang organisasi adalah struktur mulai tingkat pusat, provinsi, kabupaten, kecamatan, hingga tingkat kampung-kampungBahkan, kendati hanya beranggota tiga jamaah, mereka bisa mengangkat kepala cabang

"Seperti kata Rasulullah, bila ada tiga orang di antara kamu, maka harus mengangkat salah satunya sebagai pemimpin," ungkap principal atau Direktur Jamiah Ahmadiyah Indonesia Munirul Islam.

Kepala cabang di setiap kampung dipilih oleh majelis pembayar candahMereka dipilih setiap tiga tahun sekali dan boleh dipilih kembali untuk periode selanjutnyaCandah merupakan kontribusi yang dibayarkan jamaahBesarnya adalah 1/16 dari penghasilan merekaCandah dikumpulkan dan digunakan untuk kepentingan umat.

Munirul menuturkan, struktur yang rapi itu bertujuan untuk memudahkan pergerakan AhmadiyahMereka yang mengurusi agama dan struktur harus dibedakanPemuka agama dan pemimpin jamaah adalah dua tugas yang berbeda

"Rasulullah pernah mengatakan, salah satu tanda-tanda kehancuran adalah ketika ulama (pemuka agama) berusaha jadi umara (pemerintah)Karena itu, di Ahmadiyah, itu dibedakan," tegas Munirul yang menjadi principal Jamaah Ahmadiyah Indonesia sejak 2009 tersebut.

Dia menyatakan, jamaah Ahmadiyah bukan sekadar jamaahMereka juga memiliki nizam atau struktur organisasi yang rapiTatanan tersebut tidak hanya untuk Indonesia, tapi juga seluruh duniaDi dunia, mereka dipimpin khalifahYakni, Khalifah Masroor AhmadMasroor merupakan khalifah kelima yang berkedudukan di markas Ahmadiyah sedunia di Fazl Mosque, London, Inggris.

Untuk meng-up date ajarannya, jamaah Ahmadiyah di seluruh dunia disatukan oleh siaran televisi MTA alias Muslim Television Ahmadiyah yang disiarkan dari InggrisSiaran itu disampaikan dalam tiga bahasaYakni, Urdu, Inggris, dan ArabMuatan lokal siaran juga muncul dalam bahasa Indonesia yang disiarkan pukul 05.00 setiap hari.

Siaran televisi tersebut sangat penting bagi jamaah AhmadiyahMelalui siaran itulah ajaran-ajaran atau update tafsir Alquran disampaikanBahkan, televisi tersebut selalu menyiarkan secara langsung setiap Jalsah Salanah alias pidato tahunan khalifah Ahmadiyah dari Inggris"Rasulullah dulu berkata bahwa siarkanlah agama melalui berbagai penjuru hingga melalui udaraIni merupakan bentuk berdakwah lewat udara," kata Munirul.

Yang terbaru, jamaah tersebut kini sedang mengembangkan kartu elektronik bernama AimsKartu itu seperti KTP elektronikSetiap dipindai, data-data pemegang KTP langsung munculKTP tersebut berlaku secara internasional dan bisa dibawa ke mana saja"Misalnya, saya ke Jerman atau ke Inggris, saya tunjukkan saja kartu itu, langsung muncul data-data saya," jelasnya.

Semua "infrastruktur" Ahmadiyah itu diciptakan agar mereka bisa secara detail mengetahui kondisi jamaahMulai potensi ekonomi, jumlah, dan persebaran jamaahDengan semua sistem itu, kesadaran berjamaah mereka semakin erat"Kami juga bisa langsung mengetahui jumlah jamaah Ahmadiyah," katanya.

Jamaah Ahmadiyah Indonesia juga memiliki pusat pendidikanNamanya Jamiah Ahmadiyah IndonesiaKampusnya terletak di Parung, Bogor, Jawa BaratMereka menyiapkan calon-calon pendakwah Ahmadiyah untuk dididik dan disalurkan ke berbagai daerah yang membutuhkanKampus tersebut pernah diserbu masyarakat pada 15 Juli 2005

Jawa Pos berkunjung ke kampus tersebut pada Minggu lalu (28/8)Kondisi kompleks itu sudah lebih baik daripada saat baru diserangBeberapa bangunan tampak megah berdiri di atas lahan seluas sekitar 5 hektareBangunan utama adalah Masjid An Nashr yang berdiri di tengah-tengah lahanMasjid dua lantai itu juga merangkap perkantoranLantai satu digunakan untuk administrasi, lantai dua untuk tempat beribadah jamaah.

Di sisi timur kompleks, terletak laboratorium komputer dan bahasa, asrama mahasiswa, serta perpustakaanDi pinggir sisi utara, dibangun deretan rumah dinas para mubalig"Sebenarnya, di sini hendak kami bangun SMA, SMP, dan puskesmasTapi, mengingat kondisinya begini, kami belum berani," tuturnya.

Munirul menuturkan, para mubalig menjalani pendidikan selama lima tahun setara S-1Kurikulumnya, antara lain, perbandingan agama, fikih kontemporer, fikih Ahmadiyah, dan bahasaKhusus untuk bahasa, mereka mewajibkan tiga bahasa sebagai mata kuliah yang wajib dikuasaiYakni, bahasa Urdu, Inggris, dan bahasa Arab
 
Dapat Rumah Dinas

Mubalig jamaah Ahmadiyah sangat berperan dalam penyebaran Ahmadiyah di IndonesiaKarena itu, Jamaah Ahmadiyah Indonesia mendidik dengan serius para penyebar keyakinan mereka tersebut.

Mubalig Ahmadiyah direkrut dari anak-anak jamaah AhmadiyahMereka diambil dari kantong-kantong kampung Ahmadiyah yang tersebar di berbagai provinsi di Indonesia"Prinsipnya kan dari Ahmadiyah untuk Ahmadiyah," tegas Direktur Jamiah Ahmadiyah Indonesia Munirul Islam.

Dia menjelaskan, para mubalig Ahmadiyah tak hanya disiapkan untuk berdakwah di Indonesia, tapi juga di negara-negara di Asia TenggaraKarena itu, mereka minimal bisa berbahasa Inggris, Urdu, dan ArabSetiap ditugaskan ke luar negeri, bisa dipastikan mereka mampu berbahasa daerah setempat.

"Sebab, mereka pasti akan bertemu mubalig yang sudah sembilan tahun menetap di sanaMereka akan belajar berbahasa kepada mubalig senior untuk kemudian berdakwah ke wilayah lain," ungkap Munirul.

Salah seorang mubalig yang pernah bertugas ke luar negeri adalah Ahmad HidayatLelaki 47 tahun itu sudah berkeliling untuk berdakwah mulai Thailand, Kamboja, Sulawesi, dan beberapa daerah di JawaDia menguasai bahasa Inggris, Khmer, dan Urdu"Sekarang, saya di sini sudah dua tahun," jelas Hidayat saat ditemui di kediamannya di kampung Ahmadiyah di Desa Cisalada pekan lalu.

Dia lantas mengambil buku besar berwarna pinkBuku tersebut terlihat aus dengan cover plastik yang sedikit robek dan kertas yang menguning"Ini kamus bahasa Khmer dalam bahasa InggrisIni pegangan saya waktu berdakwah di Kamboja," ungkap bapak tiga anak tersebut.

Hidayat menuturkan, sebagai mubalig, dirinya harus siap ditugaskan ke mana punAda satu bidang dalam struktur Ahmadiyah yang bertugas memutasi para mubaligSetiap diperintah untuk bertugas ke daerah-daerah, mereka tidak boleh menolakSebab, penugasan tersebut sudah pasti dipertimbangkan"Kami harus sami?na wa ato?na (kami dengar, kami taat, Red)," tegasnya.

Mubalig Ahmadiyah bertugas menyampaikan ajaran AhmadiyahYakni, tentang kehadiran Mirza Ghulam Ahmad sebagai nabi yang tanpa membawa syariat baruMereka biasanya mengajak masyarakat berdiskusiKalau tidak tertarik, mereka tidak akan memaksa"Kami membawa Islam dengan kedamaian," katanya.

Di Cisalada, Hidayat tinggal bersama istrinyaDia menempati rumah seluas 120 meter persegi dengan dua kamar tidur, satu ruang tamu, satu dapur, dan satu ruang tengahRumah bercat kuning kalem tersebut merupakan rumah dinasSeluruh mubalig yang ditugaskan di daerah-daerah pasti mendapat fasilitas tersebut.

Rumah Hidayat didirikan di atas lahan seluas sekitar 400 meter persegiSelain rumah Hidayat, di atas lahan itu dibangun gedung mungil untuk playgroup, taman kanak-kanak (TK), serta tempat pendidikan untuk anak SD kelas 1?3 setara madrasah ibtidaiyahDi antara rumah dan gedung TK-SD itu terdapat lapangan badminton"Buat olahraga sama teman-teman sekampung," ujarnya.

Selain rumah dinas, mubalig mendapat gajiSayangnya, Hidayat enggan membeberkan jumlah gajinyaTapi, kisarannya Rp 2 juta"Sekitar segitu lahPokoknya cukup untuk kebutuhan sehari-hari," ungkap lelaki asli Cisalada tersebut.

Hidayat menjadi jamaah Ahmadiyah karena faktor keturunanAyah dan ibunya merupakan penganut aliran dari Qadiyan, India, itu saat pertama muncul di daerah BogorDia kemudian memutuskan untuk menjadi mubalig saat berusia 23 tahun

"Yang kami lakukan hanya menyeru kepada umat untuk percaya terhadap kehadiran Imam Mahdi yang sudah datangYakni, Mirza Ghulam AhmadDisebutkan bahwa kita harus berbaiat meski harus mendaki gunung bersalju," ujarnya(*/c5/iro)

BACA ARTIKEL LAINNYA... John Stanmeyer, Fotografer Profesional AS 10 Tahun Berburu Gambar Soekarno


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler