Sebagai salah satu negeri tempat lahirnya peradaban besar tertua di dunia, Mesir mempunyai banyak situs bersejarahHampir setiap kota di negara berpenduduk 75 juta jiwa itu mempunyai peninggalan peradaban kuno
KARDONO SETYO, Kairo
MESIR sangat beruntung mempunyai banyak tempat eksotik yang selalu menjadi jujukan para pelancong
BACA JUGA: Mengunjungi Mesir, Negeri dengan Banyak Situs Spektakuler (1)
Tak perlu jauh-jauhBACA JUGA: Para Perempuan Penerima Takhta Industri Kecantikan Nasional (2-Habis)
Untuk wisata religi, misalnya, peziarah bisa berkunjung ke kawasan Hay Syafey, bagian kota lama KairoDi dalam kompleks makam, ada sebuah cetakan tapak kaki di batu yang dipercaya merupakan tapak kaki Rasulullah Muhammad
BACA JUGA: Para Perempuan Penerima Takhta Industri Kecantikan Nasional (1)
Cetakan ini didatangkan langsung dari Arab Saudi''Memang tidak bisa dipastikan, namun dipercaya merupakan jejak Rasul,'' kata Syamsul Alam, staf Kedutaan Besar RI di Kairo, yang menemani Jawa Pos.Suasana makam Imam Syafi'i itu mirip kompleks makam Sunan Ampel SurabayaKendati tak dipungut biaya sama sekali, peziarah harus siap membawa uang receh dalam jumlah banyakSebab, di sana banyak pedagang kaki lima, pengemis, serta juru kunci makam yang selalu mensyaratkan sedekah bagi pengunjungPaling tidak, harus menyiapkan pecahan kecil sekitar 20 pound (sekitar Rp 50 ribu).
Tak jauh dari makam Imam Syafi'i, ada lagi tempat menarikYakni, Qal'ah Salahudin atau Salahudin Citadel (Benteng Salahudin)Benteng ini didirikan oleh Sultan Saladin, salah satu sultan besar di era Perang Salib.
Kabarnya, Saladin memilih sebuah gunung, membelah, memotong, dan mendirikan benteng seluas 10 hektare di atasnya pada 1183.
Benteng itu letaknya sangat strategisDari tempat ketinggiannya, seluruh Kairo dapat terlihatSaat ini, di dalam kompleks benteng juga terdapat dua masjid besar, bekas istana kerajaan, dan pusat pemerintahanSelain itu, ada monumen militer Mesir untuk mengenang kemenangan perang melawan Israel pada 1973.
Tidak tanggung-tanggung, Mesir memajang semua arsenalnya ketika berupaya merebut kembali Gurun Sinai tersebutJadi, di dalam monumen (dalam benteng), dipajang pula empat pesawat Sukhoi, empat pesawat pemburu, kapal amfibi, dan puluhan artileri yang dipakai dalam perang Yom Kippur atau juga disebut Perang Ramadan ituBisa dibayangkan betapa luasnya benteng tersebut.
Benteng itu juga pernah menjadi pusat pemerintahan dan pusat kerajaanRaja Faruk, raja terakhir Mesir yang digulingkan Gamal Abdul Nasser pada 1952, juga mempunyai istana di dalam bentengSelain monumen militer, yang menarik adalah Masjid Mohamad AliSemua tembok dan lantainya dilapisi alabaster, sejenis marmerBerkonstruksi model Ottoman (Turki), masjid yang dibangun pada 1830 tersebut dibuat sangat megah dan tinggiTinggi bangunannya saja 52 meter, sementara kedua menaranya menjulang setinggi 84 meter.
Karena benteng tempat masjid itu berdiri sudah setinggi 30 meter, dari seluruh penjuru Kairo, masjid dan menaranya pasti terlihatBagian yang paling mencuri perhatian dari bagunan itu adalah sekujur marmer yang menempel di tembok''Ada yang bilang bahwa marmer tersebut dicungkil oleh Mohammad Ali dari Piramida ChevrenTerus marmernya ditempelkan di sekujur tembok masjid,'' kata Syamsul Alam.
Cerita pembangunan masjid itu juga menarikPada 1825, Mohammad Ali, raja Mesir saat itu, merasa terancam dengan banyaknya kepala suku di negaranyaAli khawatir sewaktu-waktu suku-suku tersebut memberontakKarena itu, berdalih menggelar jamuan makan malam, Mohammad Ali mengundang 520 kepala suku tersebutSetelah makan, mereka dibiarkan pulangNamun, menjelang keluar benteng, pintunya ditutup, dan ratusan penembak jitu keluar dari atas genting dan membunuh ke-520 kepala suku tersebut.
Setelah peristiwa yang dikenal sebagai "pembantaian di dalam benteng" itu, Mohammad Ali merasa menyesalMaka, untuk mengurangi beban dosanya, Mohammad Ali membangun masjid megah tersebut.
Untuk mengelilingi Benteng Salahudin, sebaiknya pelancong menyediakan hari khususMengelilingi lahan seluas 10 hektare tentu saja membuat kaki pegalNamun, tetap saja Benteng Salahudin menjadi tempat yang paling banyak dikunjungi setelah piramid.
''Yang paling banyak adalah wisatawan asing, terutama dari AsiaJumlahnya dua juta orang per tahun,'' tutur Nasheem.
Namun, bukan berarti berwisata di Benteng Salahudin itu tak ada kekurangannyaKesan Jawa Pos, petugas Mesir yang berjaga di benteng itu lebih banyak melarang daripada memberikan informasi atau saranSelain itu, para petugasnya lebih suka memasang tampang seram daripada senyum ramah''La, la, la, No photo,'' bentak seorang petugas yang berdiri di istana kerajaan di dalam benteng saat tahu Jawa Pos membawa kamera.
Begitu pula di museum militerPara petugas di sana lebih sibuk melarang ini-itu, kemudian berdiri memelototi pengunjung ketimbang memberikan penjelasan dengan ramahTerkesan, mereka memandang wisatawan lebih sebagai orang yang akan merusak barang-barang di museumBukan tamu yang harus dilayaniMemotret boleh, tapi untuk masuk dengan membawa kamera ke dalam areal museum harus membayar lagi lima pound (Rp 10 ribu).
Ketika saya tanyakan kepada Nasheem, mengapa sudah bayar di pintu masuk benteng, tapi harus membayar lagi bila membawa kamera ke museum, Nasheem hanya tertawa''Itu memang sudah aturannya,'' ucapnyaRupanya, Nasheem sendiri juga tak mengetahui mengapa aturan itu dibuat.
Soal ticketing juga agak janggalPerbedaan harga tiket masuk antara orang Mesir dan orang asing pun mencolokAda tiga harga tiketOrang Mesir cukup bayar dua pound (sekitar Rp 4 ribu), pelajar asing dibanderol 30 pound (Rp 60 ribu), sedangkan turis asing ditarik 60 pound (Rp 120 ribu).
Nasheem mengakui, pemerintahnya sengaja membuat regulasi seperti itu sebagai bagian dari peningkatan kesejahteraan''Anda tahu sendiri kan bahwa gaji pegawai negeri di sini sangat terbatas,'' tuturnyaStandar gaji pegawai di Mesir memang kecilAntara 500 pound sampai dengan 1.500 pound per bulanMakanya, tak heran apabila sopir taksi di sini sebagian besar pekerjaan sambilanTak jarang, orang bergelar S-2 pun menjadi sopir taksi, karena pendapatan dari pekerjaannya terlalu mepet.
Namun, saya tetap kurang bisa menerima perbedaan tarif semencolok seperti saat masuk Benteng SalahuddnAntara Rp 4 ribu dengan Rp 120 ribuBangsa Mesir terkesan lebih memprioritaskan bangsanya sendiri dibanding orang asingDi restoran, misalnya, beberapa kali saya yang pesan dulu harus "kalah cepat" dengan tamu orang Mesir yang datang belakangan(bersambung)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kehidupan Warga Palestina di Jalur Gaza Pascaperang
Redaktur : Tim Redaksi