Mengunjungi Makkah dengan Wajah Baru (1)

Ada Menara Jam, Arah Kiblat Berubah

Minggu, 31 Oktober 2010 – 09:09 WIB
Suasana pembangunan di Makkah. Foto : Anas Sadaruwan

Pada musim haji tahun ini, megaproyek perluasan Masjidilharam dan modernisasi transportasi Arafah–Mina memasuki tahap penyelesaianSebagian bahkan sudah bisa dinikmati jamaah

BACA JUGA: Bebas Panas Abu Vulkanik berkat Tujuh Bantal

Apa saja layanan terbaru dari megaproyek tersebut? Berikut laporan Anas Sadaruwan dari Makkah


==========================

SAYA tiba di Makkah sekitar akhir September 2010

BACA JUGA: Mereka Melahirkan saat Mengungsi Karena Letusan Merapi

Saat itu calon jamaah haji (CJH) Indonesia belum datang
Mereka baru masuk Makkah pada 22 Oktober, setelah menunaikan salat Arbain selama delapan hari di Madinah

BACA JUGA: Pilih Tahlilan Ketimbang Selamatkan Nyawa



Suasana Masjidilharam pun tak begitu padatTerutama waktu duhur, orang tawaf bisa dihitung dengan jariArtinya, setiap putaran, kalau mau, orang itu bisa mengecup Hajar AswadPadahal, pada waktu ramai, orang harus berebut dan saling sikut untuk bisa mengecup batu hitam itu.

Setelah Ramadan, pemerintah Arab Saudi memang sudah tidak mengeluarkan visa umrah lagiSebab, Syawal sudah masuk musim haji (miqat zamani)Dengan demikian, yang bisa masuk ke Makkah adalah pemegang visa haji atau visa ziarah.

Saya bisa masuk karena mengurus dokumen haji khususSemua wakil perusahaan travel penyelenggara haji khusus memang diberi kesempatan masuk Arab Saudi dengan visa ziarah untuk mengurus barcode haji khususBarcode adalah stiker yang harus ditempelkan di paspor jamaah haji khusus sebagai persyaratanSebab, barcode itu baru bisa diperoleh kalau penyelengara haji khusus tersebut sudah bisa menunjukkan kontrak hotel di Makkah, Madinah, dan rumah transit.

Sambil menunggu selesainya barcode, saya mencari hal-hal yang berubah di MasjidilharamSaya memang akhirnya menemukan sesuatu yang baruTapi, bukan pemindahan makam Ibrahim yang cukup diberi tanda di lantai atau ditanam dengan ditutup kaca tebal agar orang yang tawaf lebih leluasaSebab, kenyataannya, makam Ibrahim masih ada seperti semulaSesuatu yang baru itu memang sepeleYakni, di setiap pintu masuk Masjidilharam saat ini ada segelondong plastik tipis, mirip dengan pembungkus buah di supermarketPlastik tersebut disediakan untuk membungkus sandal sehingga praktis dan memudahkan jamaah.

Selain itu, sekarang jamaah bisa melihat lokasi sai yang baru dan megah, yang berkapasitas tiga kali lipatSaya lantas keluar dari masjid melalui Babul UmrahDulu, kalau saya keluar dari Babul Umrah, kemudian naik trap agak tinggi, pasti di hadapan saya ada Makkah Hotel yang terkenal dekat ituBangunan tersebut kini sudah dikeruk sedalam 20 meterBahkan, gunung di belakangnya sudah rataArtinya, kawasan tersebut sekarang lebih rendah daripada Masjidilharam.

Ratusan crane berdiri gagahDi bawahnya, ribuan pekerja menempati pos masing-masing di kawasan ituDi situlah sekarang dibangun perluasan Masjidilharam ke arah baratPilar-pilar berotot besi besar mulai terpancangTentu bentuk bangunannya akan disamakan dengan Masjidilharam sekarangAda basement serta lantai satu dan duaJuga ada lantai paling atas tanpa atap

Saya melihat, dua menara mulai dibangun dan sudah meninggiDua menara itu tidak jauh dengan tempat yang dulu merupakan lokasi Hotel Al Safa, yang berjarak sekitar 600 meter dari Masjidilharam”Saya menduga, pintu dua menara itu akan dinamakan Bab Malik Abdullah,” kata Amiruddin, seorang mukimin yang menemani saya berkelilingSebab, perluasan Masjidilharam era Raja Fahd dinamakan Bab Malik Fahd

Saya lantas berusaha mengingat-ingat hotel apa saja yang dulu berada di sana, di kawasan Makkah HotelAda Hotel Zahret, Qurtuba, Talal Palace, Anwar Makkah, White Palace,  dan Grand TalaSedangkan di Syamiah, ada hotel New Safa, Asia, Al Safa, Al Waled Palace, Elaf Tower, dan ratusan hotel lain yang sekarang tinggal namaSaya masih ingat betul karena dulu sering tukar uang dolar di dekat New SafaDi sana, rate-nya bagus

Hotel Sofitel yang berlokasi agak tinggi –menanjak tajam kalau kita jalan kaki dari Masjidilharam– juga dikeruk habisKedalamannya sekitar 20 meterSulit rasanya mengingat-ingat dengan tepat hotel A dulu di sini atau hotel B dulu di siniSebab, proyek itu adalah proyek raksasaApalagi, mencari Pasar SengDi mana, ya" Hal itu terjadi karena bangunan dan hotel-hotel besar di sekitarnya, seperti Hotel Sheraton, Riyadh, Reem, Najd, Soraya, dan Rowasi, sudah rata dengan tanah sampai Masjid KucingBanyak orang punya kenangan di hotel-hotel tersebut.

Saya tidak tahu, sekarang pemondokan jamaah haji kita yang terdekat di manaTapi, yang jelas, mereka bakal melewati hamparan luas sebelum sampai di MasjidilharamProyek perluasan Masjidilharam akan menjadi tontonan menarik bagi jamaahSebab, mereka pasti melewati dan melihatnyaKetika jamaah haji rombongan pertama masuk ke Makkah akhir Oktober lalu, para pekerja perluasan Masjidilharam itu masih bekerja.

Perluasan tersebut bertujuan menambah kapasitas hingga 35 persen, yakni bertambah sekitar 500.000 orangDengan demikian, daya tampung Masjidilharam menjadi 1,2 juta orangMasjid itu mempunyai 135 pintu masuk yang dibuka 24 jamDi setiap pintu besar, ada sinyal lampu hijau atau merahKalau sinyal hijau menyala, dalam masjid masih ada tempatTapi, kalau sinyal merah menyala, tempat sudah penuh.

Tahun ini jamaah akan melihat pemandangan yang menarikYaitu, berdirinya jam raksasa di kota suci MakkahMeski belum rampung seluruhnya (baru tiga sisi yang sudah dipasangi jam), jam terbesar di dunia itu sudah berdetak dan berfungsi sejak 12 Agustus 2010 atau awal Ramadan laluSaya jadi penasaran dan ingin naik untuk melihat dari dekatTapi, dari mana" Begitu saya mendekati kawasan hotel yang memiliki akses ke atas jam raksasa itu, seorang petugas sekuriti menegur dengan bahasa Arab,” Mamnuk, mamnuk.” Maksudnya, dilarang masuk.

Dari bawah, saya melihat para bekerja menyelesaikan pembangunan puncak menara yang tingginya nanti 1.970 kaki atau 600,46 meterDi puncak menara itu, akan dipasang ornamen bulan sabit yang bergaris tengah 23 meterKonon, nanti dipasang juga 15 lampu sorot di puncak menara tersebut, yang akan menembus langitDi bawah menara, ada tulisan besar Allahu Akbar dalam huruf Arab

Tulisan tersebut akan berada di bawah jam raksasa dengan ukuran garis tengah 151 kaki atau 46,02 meterDi kanan-kirinya, ada menara pendukungDi tiap-tiap menara tersebut, juga ada tulisan Allahu Akbar dalam huruf Arab, tapi agak lebih kecilDemikian juga sisi lainSebab, menara jam raksasa tersebut mempunyai empat sisi yang sama.

Di bawah jam, ada tulisan Arab berbunyi, ”Waqful Malik Abdul Azis Lilharamain Asysyarifain.” Artinya, wakaf Raja Abdul Azis untuk dua Tanah SuciLambang Kerajaan Arab Saudi tetap adaYaitu, sepasang pedang bersilang dan pohon palem di tengah jam tersebutPersis di bawah jam raksasa itu, akan disediakan teras atau balkon agar pengunjung bisa berdiri dan melihat pemandangan kotaAkan disediakan pula elevator bagi pengunjung yang ingin masuk balkon.

Kompleks perhotelan di bawah jam raksasa itu memang jadi sasaran penyelenggara haji khusus untuk menginapkan jamaahSaya juga memilih salah satu hotel di kompleks tersebut untuk jamaah sayaKompleks itu dinamakan Abraj Al Bait TowerTempat tersebut memiliki tujuh menaraSatu di antaranya merupakan menara tertinggi, yaitu Mecca Royal Clock Tower HotelDi puncaknya, ada jam raksasa tersebut.

Ada tiga hotel yang sejak tahun lalu sudah dioperasikan, yaitu Grand Zamzam, Marwa Arryhaan, dan MovenpickSegera dioperasikan juga hotel papan atas, yaitu Fairmont, Raffles, dan Swiss Hotel, ditambah lagi Royal Mecca Clock TowerMenurut salah seorang manajer hotel, kompleks perhotelan tersebut bisa menyiapkan 3.000 lebih kamar dan apartemen yang dilengkapi dengan lima gedung pusat perbelanjaan dan 1,5 juta meter lobi

Saya melihat, di atas pintu gerbang masuk kompleks Abraj Al Bait itu juga ada tulisan ”Waqful Malik Abdul Azis Lilharamain Asysyarifain” dengan huruf ArabArtinya, wakaf Raja Abdul Azis untuk dua Tanah SuciSama dengan yang ditulis di jam raksasa di atasnya.

Salah seorang sopir taksi di Makkah berkata, ”Arah kiblat salat kita akan berubah.” Lho, kenapa berubah? Sebab, kita tidak perlu susah-susah cari arah kiblatKan jam raksasa itu dari kejauhan sudah tampak, hadapkan saja salat kita ke sanaToh, Kakbah berada di bawahnyaTentu sopir taksi Arab tersebut bercandaSebab, orang Islam kalau salat tetap wajib menghadap ke KakbahWarga Arab Saudi, terutama penduduk Makkah, pasti bangga, begitu juga dunia Islam(bersambung/c11/agm)


BACA ARTIKEL LAINNYA... Yusak Yaluwo, Bupati yang Menang Pilkada saat Dipenjara


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler